PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNTIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA (Studi Eksperimen Semu pada materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNTIF DAN
KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
(Studi Eksperimen Semu pada materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
MEI TRIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa pada materi pokok ekosistem di SMA Negeri 1 Seputih Banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa adalah kelas X 3 dan X 7 SMA Negeri 1 Seputih Banyak yang ditentukan secara acak yakni dengan teknikpurposive sampling.Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa yang diperoleh dari nilai rata-rataN-gainyang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji-U pada taraf kepercayaan 5%. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data hasil observasi keterampilan generik
(2)
Mei Triani
iii
sains (KGS) siswa dan data angket tanggapan terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains (KGS) siswa yang dibuktikan dengan data hasil belajar kognitif siswa, hasil pretes dan postes memperoleh nilai rata-rata N-gain= 66,70 ± 17,59. Sedangkan untuk KGS memperoleh nilai rata-rata N-gain= 67,83 ± 16,16. Masing-masing indikator hasil belajar kognitif yaitu C2,C3, dan C4 mengalami peningkatan secara signifikan. Pada masing-masing indikator keterampilan generik sains (KGS) juga mengalami peningkatan, namun tidak semua indikator meningkat dengan berbeda secara signifikan. Indikator KGS yang meningkat secara signifikan yaitu pada indikator pengamatan langsung, bahasa simbolik, dan membangun konsep, sedangkan hukum sebab akibat mengalami peningkatan tidak berbeda signifikan. Berdasarkan hasil angket tanggapan, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan generik sains (KGS) siswa pada materi pokok Ekosistem.
Kata kunci : Ekosistem, Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Generik Sains, Ranah Kognitif
(3)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN
KETERAMPLAN GENERIK SAINS SISWA
(Studi Eksperimen semu pada Materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
MEI TRIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2015
(4)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
(StudiEksperimenSemupadaMateriEkosistemSiswaKelas X Semester Genap SMA Negeri 1 SeputihBanyakTahunPelajaran 2014/2015)
(Skripsi)
Oleh Mei Triani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(5)
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8
2. Desainpretest-posttestkelompokkontrol non- ekuivalen... 26
3. Persentasetanggapansiswaterhadapmodel inkuiriterbimbing... 48
4. Contohjawabanindikatorpengamatanlangsung (LKSEksperimen) ... 51
5. Contohjawabanindikatorpengamatanlangsung(LKSKontrol)... 51
6. Contohjawabanindikatorhukumsebabakibat (LKSEksperimen)... 52
7. Contohjawabanindikatorhukumsebabakibat(LKSKontrol)... 52
8. Contohjawabanindikatorbahasasimbolik(LKS Eksperimen) ... 53
9. Contohjawabanindikatorbahasasimbolik (LKS Kontrol)... 53
10. Contohjawabanindikatormembangunkonsep(LKS Eksperimen)... 54
11. Contohjawabanindikatormembangunkonsep(LKS Kontrol) ... 55
12. ContohjawabanindikatorC2(LKS eksperimen)... 56
13. Contohjawabanindikator C2 (LKS kontrol)... 57
14. ContohjawabanindikatorC3(LKS Eksperimen) ... 57
15. ContohjawabanindikatorC3 (LKS Kontrol)... 57
16. Contohjawabanindikator C4 (LKSEksperimen) ... 58
17. Contohjawabanindikator C4 (LKSKontrol)... 58
18. Siswakelaseksperimenmengerjakansoalpretes ... 140
19. Membimbingsiswamerumuskanhipotesis ... 140
(6)
xvii
21. Perwakilankelompokmempresentasikanhasilkerjakelompok ... 141
22. Siswakelaseksperimenmengerjakansoalpostes ... 141
23. Siswakelaskontrolmengerjakansoalpretes... 141
24. Mendampingisiswaberdiskusi ... 142
25. Siswakelaseksperimenmengerjakansoalpretes ... 142
26. Mengevaluasihasildiskusi yang telahdilakukanolehsiswa ... 142
27. Siswamenanyakanhal-hal yang belumdimengerti... 143
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir ... 7
G. Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model PembelajaranInkuiriTerbimbing... 10
B. HasilBelajarKognitif ... 14
C. Keterampilan Generik Sains ... 18
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur penelitian... 26
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
B. Pembahasan ... 49
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 60
(8)
xiv LAMPIRAN
1. Silabus ... 66
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 71
3. Lembar Kerja Siswa(LKS)... 93
4. SoalPretesdanPostes ... 128
5. Lembarobservasi KGS siswa ... 136
6. AngketTanggapanSiswa... 139
(9)
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
1. Ringkasanjenjangbelajar... 17
2. Hubunganjeniskonsepdan KGS ... 23
3. Lembar observasi keterampilan generiksainssiswa ... 34
4. Keteranganlembarobservasi KGS siswa ... 34
5. Item angket tanggapan siswa terhadappenggunaan model inkuiriterbimbing ... 36
6. KriteriaN-gain ... 38
7. KriteriaPeningkatan KGSSiswa... 40
8. Skor jawaban angket ... 41
9. Data Angket Tanggapan Siswa terhadap model inkuiriterbimbing ... 42
10. KriteriaPersentaseTanggapan terhadap model inkuiriterbimbing ... 42
11. Hasilujistatistikterhadapnilaipretes, posttes,danN-gainhasilbelajarkognitif ... 43
12. HasilUjistatistikterhadapN-gainindikatorhasilbelajarkognitifsiswa .... 44
13. HasilUjistatistikterhadapnilaipretes, postes, danN-gainketerampilangeneriksainssiswa... 45
14. HasilUjistatistikterhadapN-gainindikatorKGS siswa ... 46
(10)
(11)
(12)
MOTO
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam
_Qs. Al-an aam: 162_
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan _Q.S Al-Insyiroh: 5_
Sukses Butuh Perjuangan _Mei_
(13)
`
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Teriring doa , rasa syukur dan segala kerendahan hati
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini
untuk orang-orang tercinta sepanjang hidupku:
Yang tercinta mamaku Misyah dan bapakku Kadeni , yang telah mendidik dan
membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, memberikan limpahan cinta dan kasih
sayang yang tak terbatas, selalu menguatkanku, mengingatkanku ketika alpa, dan
senantiasa mendukung segala langkahku menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adikku tercinta Setiaji, yang selalu memberikan kekuatan, motivasi, dan senantiasa
menyayangiku.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan
Para Pendidik dan Dosen tercinta
Almamater tercinta Universitas Lampung.
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sri Basuki, Lampung Tengah, 3 Mei 1992. Anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Kadeni dengan Ibu Misyah, beralamat di Dusun 1 RT 02 RW 01 Desa Sri Basuki, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah.
HP/Email 085664281313/meitriani60@gmail.com. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Sri Basuki (1998-2004), SMP Negeri 1 Seputih Banyak (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Seputih Banyak (2007-2010) dan pada tahun 2011 tercatat sebagai mahasiswa pendidikan biologi FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tulis.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah biologi dasar. Aktif di organisasi kampus sebagai anggota koperasi mahasiswa (KOPMA) Universitas Lampung, adiv dana dan usaha Himpunan Mahasiswa Eksakta (HIMASAKTA) Universitas Lampung (2012-2013). Penulis melaksanakan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1 Pesisir Selatan dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Bangun Negara, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2014 dan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd tahun 2015.
(15)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini;
4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini; 5. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga;
6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, atas segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan;
(16)
xii
7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan serta staf TU di Jurusan PMIPA FKIP;
8. Nengah Sukarta, S.Pd., M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Seputih Banyak dan Drs. Nyoman Arya Rahayu yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X.3 dan X.7 SMA Negeri 1 Seputih Banyak atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung;
10. Sahabat-sahabat kosan tercinta: Lolita Napatilova A.K, Eka Setyorini, F. Inggrid Krismasari, S.AB, atas waktu dan uluran bantuannya.
11. Sahabat-sahabat kampus tercinta : Nyinang Andani, Dewi Khoirun Nisa, S.Pd, Melrisda Perdana, S.Pd, Yuniar Aprilia, Ayu Putri, S.Pd, Galuh Septiara, Arfiyana Destaria, dan my patner Vidya Artha Savitrie serta semua sahabat di Pendidikan Biologi 2011 atas motivasi, doa dan bantuannya, semangat
kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini.
12. Semua kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Biologi, terimakasih atas dukungan yang diberikan.
13. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis
(17)
(18)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam dan fenomena yang terjadi di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Sudah seharusnya jika pembelajaran mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan peristiwa alam sekitar (BNSP, 2006: 451).
Seiring dengan kompleksnya permasalahan sains yang ada, kegiatan
pembelajaran di sekolah perlu mengutamakan pengembangan keterampilan. Hal ini tentu selaras dengan perkembangan pembelajaran yang harus
memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik. Siswa harus memiliki kemampuan berpikir logis, interaktif, kritis, kreatif dan inovatif. Selain itu, siswa juga dituntut untuk dapat menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mendeskripsikan gejala alam dan sosial. Keterampilan ini adalah keterampilan dasar yang termasuk ke dalam
keterampilan generik sains (generic skills) yang perlu dikembangkan (Daniah, 2012: 15). Hal ini sesuai dengan Pedoman Umum Pembelajaran (Lampiran IV)
(19)
2
dari Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 bahwa proses pembelajaran IPA di sekolah haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, berbangsa serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Keterampilan generik juga merupakan kemampuan intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan generik bukan hanya meliputi gerakan motorik saja melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif (Daniah, 2012:16). Pengembangan kognitif siswa secara terarah baik oleh orang tua maupun guru, sangat penting. Upaya
pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor (Syah, 2003: 51). Keterampilan generik sains digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari fenomena alam dan belajar cara belajar karena keterampilan generik sains merupakan kompetensi yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah. Hal ini selaras dengan tuntutan kurikulum 2006 (KTSP) yang menuntut agar kegiatan pembelajaran dilakukan secara kontruktivistik danstudent centered. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa (Budiningsih, 2005: 58).
Senada dengan pentingnya peningkatan keterampilan sains siswa sudah seyogyanya pembelajaran sains di sekolah harus ditingkatkan. Namun pada kenyataannya pembelajaran sains di Indonesia belum optimal sehingga hasil belajar yang mampu dicapai oleh siswapun tidak sesuai harapan. Menurut
(20)
3
Survei internasional PISA (Programme For International Student Assesment) Untuk aspek literasi sains yaitu menggunakan pengetahuan dan
mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan, yang ada hubungannya dengan keterampilan generik sains yaitu hubungan sebab akibat, pengamatan langsung dan membangun konsep masih rendah. Pada hasil survei tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara dengan skor rata-rata 395. Hasil Survei tahun 2006 Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 393. Tahun 2009 juga tak jauh berbeda dengan survei tahun-tahun sebelumnya yaitu pada peringkat 60 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 383 (Balitbang, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi. Hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak masih rendah. Rendahnya hasil belajar terlihat dari hasil ulangan harian dari 31 siswa kelas X.3 dan X.7 hanya 50% siswa yang berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 60 begitupun dengan kelas-kelas lain. Masih rendahnya kemampuan siswa dalam membaca tabel atau grafik, kurangnya kemampuan membangun konsep dari hasil pengamatan atau studi literatur menjadi salah satu bukti masih kurangnya keterampilan generik sains siswa.
Menurut hasil observasi langsung ke SMA Negeri 1 Seputih Banyak, guru kurang memfasilitasi siswa agar siswa dapat mengembangkan keterampilan generik sainsnya, misalnya dalam hal mengobservasi atau mengamati objek secara langsung. Jadi selama proses pembelajaran guru lebih mendominasi dan
(21)
4
sibuk menjelaskan materi yang menyebabkan pembelajaran tidak berpusat pada siswa (student centered) sehingga kemampuan siswa dalam hal mengobservasi tidak tergali.
Salah satu model pembelajaran yang diduga mampu meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik sains siswa adalah inkuiri terbimbing. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas (Eggen, 2012: 177 ). Dengan sintaksnya yang berupa mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan, akan memungkinkan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan model Inkuiri Terbimbing. Diantaranya adalah Jayanti (2011: 57), menurut hasil penelitiannya model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Keterampilan Generik Sains Siswa kelas X SMA Arjuna Bandar lampung. Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014: 50) inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Batu Ketulis, Lampung Barat.
Mengingat pentingnya keterampilan generik sains dan hasil belajar kognitif siswa, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Keterampilan Generik Sains Siswa (Eksperimental Semu pada
(22)
5
Materi Ekosistem Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa?
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh model Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar kognitif siswa. 2. Pengaruh model Inkuiri Terbimbing terhadap keterampilan generik sains
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan melatih keterampilan generik sains mereka.
(23)
6
2. Bagi guru biologi, dapat dijadikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa dalam pembelajaran Ekosistem. 3. Bagi sekolah, memberikan masukan bagi peningkatan mutu pendidikan
tingkat SMA.
4. Bagi peneliti, memberikan wawasan pengalaman dan bekal sebagai guru biologi yang profesional dalam merancang kegiatan pembelajaran di masa depan .
E. Ruang Lingkup
Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah Inkuiri Terbimbing. Sintaks Model Inkuiri Terbimbing pada penelitian ini yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan.
2. Hasil belajar kognitif adalah segala yang berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan (a) memahami (C2), (b)
menerapkan (C3), dan (c) menganalisis (C4).
3. Keterampilan generik sains siswa yang diukur pada penelitian ini adalah (1) pengamatan langsung, (2) bahasa simbolik, (3) hukum sebab akibat, dan (4) membangun konsep yang diukur dengan pretes-postes dan lembar observasi KGS siswa.
(24)
7
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas X.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.7 sebagai kelas kontrol, SMA Negeri 1 Seputih Banyak kabupaten Lampung Tengah.
5. Materi pokok yang diteliti pada penelitian ini adalah Ekosistem, dengan kompetensi dasar 4.1“Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagikehidupan”
F. Kerangka Pikir
Seiring dengan kompleksnya permasalahan sains yang ada siswa harus memiliki keterampilan untuk mampu berfikir logis, interaktif, kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu mampu menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mendeskripsikan gejala alam dan sosial. Keterampilan tersebut merupakan keterampilan dasar yang termasuk ke dalam keterampilan generik sains.
Keterampilan generik sains ini dapat terus ditingkatkan dengan pemilihan model pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan memberikan pengalaman belajar yang tidak terlupakan, yakni melalui model Inkuiri Terbimbing.
Model Inkuiri Terbimbing memiliki sintak pembelajaran berupa mengajukan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Di setiap sintak pembelajarannya siswa dapat melatih keterampilan generik sainsnya. Pada tahap mengajukan masalah dan
(25)
8
merumuskan hipotesis siswa dapat melakukannya dengan atau setelah melakukan pengamatan langsung. Kemudian pada saat mengumpulkan data siswa dapat membaca suatu grafis,diagram atau tabel yang merupakan kemampuan bahasa simbolik. Ketika menganalisis data yang siswa peroleh dari pengamatan langsung dan pengumpulan data siswa dapat
menghubungkan gejala atau fenomena apa yang terjadi di alam kemudian menarik kesimpulan sehingga terbentuklah konsep yang dipahami dan dimengerti siswa bukan hanya dihafal atau dijelaskan oleh guru.
Dengan peningkatan keterampilan generik sains yang mampu membuat siswa menemukan sendiri konsep suatu materi pembelajaran memungkinkan hasil belajar kognitif siswa meningkat. Hal ini dikarenakan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Penelitian ini mengenai pengaruh model Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar kognitif dan KGS Siswa. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini penggunaaan model Inkuiri Terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif dan KGS siswa.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1
Keterangan: X=Model Inkuiri Terbimbing, Y1=Hasil belajar kognitif Y2=Keterampilan Generik Sains
Gambar 1. Hubungan variabel X dan Y
X Y1
(26)
9
G. HIPOTESIS
Hipotesis umum pada penelitian ini adalah:
“Model Inkuiri Terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan generik sains siswa pada materi pokok Ekosistem”.
Hipotesis statistiknya adalah:
1. Ho: Model Inkuiri Terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan peningkatan hasil belajar ranah kognitf siswa.
H1: Model Inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa.
2. Ho: Model Inkuiri Terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa
H1: Model Inkuiri Terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa.
(27)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa
menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal, inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Dalam pembelajaran inkuri terbimbing ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitaor (Suyanti, 2010: 48-49).
Lebih lanjut, Wallace dan Metz (dalam Bilgin, 2009: 1038) mengemukakan bahwa hal terpenting dalam penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah kegiatan siswa sebagai peneliti dengan bimbingan guru, yang melatih siswa agar mampu berperan sebagai problem solver. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu
(28)
11
memberikan dampak positif untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan ilmiah siswa.
Selanjutnya, berdasarkan National Research Council (NRC) (dalam Bilgin, 2009: 1039) mengungkapkan bahwa model pembelajaranguided inquirydapat melatih siswa untuk membangun jawaban dan berpikir cerdas dalam
menemukan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang diajukan oleh guru, mengembangkan keterampilan pemahaman konsep (understanding skills), membangun rasa tanggung jawab (individual responsibility), dan melatih proses penyampaian konsep yang ditemukan.
Menurut Gulo (2002 dalam Trianto, 2007:137-138) Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan dan permasalahan
Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan. c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan
langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Data yang dihasilkan dapat berupa table atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
(29)
12
hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipoteis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan. e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Slameto (2003:156) mengatakan bahwa inkuiri memungkinkan siswa menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah. Hal ini banyak memberikan keuntungan antara lain meningkatkan fungsi intelegensi, membantu siswa belajar melakukan penelitian,
meningkatkan daya ingat, menghindari proses belajar secara menghafal, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi, membuat pengajaran menjadi “student centered” sehingga dapat membantu lebih ke arah
pembentukan konsep diri, memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk menampung serta memahami informasi.
Menurut Rustaman (2005: 9-10) Inkuiri bila ditinjau dari tingkat kompleksitasnya pembelajaran dengan inkuiri dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery), dalam pembelajaran ini siswa diajak melakukan pencarian konsep melalui kegiatan yang melibatkan pertanyaan, inferensi, prediksi, berkomunikasi, interpretasi dan menyimpulkan. Tingkatan kedua pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry),pada pembelajaran ini masalah dimunculkan oleh pembimbing atau guru. Tingkat paling kompleks adalah inkuiri terbuka atau bebas (open inquiry),yakni masalah berasal dari siswa dengan bantuan arahan dari guru sampai menemukan apa yang dipertanyakan dan mungkin berakhir
(30)
13
dengan pertanyaan atau masalah baru yang perlu ditindak lanjuti dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Kesamaan ketiga pembelajaran tersebut adalah ketiganya melibatkan keterampilan proses sains atau kemampuan dasar bekerja ilmiah.
Menggunakan Model Temuan Terbimbing menuntut keahlian guru yang cukup tinggi. Kebanyakan guru dapat belajar menyampaikan ceramah dan penjelasan yang bisa diterima. Membimbing siswa mengembangkan pemahaman jauh lebih sulit. Akan tetapi, ketika sudah terbangun, pemahaman yang berasal dari pelajaran temuan terbimbing biasanya lebih mendalam dibandingkan
pemahaman dari ceramah dan penjelasan (Eggen, 2012:177).
Setiap model pembelajaran yang diterapkan, memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Keunggulan inkuiri menurut Roestiyah (2008: 76-77) adalah: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif, dan merumuskan hipotesanya sendiri
5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik 6) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
(31)
14
7) Dapat mengembangkan atau kecakapan individu 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
9) Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar tradisional
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
Sedangkan Slameto (1991: 73) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran berbasis inkuiri memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat diterapkan pada semua tingkatan kelas secara efektif, terlalu menekankan pada aspek kognitif, dan memerlukan banyak waktu dalam penerapannya pada proses belajar mengajar
B. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan (Mulyasa, 2008: 212). Sedangkan belajar itu sendiri menurut Hamalik (2001: 28) adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Eggen (2012:54) teori kognitif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: Pembelajaran dan perkembangan tergantung pada pengalaman murid; Orang ingin pengalaman mereka masuk akal; Orang ingin mengkonstruksikan pengetahuan untuk memahami pengalaman mereka; Pengetahuan yang
dibangun murid tergantung pada pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya; Interaksi sosial dan penggunaan bahasa memfasilitasi
(32)
15
pembangunan pengetahuan; Belajar menuntut praktik dan umpan balik; Belajar meningkat saat pengalaman belajar dikaitkan dengan dunia nyata
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak (Budiningsih, 2004: 34).
Pengembangan kognitif siswa secara terarah baik oleh orang tua maupun guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kogntif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psiko-motor (Syah, 2003: 51). Selanjutnya menurut Piaget dalam Budiningsih (2004: 35) perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf . Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka susunan sel syarafnya semakin kompleks dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Menurut pandangan Piaget
(33)
16
kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu keefektifan (effectiveness), efisiensi (efficiency), dan daya tarik (appeal). Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si pembelajar. Untuk efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si pembelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Sedangkan untuk daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar (Uno, 2009: 21)
Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).
(34)
17
Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen (1997: 441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa Negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal ini juga senada dengan pernyataan Anderson dan Krathwhohl (dalam Prawiradilaga, 2009: 82) yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan. Anderson dan Krathwhohl merumuskan jenjang berpikir kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan jenjang belajar menurut Anderson dan Krathwhohl (Prawiradilaga, 2009:95)
Berpikir Uraian Rincian
Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang
• Mengenali
• Mengingat Mengerti Membentuk arti dari pesan
pembelajaran (isi): lisan, tulisan, grafis atau gambar.
• Memahami
• Membuat contoh
• Mengelompokkan Menerapkan Melaksanakan atau
menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
• Melaksanakan
• Mengembangkan
Menganalisis Menjabarkan komponen atau struktur dengan
membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dst.
• Membedakan
• Menyusun kembali
• Menandai Menilai Menyusun pertimbangan
berdasarkan kriteria dan
• Mengecek
(35)
18
persyaratan khusus
Berkreasi Menyusun sesuatu hal baru: memodifikasi suatu model lama menjadi sesuatu yang berbeda, dst.
• Menghasilkan
• Merencanakan
• Membentuk
C. Keterampilan Generik Sains
Berdasarkan Gibb (2004: 8) dalam jurnalnya “Generic Skill in Vocational Education and Training”, keterampilan atau kemampuan generik dikenal pula dengan sebutan kemampuan kunci, kemampuan inti (core ability), kemampuan essensial dan kemampuan dasar. Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan. Keterampilan generik pada umumnya meliputi keterampilan komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah, inisiatif dan usaha, merencanakan dan mengorganisasi, manajemen diri, keterampilan belajar, keterampilan teknologi, dan sebagainya. Gibb (2004: 8) merinci daftar berbagai elemen umum keterampilan generik:
1. Keterampilan dasar, seperti membaca, menggunakan angka, menggunakan teknologi.
2. Keterampilan terkait hubungan antar manusia, seperti komunikasi, interpersonal, kerja tim, dan layanan pelanggan.
3. Keterampilan konseptual/ keterampilan berpikir, seperti mengumpulkan dan mengorganisir informasi, pemecahan masalah, perencanaan dan
pengorganisasian, berpikir inovatif dan kreatif.
4. Keterampilan kepribadian, seperti bertanggung jawab, memiliki ide, fleksibel, mampu mengelola waktu pribadi, dan memiliki harga diri. 5. Keterampilan bisnis, seperti kemampuan berinovasi dan kemampuan
mengelola perusahaan.
6. Keterampilan dalam komunitas, seperti memiliki pengetahuan dan keterampilan sipil atau kewarganegaraan.
Sedikitnya terdapat tiga komponen utama keterampilan generik yakni prosedur, prinsip, dan memorasi atau ingatan. Prosedur mencakup seperangkat langkah
(36)
19
yang digunakan untuk melakukan keterampilan. Prinsip berkenaan dengan kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsep tertentu untuk menuntun kapan dan bagaimana suatu langkah atau prosedur (pendekatan) dilakukan, sedangkan memorasi berupa mengingat urutan langkah-langkah (Gibb, 2004: 9).
Sahandri dan Saifuddin (2009: 684) menyataka bahwa “teachers can
familiarize students with the term ‘generic skill’ in their class.” Berdasarkan kutipan tersebut, guru dapat memperkenalkan keterampilan generik sains siswa di kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada konteks ini, yang dimaksud dengan memperkenalkan adalah mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Pada konsep tertentu yang menerapkan kegiatan diskusi kelompok, siswa dapat dilatih untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam tim, memecahkan masalah, juga keterampilan dalam numerik (angka-angka). Dengan cara ini, siswa memperoleh pemahaman konsep yang dipelajari sekaligus merasakan pembelajaran yang menyenangkan.
Keterampilan generik harus diperkenalkan kepada siswa sejak dini sebagai tahap awal agar terbentuk sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan berdaya guna tinggi. Upaya pengembangan keterampilan generik dapat dilakukan dalam dunia pendidikan dengan mengkombinasikan materi
pembelajaran dengan keterampilan-keterampilan tertentu yang sesuai dengan konten materi. Khususnya dalam pembelajaran sains, guru dapat melatih keterampilan siswa untuk melakukan pengamatan objek menggunakan mikroskop, lup, dan sebagainya (Pujiani, 2011: 44).
(37)
20
Menurut Brotosiswoyo (dalam Taufik dan Wiyono, 2009: 643), keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan
pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung); (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale); (3) bahasa simbolik; (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency); (5) inferensi logika; (6) hukum sebab akibat (causality); (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep.
Liliasari (2007: 47) menjelaskan makna dari kedelapan keterampilan generik sains yaitu :
(1) Pengamatan langsung dan tak langsung. Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan
pengamatan langsungdan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. Dalam melakukan pengamatan langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Misalnya untuk mengetahui sifat-sifat larutan diperlukan indikator. Cara ini dikenal sebagaipengamatan tak langsung.
(2) Kesadaran akan skala besaran. Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memilikikesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dimilikinya. Dengan demikian ia dapat
(38)
21
sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron.
(3) Bahasa Simbolik. Gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu memerlukanbahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, resonansi, dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut.
(4) Kerangka logika taat azas dan inferensi logika. Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat-sifat taat azasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat azas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukankerangka logika taat azas. Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melaluiinferensia logikadari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains.
(5) Hukum sebab akibat dan pemodelan matematika. Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagaihukum sebab akibat. Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematikagar dapat diprediksikan dengan tepat tentang bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam.
(39)
22
(6) Membangun Konsep. Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untukmembangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut diperlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep ini diuji keterterapannya. Berdasarkan penjelasan mengenai makna keterampilan generik sains di atas, semakin terlihat jelas bahwa keterampilan generik sains merupakan keterampilan yang sangat menarik untuk dikembangkan dalam pembelajaran sains.
Keterampilan generik sains tersebut dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Misalnya berpikir kritis banyak dikembangkan apabila seseorang melakukan pengamatan langsung dan tak langsung, menyadari akan skala besaran, memnuat pemodelan tematik, dan membangun konsep. Berpikir kreatif diterapkan ketika seseorang merumuskan bahasa simbolik, inferensi logika, dan menemukan kerangka logika taat azas dari hukum alam. Berpikir pemecahan masalah diterapkan apabila seseorang sedang menyadari
berlakunya hukum sebab-akibat pada sejumlah gejala alam yang diamatinya. Selanjutnya pengambilan keputusan dapat dilakukan ketika seseorang membangun konsep, membuat pemodelan matematik, dan menemukan
inferensi logika. Dengan demikian seseorang hanya mempelajari sains dari segi terminologinya saja, apalagi secara hafalan maka berarti pula ia belum belajar sains dengan benar dan belum dapat berpikir secara saintis (Liliasari, 2007: 4).
Penilaian terhadap kemampuan generik dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda-beda, yaitu: penilaian holistik, portofolio, penilaian pengalaman
(40)
23
kerja, dan penilaian dengan tujuan khusus seperti menilai pemecahan masalah. Kemampuan atau keterampilan generik dapat dinilai dalam konteks tugas ‘kerja keseluruhan’ atau dalam unit-unit kompetensi yang terpisah. Pendekatan ini berusaha untuk menggabungkan pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, keterampilan teknis, sikap dan etika dalam penilaian tugas-tugas (Gibb, 2004: 138).
Pesatnya perkembangan pengetahuan sains, menuntut pertambahan konsep-konsep sains yang harus dipelajari siswa. Untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep-konsep sains yang perlu dipelajari. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk hubungan antara jenis konsep-konsep sains dengan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Hubungan Jenis Konsep dan Keterampilan Generik Sains
No Keterampilan Generik Sains Jenis Konsep 1 Pengamatan langsung. Konsep konkrit. 2 Pengamatan
langsung/taklangsung, inferensi logika.
Konsep abstrak konkrit dengan contoh konkrit. Misalnya air, pegas, dan bunga.
3 Pengamatan tak langsung, inferensi logika.
Konsep abstrak. Misalnya konsep atom, gelombang, dan reproduksi.
4 Kerangka logika taat azas, hukum sebab-akibat, inferensi logika.
Konsep berdasarkan prinsip. Misalnya konsep campuran, kekerabatan, dan persamaan gerak.
5 Bahasa simbolik, pemodelan matematik.
Konsep yang menyatakan simbol. Misalnya konsep rumus kimia, kuat arus, lambang species jantan dan betina. 6 Pengamatan langsung/tak
langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika.
Konsep yang menyatakan sifat. Misalnya konsep unsur, logam, dan serangga.
(41)
24
Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam keterampilan generik sains, kecuali konsep konkret. Jenis konsep ini sangat terbatas jumlahnya dalam sains. Oleh karena itu, mempelajari konsep sains pada hakekatnya adalah mengembangkan keterampilan berpikir sains yang merupakan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2007: 16).
(42)
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah semester genap tahun pelajaran 2014-2015.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.Teknik pemilihan sampel menggunakan teknikpurposive sampling(Budiyono, 2003: 35). Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah kelas X.3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa laki-laki 13 dan siswa perempuan 18 siswa. Untuk kelas kontrol adalah kelas X.7 dengan jumlah siswa laki-laki 15 siswa dan siswa perempuan 16 siswa.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Desain ini merupakan desain penelitian dengan kelas kontrol dan eksperimen menggunakan kelas yang memiliki kondisi yang serupa dalam hal jenjang pendidikannya yaitu kelas X dan diajar oleh guru yang sama.
(43)
26
Sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai kedua kelas diberikan pretest. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing, sedang kelas kontrol belajar dengan metode diskusi. Setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir diberikan posttest dengan soal yang sama pada saat pretest.
Sehingga struktur desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: I = Kelas Eksperimen (X4), II = Kelas Kontrol (X3), 0’= Pretes, 0”= Posttes, X = Pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing, C= kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi).
Gambar 2. Desain kelompok kontrol non-ekuivalen (dimodifikasi dari Ruseffendi, 1994: 47).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap prapenelitian dan penelitian. Adapun tahapan tersebut adalah:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tempat dan waktu penelitian
2. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah dari fakultas.
3. Melakukan observasi di sekolah tempat penelitian untuk mendapat informasi tentang keadaan sekolah yang akan di teliti.
I 0’ X 0”
(44)
27
4. Mengambil data yang akan digunakan untuk menentukan kelas eksperimen
5. Menentukan sampel penelitian (kelas eksperimen)
6. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan.
7. Membuat instrument pengukuran yaitu soal pretes/ postes pada pertemuan pertama dan kedua, lembar observasi siswa, dan angket tanggapan siswa untuk mengukur hasil belajar kognitif dan keterampilan generik sains siswa.
2. Penelitian
Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk kelas eksperimen dan menggunakan model pembelajaran diskusi yang biasa digunakan oleh guru biologi di SMA Negeri 1 Seputih Banyak untuk kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Kelas Eksperimen
Kegiatan Deskripsi kegiatan Sintak Inkuiri
Terbimbing
Waktu (menit)
Guru Siswa
Pendahuluan • Memberikan apersepi Pertemuan I:
“Apa yang
kalian ketahui tentang ekosistem, apa saja komponen
•Menjawab pertanyaan guru dengan antusias
(45)
28 penyusun ekosistem?” Pertemuan II: ‘Kalian tahu darimana asalnya hujan?” •Memberikan motivasi “Hari
ini kita akan belajar tentang ekosistem, dengan belajar peran komponen ekosistem ini kita akan tahu betapa pentingnya komponen penyusun ekosistem bagi kehidupan makhluk hidup” •Menyampaika n gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan dan materi yang akan diajarkan, serta menyampaika n tujuan pembelajaran. •Memberi nomor punggung kepada seluruh siswa sesuai urutan absen dan mengintruksik an siswa untuk duduk •Termotivasi untuk mengikuti pelajaran setelah mendengarkan penjelasan guru . •Memperhatikan penjelasan guru •Mengambil nomor punggung serta mengatur tempat duduk sesuai kelompok yang ditentukan
(46)
29 berkelompok dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.
Inti •Membagikan LKS berbasis Inkuiri terbimbing dan menjelaskan petunjuk pengerjaannya •Menyampaika n rumusan masalah yang harus dipecahkan. •Membimbing tiap kelompok untuk merumuskan hipotesis •Menampilkan gambar pertemuan I: aliran energi Pertemuan II: Daur biogeokimia •Membimbing siswa mengumpulka n data untuk menguji hipotesis •Berkeliling membimbng siswa menganalisis data •Perwakilan kelompok menerima LKS •Siswa memperhatikan •Siswa merumuskan hipotesis dari masalah yang diberikan oleh guru •Mengamati gambar yang ditampilkan dengan seksama •Siswa mengumpulkan data melalui pengamatan •Siswa berdiskusi untuk menganalisis data yang mereka peroleh dengan bantuan
Mengajukan permasalahan Merumuskasn hipotesis Mengumpulka n data Menganalisis data 60
(47)
30
•Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentas ikan hasil diskusi mereka
•Guru Meminta siswa
menyimpulka n hasil diskusi LKS
•Guru meminta siswa mengumpulka n LKS literatur yang relevan •Perwakilan kelompok mempresentasik an hasil diskusi mereka
•Siswa membuat kesimpulan LKS •Siswa mengumpulkan LKS kepada guru
Penutup •Guru
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dengan pertanyaan dari kegiatan pengamatan •Guru membimbing siswa mereview hasil kegiatan pembelajaran •Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran minggu selanjutnya
•Siswa membuat kesimpulan
•Siswa mereview hasil kegiatan pembelajarana •Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran Membuat kesimpulan 15 menit
(48)
31
2. Kelas Kontrol.
Kegiatan Skenario Pembelajaran Waktu
(menit)
Guru Siswa
Pendahuluan •Memberikan apersepi Pertemuan I :“Apa yang kalian ketahui tentang ekosistem, apa saja komponen penyusun
ekosistem?”
Pertemuan II:
“Kalian tahu
darimana asal air
hujan?” •Memberikan
motivasi “Hari ini
kita akan belajar tentang ekosistem, dengan belajar peranan komponen ekosistem ini kita akan tahu betapa pentingnya
komponen penyusun ekosistem itu bagi kehidupan makhluk hidup” •Menyampaikan gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan dan materi yang akan diajarkan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
•Memberi nomor punggung kepada seluruh siswa sesuai urutan absen
•Menjawab pertanyaan guru dengan antusias
•Termotivasi untuk mengikuti pelajaran setelah mendengarkan penjelasan guru
•Memperhatikan penjelasan guru
•Mengambil nomor punggung
(49)
32
Inti •Menyajikan materi pengantar mengenai Ekosistem
•Menginstruksikan siswa untuk duduk dalam kelompoknya
•Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok •Menjelaskan petunjuk pengerjaannya,serta. •Membimbing kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKS
• Meminta siswa mengumpulkan LKS
•Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka
•Mengevaluasi hasil diskusi yang telah dilakukan oleh siswa
•Bersama dengan siswa merefleksikan pembelajaran
•Memperhatikan penjelasan guru
•
•Duduk sesuai kelompoknya
•Perwakilan kelompok menerima LKS dengan antusias •Memperhatikan penjelasan guru •Berdiskusi mengerjakan LKS
•Perwakilan kelompok mengumpulkan LKS hasil diskusi mereka
•Mempresentasikan hasil diskusi mereka
•Mendengarkan penjelasan guru
•Menanyakan hal-hal yang belum mereka mengerti
60
Penutup •Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang mereka lakukan hari Ini
•Menyampaikan materi yang akan
•Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan belajar tentang ekosistem hari ini
•Memperhatikan penjelasan guru dan
(50)
33
dipelajari pada pertemuan mendatang dan meminta siswa untuk mempelajarinya terlebih dahulu
antusias untuk mengikutinya
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar dan keterampilan generik sains siswa pada materi ekosistem yang diperoleh dari nilai pretest dan postes. Kemudian dianalisis secara statistik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data hasil belajar sebelum dan sesudah proses pembelajaran, data keterampilan generik sains siswa dalam proses pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: 1.Pretes dan Postes
Data hasil belajar siswa adalah nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil sebelum kegiatan pembelajaran pertemuan pertama dimulai dan
(51)
34
postes diambil setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir selesai, baik eksperimen maupun kontrol.
2. Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa
Lembar observasi berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan skor kriteria keterampilan generik sains yang telah ditentukan.
Tabel 3. Lembar observasi keterampilan generik sains siswa
No Nama Aspek yang diamati
A B C Dsb
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 dst
Kriteria
Berilah tandachecklist(√) pada setiap item yang sesuai dengan skor kriteria penilaian KGS siswa dibawah ini dibawah ini Arikunto 2008 (dalam Windarti 2014: 37).
Tabel 4. Keterangan Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains Siswa No. Keterampil an Generik Sains Indikator Indikator Operasional Skor Petunjuk Penilaian 1 Pengamatan Langsung a. Mengumpulka n fakta-fakta hasil pengamatan fenomena alam a. Mengumpulka n 3 fakta hasil pengamatan fenomena alam 3 Melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan pengamatan dan diskusi b. Mengumpulka n 2 fakta hasil
(52)
35 pengamatan fenomena alam c. Mengumpulka n 1 fakta hasil pengamatan fenomena alam 1 2. Bahasa Simbolik a.Membaca suatu grafis/diagra m, table, serta tanda matematis a. Membaca suatu grafis/diagra m, tabel, serta tanda matematis dan mampu mengkomun ikasikan dengan jelas 3 Melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan diskusi mengerjakan LKS. b. Membaca suatu grafis/diagra m, table, serta tanda matematis tetapi kurang jelas dalam mengkonuni kasikannya 2 c. Membaca suatu grafis/diagra m, table, serta serta tanda matematis tetapi kurang tepat 1 3. Hukum sebab akibat a.Memperkira kan penyebab gejala alam. a.Memperkira kan penyebab gejala alam secara realistis 3 Melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan diskusi mengerjakan LKS. b. Memperkira kan penyebab gejala alam dengan kurang realistis 2 c. Memperkira kan penyebab gejala alam 1
(53)
36 dengan tidak realistis 4. Membangun konsep a. Menambah konsep baru a. Menambah konsep baru dari hasil pengamatan dan literatur yang mendukung. 3 Melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan diskusi mengerjakan LKS. b. Menambah konsep baru dari hasil pengamatan dan bantuan guru. 2 c. Menambah konsep baru dari bantuan guru. 1
4. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang telah diterapkan dalam pembelajaran. Angket ini berupa delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Item pernyataan pada angket
No. Pernyataan- Pernyataan S TS
1
Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru
2
Saya merasa bosan mempelajari materi pokok ekosistem dengan menggunakan LKS yang diberikan oleh guru
3 Saya merasa sulit mengerjakan LKS dengan
metode yang dibuat oleh guru. 4
Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan LKS yang diberikan oleh guru
5 Saya lebih mudah mengumpulkan fakta-fakta
(54)
37
model pembelajaran yang digunakan oleh guru 6
Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri untuk memecahkan masalah selama
pembelajaran yang diberikan oleh guru. 7
Model pembelajaran yang digunakan mampu mengembangkan keterampilan saya dalam melakukan pengamatan secara langsung.
8 Saya merasa sulit membangun konsep selama
pembelajaran yang berlangsung.
Sumber: dimodifikasi dari Majid (2007: 216).
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Data penelitian berupa nilai pretes, postes, danN-gain. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:
S = R
N× 100
Keterangan:
S : nilai yang diharapkan
R : jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : jumlah skor maksimum dari tes tersebut
(Purwanto, 2008: 112).
SedangkanN-gain,diperoleh dengan menggunakan rumus Hake (1999:1), yaitu:
Keterangan:
N-gain = average normalized gain =rata-rataN-gain Spost= postscore class averages =rata-rata skor postes
Spre =prescore class averages =rata-rata skor pretes
Smax =maximum score =skor maksimum
(55)
38
Tabel 6 . KriteriaN-gain
N-gain Kriteria %g> 70
70 > %g> 30 %g< 30
Tinggi Sedang Rendah
Sumber: Loranz (2008:2)
Nilai pretes, postes, danN-gainpada kelas eksperimen dan kontrol kemudian dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 17.
• Hipotesis
H0= Sampel berdistribusi normal
H1= Sampel tidak berdistribusi normal
• Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).
b. Uji Kesamaan Dua Varians
Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
• Hipotesis
H0= Kedua sampel mempunyai varians sama
H1= Kedua sampel mempunyai varians berbeda
• Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05
maka H0diterima, jika Fhitung> Ftabel atau probabilitasnya < 0,05
(56)
39
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan
menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak
berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-WhitneyU.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
• Hipotesis
H0= Rata-rataN-gainkedua sampel sama
H1= Rata-rataN-gainkedua sampel tidak sama
• Kriteria Pengujian
Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima.
Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelmaka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13).
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
• Hipotesis
H0= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen lebih rendah atau
sama dengan kelompok kontrol.
H1= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol.
• Kriteria Pengujian
Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima.
Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka Ho ditolak (Pratisto,
2004:10).
3) UjiMann-WhitneyU
Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U atau UjiMann-Whitney U.
• Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
(57)
40
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol
• Kriteria Uji
Jikap-value> 0,05 maka terima Ho
Jikap-value< 0,05 maka tolak Ho(Pratisto, 2004: 36).
2. Data Kualitatif
a. Keterampilan Generik Sains (KGS) Siswa
Data Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa diambil melalui observasi, LKS, pretes dan postes indikator KGS.Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase KGS siswa. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.
1) Menghitung persentase KGS dengan menggunakan rumus
Skor Perolehan
Persentase = x100% Skor Maksimum
2) Menafsirkan atau menentukan persentase KGS siswa sesuai kriteria pada Tabel 7
Tabel 7. Kriteria peningkatan Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa
Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Colleta dan Philips 2005: 5).
Kategori indeks KGS
siswa (%) Interprestasi
0,00-29,99 Sangat Rendah
30,00-54,99 Rendah
55,00-74,49 Sedang
75,00-89,99 Tinggi
(58)
41
b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi delapan pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif.
Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Skor angket
Tabel 8. Skor perjawaban angket
Sifat Pernyataan Jawaban
S TS
Positif 1 0
Negatif 0 1
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).
a) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% 100
× =
∑
maks in
S S X
Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;
∑
S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2005: 6)b) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
(59)
42
Tabel 9. Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Nomor Responden (siswa)
Pilihan Jawaban
No.Pertanyaan (angket)
Persentase
1 S 1 2 3 dst
TS
2 S
TS
Dst S
TS
c) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai pada Tabel 10.
Tabel 10. Kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Sumber:Hendro (dalam Suwandi, 2012: 39) Persentase (%) Kriteria
100 Semuanya
76-99 Sebagian besar
51-75 Pada umumnya
50 Setengah
26-49 Hampir setengahnya
1-25 Sebagian kecil
(60)
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri tebimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa pada materi ekosistem dengan rata-rata N-gain sebesar 66,70
2. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa hasil belajar siswa pada materi Ekosistem dengan rata-rata N-gain sebesar 67,83.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Model inkuiri terbimbing memiliki sintaks yang memerlukan waktu yang
cukup lama, guru diharapkan memberikan arahan yang jelas dan tegas kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih efektif. 2. Pembentukkan kelompok hendaknya dilakukan pada hari sebelumnya,
sehingga waktu yang tersedia lebih efektif.
3. Peneliti selanjutnya yang akan mengamati keterampilan generik sains siswa hendaknya mengarahkan observer dalam pengisian lembar obervasi
(61)
61
keterampilan generik sains siswa dengan jelas untuk tiap aspek sehingga observer memiliki persepsi yang sama dengan peneliti.
(62)
62
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2013.Survei Internasional PISA. Jakarta. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. Pada tanggal 2 Februari 2015 18:00.
Bilgin, I. 2009.The effects of guided inquiry instruction incorporating a cooperative learning approach on university students’
achievement of acid and bases concepts and attitude
toward guided inquiry instruction.Scientific Research and Essay Vol.4 (10), pp. 1038-1046, October, 2009 Available online at
http://www.academicjournals.org/sre ISSN 1992-2248 © 2009 Academic Journals. Diakses pada Senin 5 Januari 2015 20:00 WIB.
BSNP. 2006.Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajarn Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Budiningsih, A., C. 2004.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Yogyakarta. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Sebelas Maret University
Press. Surakarta
Colleta, V. P. dan J.A. Phillips. 2005.Interpreting FCI Scores: Normalized Gain, Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability.Department of Physics, Loyola Marymount University. California.
Daniah, N. 2012. Pembelajaran Biologi Berbasn Hands On Activity untuk
Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Dukupuntang (Skripsi). IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Cirebon
Eggen, P. dan D. Kauchak. 1997. Educational Psychology. Prentice-Hall Inc. New Jersey .
___________. 2012.Strategi Model Pembelajaran Edisi Keenam.Indeks. Jakarta Gibb, J. 2004.Generic Skills in Vocational Education and Training Research
Reading. National Centre for Vocational Education Research Ltd. Australia Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses 26 januari 2015
(63)
63
Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Jayanti, R.O. 2011.Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk MeningkatkanAktivitas, Keterampilan Generik Sains, dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar lampung
Liliasari. 2007. Scientific Concept and Generic Science Skill Relationship in The 21thCentury Science Education. Makalah Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 .SPs UPI. Bandung.
Loranz, D. 2008.Gain Score. diakses dari
http://www.tmcc.edu/vp/acstu/assessment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisciplineRep0708.pdf pada 6
November 2014 09.56 a.m.
Majid, A. 2007.Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyasa,H.E. 2008.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi
Aksara. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A. 2013.Pedoman Umum Pembelajaran Lampiran IV. Jakarta
Pujiani, N.M., Liliasari, Herdiwijaya. 2011.Pembekalan Ketrampilan
Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains.Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12.Gramedia. Jakarta
Prawiradilaga, D. S. 2009.Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta Purwanto, M.N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Roestiyah, N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Ruseffendi, E.T. 1994.Dasar-dasar Penelitian Penddikan dan Bidang
(64)
64
Rustaman, N. 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang. UM Press.
Sahandri, M. dan Saifuddin, K. 2009.Generic Skill in Personnel Development. European Journal Of Social Sciences. Vol. 11 No. 4. Eropa.
Saputra, Y. 2014.Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung.
Slameto. 2003.Belajar dan FaktorFaktor yang memepengaruhinya.Rineka Cipta. Jakarta
Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu.Yogyakarta. Suwandi, T. 2012.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended
terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syah, M. 2003.Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Taufiq dan Wiyono, K. 2009.The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’s Science Generic Skill On Rigid Body Equilibrium. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-3. UPI. Bandung.
Trianto. 2007.Model-Model Pembelaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi Akademik.Jakarta
Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012.Belajar dengan Pendekatan Pailkem : Pembelajaran Akif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Windarwati, A. 2014.Pengaruh LKS Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Proses Sains(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(1)
1 S 1 2 3 dst TS
2 S
TS
Dst S
TS
c) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai pada Tabel 10.
Tabel 10. Kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Sumber:Hendro (dalam Suwandi, 2012: 39) Persentase (%) Kriteria
100 Semuanya
76-99 Sebagian besar
51-75 Pada umumnya
50 Setengah
26-49 Hampir setengahnya
1-25 Sebagian kecil
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri tebimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa pada materi ekosistem dengan rata-rata N-gain sebesar 66,70
2. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa hasil belajar siswa pada materi Ekosistem dengan rata-rata N-gain sebesar 67,83.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Model inkuiri terbimbing memiliki sintaks yang memerlukan waktu yang
cukup lama, guru diharapkan memberikan arahan yang jelas dan tegas kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih efektif. 2. Pembentukkan kelompok hendaknya dilakukan pada hari sebelumnya,
sehingga waktu yang tersedia lebih efektif.
3. Peneliti selanjutnya yang akan mengamati keterampilan generik sains siswa hendaknya mengarahkan observer dalam pengisian lembar obervasi
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2013.Survei Internasional PISA. Jakarta. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. Pada tanggal 2 Februari 2015 18:00.
Bilgin, I. 2009.The effects of guided inquiry instruction incorporating
a cooperative learning approach on university students’ achievement of acid and bases concepts and attitude
toward guided inquiry instruction.Scientific Research and Essay Vol.4 (10), pp. 1038-1046, October, 2009 Available online at
http://www.academicjournals.org/sre ISSN 1992-2248 © 2009 Academic Journals. Diakses pada Senin 5 Januari 2015 20:00 WIB.
BSNP. 2006.Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajarn Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Budiningsih, A., C. 2004.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Yogyakarta. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Sebelas Maret University
Press. Surakarta
Colleta, V. P. dan J.A. Phillips. 2005.Interpreting FCI Scores: Normalized Gain, Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability.Department of Physics, Loyola Marymount University. California.
Daniah, N. 2012. Pembelajaran Biologi Berbasn Hands On Activity untuk
Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Dukupuntang (Skripsi). IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Cirebon
Eggen, P. dan D. Kauchak. 1997. Educational Psychology. Prentice-Hall Inc. New Jersey .
___________. 2012.Strategi Model Pembelajaran Edisi Keenam.Indeks. Jakarta Gibb, J. 2004.Generic Skills in Vocational Education and Training Research
Reading. National Centre for Vocational Education Research Ltd. Australia Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses 26 januari 2015
(5)
Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar lampung
Liliasari. 2007. Scientific Concept and Generic Science Skill Relationship in The 21thCentury Science Education. Makalah Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 .SPs UPI. Bandung.
Loranz, D. 2008.Gain Score. diakses dari
http://www.tmcc.edu/vp/acstu/assessment/downloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/SLOAPHYSDisciplineRep0708.pdf pada 6
November 2014 09.56 a.m.
Majid, A. 2007.Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyasa,H.E. 2008.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi
Aksara. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A. 2013.Pedoman Umum Pembelajaran Lampiran IV. Jakarta
Pujiani, N.M., Liliasari, Herdiwijaya. 2011.Pembekalan Ketrampilan
Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains.Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12.Gramedia. Jakarta
Prawiradilaga, D. S. 2009.Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta Purwanto, M.N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Roestiyah, N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Ruseffendi, E.T. 1994.Dasar-dasar Penelitian Penddikan dan Bidang
(6)
Rustaman, N. 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang. UM Press.
Sahandri, M. dan Saifuddin, K. 2009.Generic Skill in Personnel Development. European Journal Of Social Sciences. Vol. 11 No. 4. Eropa.
Saputra, Y. 2014.Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung.
Slameto. 2003.Belajar dan FaktorFaktor yang memepengaruhinya.Rineka Cipta. Jakarta
Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu.Yogyakarta. Suwandi, T. 2012.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended
terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syah, M. 2003.Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Taufiq dan Wiyono, K. 2009.The Application Of Hypothetical Deductive
Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’s Science Generic Skill On Rigid Body Equilibrium. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-3. UPI. Bandung.
Trianto. 2007.Model-Model Pembelaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi Akademik.Jakarta
Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012.Belajar dengan Pendekatan Pailkem : Pembelajaran Akif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Windarwati, A. 2014.Pengaruh LKS Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Proses Sains(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.