Konsep Upacara Tinjauan Pustaka

kawin atau bride service, dan pertukaran gadis atau bride exchange Koentjaningrat dalam Depdikbud, 1977: 41 Pendapat lain dari Admad Rifqi Hidayat yang menyatakan : Perkawinan Adat Jawa merupakan budaya warisan yang sarat makna, karena itu perkembangan kebudayaan Jawa merupakan sesuatu yang menarik untuk diamati. Dalam paradigma masyarakat Jawa, perkawinan bukan sebatas proses hubungan antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih dari itu, perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga yang didasari unsur pelestarian tradisi. Oleh karena itu masyarakat Jawa sering menggunakan beragam pertimbangan dari bibit merupakan latar belakang keluarga yang baik, bebet mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dan bobot berkualitas, bermental baik, bertanggungjawab, dan berpendidikan. dikutiphttp:kejawenpringgitan.suaramerdeka.com201225simbolism e-perkawinan-Jawa.html Perkawinan bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sakral dan dianggap sangat penting karena dalam pelaksanaan perkawinannya penuh dengan ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujudan doa agar kedua mempelai selalu mendapat hal-hal yang terbaik dalam bahtera rumah tangganya. Seperti yang dijelaskan dalam Depdikbud, 1977 : Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi. Perkawinan ini merupakan fase penting pada proses pengintegrasian manusia di dalam tata alam yang sakral. Dikatakan orang, bahwa perkawinan adalah menutupi taraf hidup lama dan membuka taraf hidup yang baru. Proses ini tidak hanya saja dialami oleh perseorangan saja melainkan juga kadang-kadang menjadi tanggungjawab bersama bagi seluruh masyarakat Depdikbud, 1977: 187. Masyarakat Jawa memaknai peristiwa perkawinannya dengan menyelenggarakan berbagai upacara yang termasuk rumit. Upacara ini dimulai dari tahap pra perkawinan sampai terjadinya perkawinan dan pasca perkawinan. Tahapan pra perkawinan terdiri dari nontoni, lamaran, asok tukon, paningset, srah-srahan, pasang tarub, sangkeran, siraman ngerik, midodareni. Tahap perkawinan terdiri dari akad nikah, panggih atau temu pengantin, pawiwahan pengantin, pahargyan atau resepsi perkawinan. Kemudian pada tahap pasca perkawinan terdiri dari boyong pengantin. Perkawinan adat Jawa merupakan ikatan lahir-batin antara seorang laki- laki dan seorang perempuan sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk suatu keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam ikatan tersebut melibatkan pihak keluarga dan kerabat yang bersangkutan dan perkawinan tersebut dilakukan melalui rangkaian upacara adat tradisional Jawa yang mengandung banyak makna simbolis tentang nilai leluhur kehidupan berumah tangga. Tradisi kejawen nampak pada saat prosesi pelaksanaan upacara perkawinan dengan menggunakan berbagai macam sesaji sesajen. Sesaji sesajen yang dipersiapkan merupakan refleksi kepercayaan pada berbagai macam roh-roh yang dipercaya dapat menolak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

2.2 Kerangka Pikir

Upacara Panggih merupakan acara puncak pada perkawinan adat Jawa. Upacara Panggih merupakan upacara saat bertemunya pengantin pria dan pengantin wanita setelah akad nikah. Diselenggarakan di tempat keluarga pengantin wanita. Pasangan pengantin melaksanakan langkah-langkah sakral yang terdapat dalam upacara panggih. Upacara Panggih ini tidak hanya mempertemukan kedua pengantin, tetapi rangkaian upacara yang sarat makna. Melalui upacara ini hak dan kewajiban sebagai suami istri disampaikan secara simbolik dalam tahap-tahap upacara Panggih. Salah satu simbol yang disertakan dalam upacara panggih adalah simbol kembar mayang. Kembar mayang merupakan suatu simbol yang disertakan dalam serangkaian upacara adat perkawinan Jawa. Kembar mayang disertakan pada upacara panggih yaitu pada saat bertemunya pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Kembar mayang merupakan simbol yang berbentuk bunga yang dirangkai menggunakan janur dan dedaunan, dan fungsinya sebagai petunjuk dan nasehat bagi pengantin dalam mengarungi hidup baru. Kembar mayang memang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa ketika ada hajatan pernikahan, yang biasanya ditampilkan ketika resepsi. Lambat laun nilai budaya ini mulai memudar, dari sejarah sampai filosofinya banyak yang tidak tahu. Hanya sekedar mengikuti kebiasaan dari orang-orang terdahulu. Upacara panggih yang menyertakan kembar mayang sebagai bagian dari perkawinan adat Jawa sudah jarang dilaksanakan olem masyarakat Jawa di Kelurahan Nambahrejo. Masyarakat Jawa di Desa Nambahrejo masih banyak yang tidak mengetahui tentang makna yang terkandung pada simbol kembar mayang dalam upacara adat perkawinan Jawa. Mereka hanya melakukan upacara sesuai dengan tata cara yang benar, tetapi kurang memahami makna yang terkandung dalam simbol kembar mayang. Masyarakat Jawa di Desa Nambahrejo terutama para bujang dan gadis, mereka sebagai calon penerus kehidupan tetapi mereka tidak tahu tentang makna yang terkandung dalam simbol kembar mayang itu. Orang yang mengetahui tentang arti pada simbol kembar mayang di Desa Nambahrejo hanyalah orang-orang tertentu saja, seperti para sesepuh desa, tokoh adat, dan

Dokumen yang terkait

Upacara Adat Kenduri SKO (Studi Deskriptif di Desa Keluru, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci)

18 180 93

Eufemisme Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa Nemokke di Medan

2 64 1

DESKRIPSI SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KOTAGAJAH KECAMATAN KOTAGAJAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2010

2 33 63

Tradisi Tumplek Ponjen dalam Perkawinan Masyarakat Adat Jawa (Studi Etnografi di Desa Kedungwungu Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah)

2 65 89

BENTUK PENYAJIAN MUSIK DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT GAYO DI DESA UMANG KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 7 25

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA Aspek Pendidikan Spiritual dalam Prosesi Injak Telur Pada Upacara Perkawinan Adat Jawa, Studi Kasus di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 19

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA Aspek Pendidikan Spiritual dalam Prosesi Injak Telur Pada Upacara Perkawinan Adat Jawa, Studi Kasus di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS PADA KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS PADA KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Cangakan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar).

0 0 16

PENDAHULUAN ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS PADA KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Cangakan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar).

0 0 8

PERUBAHAN TATA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA DI DESA SIDOMULYO 1998

0 0 91