Keterampilan Berpikir Kreatif TINJAUAN PUSTAKA

seimbangan struktur kognitif cognitive disequilibrium. Siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Lalu pada tahap dua diminta mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap tiga siswa diminta menetapkan jawaban sementara dari masalah, sete- lah itu tahap empat siswa diminta menguji kebenaran jawaban sementara, dan pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masa- lah tersebut. Pada tahap dua, tiga, empat, dan lima ini terjadi proses akomodasi yaitu penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru. Siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep- konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang baru ekuilibrasi. Dalam usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa dituntut untuk menjadi pembelajar yang mandiri yang mampu menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah dikenalnya serta berbagai keterampilan yang mereka miliki. Pada tahap tiga model pembelajaran problem solving, siswa diminta untuk menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan. Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk berpikir dan bertu- kar pendapat mengenai ide-idenya sendiri sehingga siswa dapat melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan ide yang telah disepakati, sehingga pada tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan keterampilan berpikir kreatif yang ketiga yaitu kemampuan berpikir orisinil, karena pada tahap ini siswa ditun- tut mengeluarkan ide - idenya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya kemampuan berpikir orisinil siswa

E. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan nilai n-Gain kemampuan berpikir orisnil siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan kemampuan berpikir orisinil siswa pada kedua kelas diabaikan. F. Hipotesis Umum Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran menggunakan model problem solving pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil dibandingkan pembelajaran konvensional.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 240 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadi- kan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi per- lakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang sama atau tidak jauh berbeda, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sam- pel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Syaodih, 2009. Dalam pelaksanaannya, peneliti meminta bantuan pihak seko- lah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan pene- liti mendapatkan kelas X 2 dan X 5 , karena kedua kelas tersebut memiliki kemam- puan awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Kemudian kelas X 5 ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas X 2 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun- der. Data primer berupa data hasil skor pretes dan skor postes, data penilaian afektif siswa, data penilaian psikomotor siswa, dan data observasi kinerja guru. Sedangkan data sekunder berupa data angket pendapat siswa terhadap pembel- ajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design Creswell, 1997. Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, yaitu: Tabel 2. Desain penelitian Kelas Pretes Perlakuan Postes Kelas kontrol O 1 - O 2 Kelas eksperimen O 1 X O 2 Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes O 1 . Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving X dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensio- nal. Selanjutnya, kedua kelompok sampel di berikan postes O 2 .

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENYIMPULKAN

0 6 42

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

1 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR DAN MEMBERIKAN PENJELASAN LANJUT PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 3 43

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

1 67 148

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

0 11 54

JUDUL INDONESIA: MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 6 53

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

6 28 47

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ORISINIL SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 9 65

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 8 60