Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

dengan pertanyaan atau masalah baru yang perlu ditindak lanjuti dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Kesamaan ketiga pembelajaran tersebut adalah ketiganya melibatkan keterampilan proses sains atau kemampuan dasar bekerja ilmiah. Menggunakan Model Temuan Terbimbing menuntut keahlian guru yang cukup tinggi. Kebanyakan guru dapat belajar menyampaikan ceramah dan penjelasan yang bisa diterima. Membimbing siswa mengembangkan pemahaman jauh lebih sulit. Akan tetapi, ketika sudah terbangun, pemahaman yang berasal dari pelajaran temuan terbimbing biasanya lebih mendalam dibandingkan pemahaman dari ceramah dan penjelasan Eggen, 2012:177. Setiap model pembelajaran yang diterapkan, memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Keunggulan inkuiri menurut Roestiyah 2008: 76-77 adalah: 1 Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. 2 Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru 3 Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka 4 Mendorong siswa untuk berpikir intuitif, dan merumuskan hipotesanya sendiri 5 Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik 6 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang 7 Dapat mengembangkan atau kecakapan individu 8 Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri 9 Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar tradisional 10 Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi Sedangkan Slameto 1991: 73 mengemukakan bahwa strategi pembelajaran berbasis inkuiri memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat diterapkan pada semua tingkatan kelas secara efektif, terlalu menekankan pada aspek kognitif, dan memerlukan banyak waktu dalam penerapannya pada proses belajar mengajar

B. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan Mulyasa, 2008: 212. Sedangkan belajar itu sendiri menurut Hamalik 2001: 28 adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut Eggen 2012:54 teori kognitif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: Pembelajaran dan perkembangan tergantung pada pengalaman murid; Orang ingin pengalaman mereka masuk akal; Orang ingin mengkonstruksikan pengetahuan untuk memahami pengalaman mereka; Pengetahuan yang dibangun murid tergantung pada pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya; Interaksi sosial dan penggunaan bahasa memfasilitasi pembangunan pengetahuan; Belajar menuntut praktik dan umpan balik; Belajar meningkat saat pengalaman belajar dikaitkan dengan dunia nyata Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak Budiningsih, 2004: 34. Pengembangan kognitif siswa secara terarah baik oleh orang tua maupun guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kogntif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psiko-motor Syah, 2003: 51. Selanjutnya menurut Piaget dalam Budiningsih 2004: 35 perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf . Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka susunan sel syarafnya semakin kompleks dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Menurut pandangan Piaget perkembangan kognitif sebagai suatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga, yaitu keefektifan effectiveness, efisiensi efficiency, dan daya tarik appeal. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si pembelajar. Untuk efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si pembelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Sedangkan untuk daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar Uno, 2009: 21 Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: 1 informasi non verbal, 2 informasi fakta dan pengetahuan verbal, 3 konsep dan prinsip, dan 4 pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa- peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep- konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas Slameto, 2001:131. Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen 1997: 441 bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa Negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal ini juga senada dengan pernyataan Anderson dan Krathwhohl dalam Prawiradilaga, 2009: 82 yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan. Anderson dan Krathwhohl merumuskan jenjang berpikir kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Ringkasan jenjang belajar menurut Anderson dan Krathwhohl Prawiradilaga, 2009:95 Berpikir Uraian Rincian Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang • Mengenali • Mengingat Mengerti Membentuk arti dari pesan pembelajaran isi: lisan, tulisan, grafis atau gambar. • Memahami • Membuat contoh • Mengelompokkan Menerapkan Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu • Melaksanakan • Mengembangkan Menganalisis Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dst. • Membedakan • Menyusun kembali • Menandai Menilai Menyusun pertimbangan berdasarkan kriteria dan • Mengecek • Mengkritik

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 18 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Ba

10 109 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP GERAK SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI MIPA Semester Ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNTIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA (Studi Eksperimen Semu pada materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)

11 36 64