32
3. Hubungan Leverage terhadap Kebijakan Dividen
Riyanto dalam Lopolusi 2001 menyatakan bahwa leverage merupakan kemampuan suatu perusahaan membayar seumua hutang-hutangnya. Salah satu rasio
leverage adalah Debt to Equity Ratio DER. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menujukkan semakin besar kewajibannya dan semakin rendah rasio ini akan
menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia
bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Semakin besar rasio ini
menujukkan semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal kreditur dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar
perusahaan. Semakin meningkat rasio maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen
yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
33
4. Hubungan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau
investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen biasanya lebih suka untuk
menginvestasikan lagi dana tersebut pada proyekâproyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya.
Disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Free cash flow menyatakan
bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham atau resiko akan kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Menurut Jensen 1986 : 137 free cash flow adalah kelebihan kas yang dipelukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif
setelah membagi dividen. Kebijakan dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen kepada pemegang saham. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan kas
tersebut untuk diinvestasikan pada aset-aset perusahaan untuk melanjutkan insentif yang diterima dan meningkatkan omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih
menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen. Menurut Jensen 1986 pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio
bersifat positif yang artinya bahwa semakin tinggi free cash flow maka semakin
34 tinggi dividend payout ratio atau atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Smith and Watts 1992 dalam Rosdini 2009 yang menyatakan bahwa untuk menghindari terjadinya overinvestment free cash flow problem,
manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi. Sehingga semakin tinggi tingkat free cash flow akan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen
kepada pemegang saham Rosdini 2009, semakin besar free cash flow yang dimiliki sutau badan usaha akan menaikkan pembayaran dividen kepada pemegang saham
sehingga dalam hal ini free cash flow memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
5. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen