9 Atas dasar perbedaan penelitian yang terdapat pada tabel 1.1 tersebut, maka
dilakukan penelitian lebih lanjut yang didukung dengan teori yang mendasari. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu sebagian dari penelitian yang
pernah dilakukan oleh Hardiatmo, Daljono 2013. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya periodesasi dan variabel penelitian.
Penelitian ini dimotivasi karena adanya research gap yaitu ketidakkonsistenan hasil pada penelitian – penelitian terdahulu, oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian
lebih lanjut
mengenai “Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2011-2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow
dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2011-2013”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan
berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI Periode 2011-2013”.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak yaitu :
a. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para investor atas informasi keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan
untuk berinvestasi di pasar modal, sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dalam pembelian saham di pasar modal.
b. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pembayaran dividen yang dilakukan, dapat juga digunakan sebagai alat dalam memprediksi besarnya
jumlah dividen yang akan dibayarkan. c. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian dan merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan. d. Bagi akademik, diharapkan dapat berguna dalam proses pengembangan ilmu
akuntansi khususnya tentang kebijakan dividen dan juga dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitan selanjutnya.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Signalling Theory Teori Sinyal
Teori ini menyatakan bahwa terdapat ketidakasimetrisan informasi antara manajer dan investor. Masih terdapatnya perbedaan informasi yang
dimiliki oleh investor dan manajer sehingga manajer merasa perlu untuk menyampaikan suatu sinyal ke pasar mengenai kondisi perusahaan.
Pengumuman ke masyarakat luas mengenai prospek perusahaan merupakan cara yang mudah dilakukan oleh semua perusahaan baik itu perusahaan besar
maupun perusahaan kecil. Akhirnya pasar menangkap aksi tersebut sama untuk suatu perusahaan atau dengan kata lain investor melihat adanya satu
kualitas perusahaan yang sama untuk semua perusahaan. Kondisi ini membuat manajer perusahaan yang memiliki prospek bagus di masa
mendatang menggunakan dividen untuk memberikan sinyal ke pasar. Dengan menggunakan dividen, perusahaan kecil tidak dapat mengikuti kebijakan
yang diambil oleh perusahaan besar sehingga ada perbedaan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas tinggi akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal baik ke pasar, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah
akan sulit untuk mengikuti kebijakan yang diterapkan perusahaan dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
12 Menurut teori ini, apabila perusahaan meningkatkan pembayaran
dividen, manajer percaya bahwa di masa mendatang perusahaan akan memiliki pendapatan yang cukup besar untuk menyesuaikan sistem
pembayaran dividen yang dilakukan saat ini. Jika perusahaan memberikan dividen yang lebih rendah daripada yang diharapkan maka hal ini akan
diinterpretasikan sebagai sinyal buruk. Miller dan Modigliani 1961 menyatakan bahwa penurunan dividen dapat mengindikasikan bahwa
pendapatan perusahaan di masa mendatang akan mengecewakan. Infomasi naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dipandang cukup penting bagi investor karena informasi tersebut berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh investor
atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan Prastiono, 2000. Perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh untuk menjadi lebih
besar cenderung mengalami masalah asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Leary dan Michaely 2008 menyatakan bahwa
asimetri informasi yang lebih besar akan terjadi dengan kesempatan bertumbuh yang lebih besar juga. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa beberapa proksi yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat asimetri informasi di perusahaan antara manajer dengan pemegang
saham yaitu ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Kebijakan Dividen juga tidak dapat dipisahkan dari teori sinyal karena teori ini
menyatakan bahwa investor akan memandang perubahan dividen sebagai suatu sinyal peramalan laba oleh manajemen. Menurut Wirjolukito, et al
13 dalam Suharli 2007 menyatakan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit .
2.1.2 Kebijakan Dividen Dividen Payout Ratio
Menurut Riyanto 2001:269 kebijakan dividen yang dilakukan oleh
perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut:
a. Kebijakan dividen yang stabil Kebijakan dividen yang stabil berarti jumlah dividen per lembar saham
yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya
berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan
kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan. Beberapa alasan
yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen stabil antara lain sebagai berikut:
1 Kebijakan dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada
investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang
2 Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan
menyukai adanya dividen yang tidak stabil, dimana golongan ini menginginkan
kepastian dividen yang dibayarkan. b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus
jumlah ekstra tertentu . Kebijakan dividen ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham setiap tahunnya, dimana cara penetapan dividend payout ini adalah penetapan junlah dividen minimal plus jumlah ekstra.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan
netto yang diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel Kebijakan dividen yang fleksibel menunjukkan bahwa besarnya dividen
per lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.
14 Ang 1997 menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan
bersih di perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada
para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada
kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula. Penentuan besarnya dana yang dialokasikan
untuk pembayaran dividen ini tidak ada yang membatasi, namun
tergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, apakah laba itu akan dialokasikan untuk pembayaran dividen atau untuk laba ditahan.
Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen
merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya
pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi
kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan
sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan rate of growth dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan
sebagian besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai dividen tunai disebut dividend payout
15 ratio. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin tingginya dividend
payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan
kembali di dalam perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan Riyanto, 2001.
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham, oleh karena itu dividen merupakan bagian dari
penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Besar kecil
dividen yang dibayarkan mempengaruhi pencapaian tujuan maksimalisasi
kesejahteraan pemegang saham. Menurut Ang 1997 faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan suatu usulan dividen oleh dewan direksi
antara lain: a. Keuntungan Perseroan
b. Prospek pertumbuhan usaha c. Posisi kas likuiditas
d. Aspek hukum e. Keadaan pasar
2.1.3 Macam-macam Bentuk Dividen
Menurut Keyso dan Weydgant 1995 mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan kepada para investor berbentuk, antara lain:
a. Dividen Tunai Dividen tunai merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam
bentuk uang tunai. Dividen dalam bentuk ini merupakan pembayaran
yang paling banyak diharapkan investor. b. Dividen Saham
Dividen saham merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi saham tertentu. Dividen saham merupakan dividen
16 yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi sahamtertentu.
Dibagikannya dividen dalam bentuk saham, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan dibursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin
menurunkan nilai sahamnya guna memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen
dalam bentuk tunai.
c. Sertifikat Dividen Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat
atau promes yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa sertifikat dividen yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau pembayaran dividen pada masa yang akan datang.
d. Property Dividend Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan
seperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.
2.1.4 Langkah-langkah Pembayaran Dividen
Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah
pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen Ang, 1997.
Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen yaitu : a. Tanggal pengumuman
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang secara resmi diumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran
dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-
hal yang dianggap penting yakni; tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar.
b. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham Date of Record
Tanggal pencatatan merupakan tanggal dimana perusahaan harus melakukan pencatatan nama dari para pemegang saham. Para pemilik
saham yang terdaftar sebagai pemegang saham pada perusahaan publik atau emiten tersebut diberikan hak untuk memperoleh pembagian dividen,
sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk mendapatkan dividen.
c. Tanggal cum-dividend Cum-dividend Date Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang
masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.
17 d. Tanggal ex-dividend Ex-dividend Date
Tanggal ini merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli
saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.
e. Tanggal pembayaran Payment Date . Tanggal ini merupakan tanggal dimana perusahaan melakukan pembayaran dividen kepada para
pemegang saham yang telah memiliki hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen
sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten dividen tunai, dividen saham.
2.1.5 Pola Pembayaran Dividen
Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada
pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan Ang, 1997, yaitu :
a. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share
Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan
membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan.
Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya
b. Stable Dividend per-share
Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila
dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap stable amount dari tahun ke tahun.
c. Stable Payout Ratio
Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.
d. Regular Dividend plus Extras
Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan
fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra kepada pemegang saham. Pola ini
mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga
18 dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham. e.
Fluctuating Dividends and Payout Ratio Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan
\dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang
dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.
2.1.6 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atau laba. Perusahaan yang dapat membukukan profit tinggi maka
perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan usaha. Perusahaan yang dapat menciptakan profit atau laba besar berarti perusahaan dapat
menciptakan pendanaan internal bagi perusahaan sendiri. Setelah ada dana tersebut, maka perusahaan akan menggunakan untuk ditahan menjadi laba
ditahan dan dibagikan kepada para pemilik sebagai dividen. Menurut Wirjolukito, et al dalam 2013 menyatakan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberikan “sinyal” mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk
perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan
dibagikan jika perusahaan memperoleh laba. Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan deviden dapat
dianalogikan sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang dapat membukukan laba maka perusahaan tersebut dapat memilih untuk menahan laba atau
19 membagikan sebagai deviden. Jika perusahaan membagikan deviden maka
pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Menurut teori “bird in the hand” investor lebih menyukai dibagikan deviden daripada menunggu
pengembalian dari keuntungan modal. Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi profitabilitas menggambarkan kemampuan badan
usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro 1991:731 “profitabilitas
suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan”. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan
dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan
para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan
badan usaha tersebut. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis
untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan
hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek
yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi
20 tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan
usaha tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas dapat diproksikan dengan menggunakan Return On Assets ROA. ROA dapat diukur dengan
menggunakan rumus: ��� =
Net Income Total Assets
x 100
2.1.7 Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti
semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen Riyanto, 1995. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan
tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan membayar membayar dividen semakin besar juga. Likuiditas dapat diproksikan dengan
menggunakan Current RatioCR. CR dapat diukur dengan menggunakan rumus:
������� ����� =
������� ������ ������� �����������
x 100
21 2.1.8
Leverage Debt to Equity Ratio Van Horne dan Wachowicz, 2005 menyebutkan bahwa
debt to equity ratio DER dapat memberitahu kita bahwa para kreditur memberikan
pendanaan untuk setiap jumlah uang yang diberikan oleh pemegang saham. Para kreditur secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah.
Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi
kreditur jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Jadi, perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dengan para kreditur karena rasio
utang yang besar. Gupta mengungkapkan bahwa utang bepengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
proporsi utang atau semakin meningkatnya utang yang digunakan dalam struktur modal semakin besar pula kewajibannya.
Leverage dapat diproksikan dengan menggunakan
Debt to Equity Ratio DER. DER dapat diukur dengan menggunakan rumus:
DER =
Totsl Debt Total Equity
x 100 2.1.9
F ree Cash F low Alir an Kas Bebas Free Cash Flow aliran kas bebas menggambarkan tingkat
fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen 1986 mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan
Net Present Value NPV positif dilakukan. NPV atau nilai sekarang bersih adalah
analisa kekurangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan
22 diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang
dikeluarkan. Jika NPV dari suatu proyek positif, hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan sebesar jumlah positif
dari NPV yang dihitung dari investasi tersebut dan juga bahwa investasi tersebut diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
daripada tingkat keuntungan yang dikehendaki. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain.
Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam
situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan
sehingga memerlukan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru. Sedangkan menurut Ross et al 2000, aliran kas
bebas merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja
working capital atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan
gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai
perusahaan. Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas
bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya
23 didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki
aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi periode
mendatang. Karena kondisi diatas, maka mengindikasikan bahwa aliran kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang
kecil. Alat ukur yang digunakan adalah: Free Cash Flow = Aliran Kas Operasi –Pengeluaran Modal Bersih +
Perubahan Modal Kerja 2.1.10 Ukur an Per usahaan
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan masih
kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi
darpada perusahaan kecil Damayanti dan Achyani, 2006. Ukuran
perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun total assets dari suatu
perusahaan Riyanto, 2001. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar modal
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Akses yang baik dapat
24 membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan
aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba
dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan. Penelitian ini menggunakan total asset sebagai ukuran perusahaan yang di proksikan dengan logaritma
natural dari total assets tiap tahun. Size = Logaritma Normal Total Assets
2.2 Tinjauan Penelitian Ter dahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan dividen sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
1. Hardiatmo, Daljono 2013 mengenai Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 –
2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio DPR, variabel Likuiditas
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen,
Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif. 2. Halim Jauwanto 2013 yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2008-2011. Hasil
25 penelitiannya yaitu variabel pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, variabel risiko perusahaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan
dividen perusahaan, variabel profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahan, dan variabel set kesempatan
investasi memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang
Konsumsi Periode 2008-2011. 3. Penelitian lain dilakukan oleh Lopolusi Ita 2013 mengenai Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kebijakan dividen,
variabel utang berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash flow berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.
4. Santoso Dwi Habib 2012 mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009. Hasil penelitiannya yaitu variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen,
26 variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen, variabel collateralizable assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
5. Rosdini 2009 mengenai Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Policy. Unit analisis penelitian adalah perusahaan manufaktur tertentu pada tahun 2000-
2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Berikut ini merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2011-20113 ”
terdapat pada Tabel 2.1.
27 Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel yang
digunakan Hasil Penelitian
Hardiatmo ,Daljono
2013. Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010.
Variabel independen :
Rasio Profitabilitas,
rasio Likuiditas,
Leverage, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran
Perusahaan. Variabel
dependen : Kebijakan
Dividen Hasil penelitian menyatakan
bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan
terhadap DPR, variabel likuiditas tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen,
variabel Leverage yang diukur dengan DER tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. ,
variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah
negatif.
Halim Jauwanto
2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi kebijakan dividen Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor
Industri Barang konsumsi Periode 2008-
2011. Variabel
independen: Pertumbuhan
Perusahaan, Risiko Pasar,
Profitabilitas. Investment
Opportunity Set.
Variabel dependen:
Kebijakan dividen,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
perusahaan, risiko perusahaan, profitabilitas perusahaan dan set
kesempatan investasi secara serempak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan
pada sektor barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia selama periode 2008- 2011.
Lopolusi Ita 2013.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007- Variabel
independen: Profitabilitas,
Likuiditas, Ukuran Badan
Usaha, Utang, Pertumbuhan,
Berdasarkan hasil pengujian diketahui
bahwa variable profitabilitas berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap variable perubahan kebijakan
dividen, variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan
28 2011.
Free Cash Flow.
Variabel dependen :
Dividen Payout Ratio.
terhadap kebiajakan dividen, variabel ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap variabel kebijakan dividen,
variabel utang berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash
flow berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel
perubahan kebiajakan dividen pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.
Santoso Dwi Habib
2012 Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-
2009. Variabel
independen : Leverage,
pertumbuhan perusahaan,
Collateralizabl e Assets,
Kepemilikan Institusional,
firm size. Variabel
dependen: Kebijakan
Dividen. Dalam penelitian ini teknik
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara
Leverage, pertumbuhan perusahaan, firm
size, collateralizable assets dan kepemilikan
institusional terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Leverage,
pertumbuhan perusahaan, firm size, collateralizable assets dan
kepemilikan institusional becara serempak berpengaruh terhadap
terhadap kebijakan dividen
Rosdini 2009
Pengaruh Free Cash
Flow Terhadap Dividend Policy.
Variabel independen :
Free Cash Flow,
Variabel dependen :
Dividend Policy.
Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap
kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
free cash flow
memiliki pengaruh positif terhadap
kebijakan dividen
29 2.3
Ker angka Konseptual dan Hipotesis Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset. Secara teoritis, kerangka konseptual akan menjelaskan hubungan antara variabel
independen profitabilitas, likuiditas, leverage, free cash flow, ukuran perusahaan
terhadap variabel dependen kebijakan dividen. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PPPPPPHJ KHCJ H1
H2
H3
H4
H5
H6
Gambar 2.1
Profitabilitas X
1
Likuiditas X
2
Leverage X
3
Free Cash Flow X
4
Ukuran Perusahaan X
5
Kebijakan Dividen Y
30
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan hubungan teori dengan faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.
Kerangka-kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu :
1. Hubungan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas
maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar Sartono, 2001:123. Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau
profit berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan
pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh
perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Sudarsi 2002, Suharli dan Oktorina 2005,
Marlina dan Danica 2009 dan Kouki 2009 menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas,
maka dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
31
2. Hubungan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
Juma’h 2008 dan Gupta 2010 dalam Ita Lopolusi 2013 mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara likuiditas dengan kebijakan dividen. Hal ini
dinyatakan dengan semakin baik likuiditas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan meningkatkan kebijakan dividen perusahaan tersebut. Likuiditas yang semakin baik
dalam perusahaan mencerminkan adanya peningkatan kas yang dimiliki badan usaha tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibagikan karena dividen merupakan outflow, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti semakin besar kemampuan
perusahaan membayar dividen Riyanto, 1995. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi
segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan
kemungkinan membayar dividen semakin besar juga. sehingga hubungan antara likuiditas dengan kebijakan deviden adalah positif. Lopolusi 2013, Budi
Hardiatmo dan Daljono 2013 menemukan bahwa bahwa likuiditas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Dari penelitian terdahulu dapat dibuat
hipotesis sebagai berikut:
H2 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
32
3. Hubungan Leverage terhadap Kebijakan Dividen
Riyanto dalam Lopolusi 2001 menyatakan bahwa leverage merupakan kemampuan suatu perusahaan membayar seumua hutang-hutangnya. Salah satu rasio
leverage adalah Debt to Equity Ratio DER. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menujukkan semakin besar kewajibannya dan semakin rendah rasio ini akan
menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia
bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Semakin besar rasio ini
menujukkan semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal kreditur dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar
perusahaan. Semakin meningkat rasio maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen
yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
33
4. Hubungan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau
investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen biasanya lebih suka untuk
menginvestasikan lagi dana tersebut pada proyek–proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya.
Disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Free cash flow menyatakan
bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham atau resiko akan kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Menurut Jensen 1986 : 137 free cash flow adalah kelebihan kas yang dipelukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif
setelah membagi dividen. Kebijakan dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen kepada pemegang saham. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan kas
tersebut untuk diinvestasikan pada aset-aset perusahaan untuk melanjutkan insentif yang diterima dan meningkatkan omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih
menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen. Menurut Jensen 1986 pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio
bersifat positif yang artinya bahwa semakin tinggi free cash flow maka semakin
34 tinggi dividend payout ratio atau atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Smith and Watts 1992 dalam Rosdini 2009 yang menyatakan bahwa untuk menghindari terjadinya overinvestment free cash flow problem,
manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi. Sehingga semakin tinggi tingkat free cash flow akan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen
kepada pemegang saham Rosdini 2009, semakin besar free cash flow yang dimiliki sutau badan usaha akan menaikkan pembayaran dividen kepada pemegang saham
sehingga dalam hal ini free cash flow memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
5. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen
Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat industri. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya mampu membayar
dividen yang tinggi kepada para pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memilik hubungan yang positif. Ukuran untuk
menentukan ukuran perusahaan adalah dengan logaritma natural dari net sales. Suatu perusahaan yang besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal, karena
perusahaan besar tersebut memiliki kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan besar memiliki fleksibilitas
yang lebih besar dan dapat membayarkan deviden lebih besar dengan perusahaan kecil.
H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
35 Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis sementara untuk hubungan secara
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:
H6 : Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran
Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI Periode 2011-2013.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini membahas Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Likuditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI Periode 2011-2013. 3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat confirmation research yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis, dimana data atau
variabel diteliti terlebih dahulu kemudian di jelaskan hubungannya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang menggunakan tabel dan grafik serta
bersifat kuantitatif.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian