Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I

Y : Perbandingan debit periode hidrograf dengan debit puncak X : Perbandingan waktu periode hidrograf dengan wktu mencapai puncak banjir Setelah λ dan a dihitung, maka nilai y untuk masing-masing x dapat dihitung dengan membuat table, dari nilai-nilai tersebut diperoleh t=xT p dan Q=y.Q p , selanjutnya dibuat grafik hidrograf satuan.

2.2.2 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode Nakayasu. Persamaan umum Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut: T T 0,3 3,6 R . A . C Q 0,3 P p + = 2.43 T p = tg + 0,8 tr 2.44 t g = 0,21 x L 0,7 L 15 km 2.45 t g = 0,4 + 0,058 x L L 15 km 2.46 T 0,3 = α x tg 2.47 p 4 , 2 p t Q x T t Q         = 2.48 dimana: Q p = debit puncak banjir m 3 det C = koefisien pengaliran R = hujan satuan mm Universitas Sumatera Utara A = luas DAS km 2 T p = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir jam T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30 dari debit puncak, t g = waktu konsentrasi jam, t r = satuan waktu hujan, diambil 1 jam, α = parameter hidrograf, bernilai antara 1.5 – 3.5, Q t = debit pada saat t jam m 3 det, dan L = panjang sungai m. Gambar 2.5 merupakan contoh gambar hidrograf nakayasu berupa hubungan antara waktu dengan debit puncaknya. Gambar 2.4 Model Hidrograf Nakayasu 0,3 Qp 0,3 2 Qp 0,8 Tr tg Qp LengkungNaik Lengkung Turun Tp T 0,3 1,5 T 0,3 Tr Q t j Universitas Sumatera Utara Persamaan-persamaan yang digunakan dalam hidrograf nakayasu adalah: a. Pada kurva naik, 0 ≤ t ≤ T p , maka: p 4 , 2 p t Q x T t Q         = b. Pada kurva turun, T p t ≤ T p + T 0,3 , maka:         = 0,3 T Tp - t p t 0,3 x Q Q , untuk T p + T 0,3 ≤ t ≤ T p + T 0,3 + 1,5T 0,3 , maka:         + = 0,3 0,3 1,5T 0,5T Tp - t p t 0,3 x Q Q , dan untuk t T p + T 0,3 + 1,5T 0,3 , maka         + = 0,3 0,3 2T 1,5T Tp - t p t 0,3 x Q Q . di mana Q t = debit pada saat t jam m 3 det

2.2.3 Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I

Kajian sifat dasar Hidrograf Satuan Sintetik HSS Gamma I adalah hasil penelitian 30 buah daerah aliran sungai di Pulau Jawa. Sifat-sifat daerah aliran sungai dalam metode HSS Gamma I adalah sebagai berikut: a. Faktor sumber source factor, SF adalah perbandingan antara jumlah panjang sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat. b. Frekuensi sumber source frequency, SN ditetapkan sebagai perbandingan antara jumlah pangsa sungai semua tingkat. Universitas Sumatera Utara c. Faktor simetri symmetry factor, SIM, ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar WF dengan luas relatif DPS sebelah hulu RUA. d. Faktor lebar width factor, WF adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur dari titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DPS yang diukur dari titik di sungai yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran. e. Luas relatif DPS sebelah hulu relative upper catchment area, yaitu perbandingan antara luas DPS sebelah hulu garis yang ditarik terhadap garis yang mengubungkan titik tersebut dengan tempat pengukuran dengan luas DPS. Jumlah pertemuan sungai number of junction, JN. Gambar 2.4 berikut merupakan model parameter karakteristik DAS Metode Gamma I. Untuk X ~ A = 0,25 L, X ~ B = 0,75 L, dan WF = WUWL Gambar 2.5 Model Parameter Karakteritik DAS Metode Gamma I Rumus-rumus yang digunakan dalam metode HSS Gamma I adalah sebagai berikut: B = 1,5518 N -0,14991 A -0,2725 SIM –0,0259 S -0,0733 2.49 dimana : N = jumlah stasiun hujan, A = luas DAS km 2 A B WL WU X Universitas Sumatera Utara SIM = faktor simetri, S = landai sungai rata-rata B = koefiesien reduksi. Menghitung waktu puncak HSS Gamma I t r dengan rumus berikut: t r = 0.43 L 100 SF 3 + 1.0665 SIM + 1.277 2.50 dimana : t r = waktu naik jam L = panjang sungai induk km SF = faktor sumber SIM = faktor simetri. Menghitung debit puncak banjir HSS Gamma I Q p dengan rumus berikut: Q p = 0,1836 A0,5884 JN 0,2381 t r -0,4008 2.51 dimana : Q p = debit puncak m 3 det, dan JN = jumlah pertemuan sungai. Menghitung waktu dasar pada metode HSS Gamma I t b dengan rumus berikut: t b = 27,4132 t r ,1457 S -0,0986 SN 0,7344 RUA 0,2574 2.52 dimana : S = landai sungai rata-rata SN = frekuensi sumber Universitas Sumatera Utara RUA = luas relatif DPS sebelah hulu km 2 . Menghitung koefisien tampungan K pada metode ini dihitung dengan rumus: K = 0,5671 A 0,1798 S -0,1446 SF -1,0897 D 0,0452 2.53 dimana : K = koefisien tampungan jam A = luas DPS km 2 S = landai sungai rata-rata SF = faktor sumber kmkm 2 D = kerapatan jaringan kuras kmkm 2 . Menghitung aliran dasar sungai dihitung dengan rumus: Q B = 0,4751 A 0,6444 D 0,9430 2.54 dimana : Q B = aliran dasar m 3 det A = luas DPS km 2 D = kerapatan jaringan kuras kmkm 2 . Selanjutnya hasil akhir dari masing-masing metode Hidrograf Satuan Sintetik dibandingkan dengan data debit Daerah Aliran Sungai Wampu yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II untuk menentukan metode Hidrograf Satuan Sintetik yang paling sesuai dari ketiga metode yang digunakan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian