9
Menurut Sagala 2010 Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasil-
nya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih me- nekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang me-
lalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Teori belajar yang berlan-
daskan kontruktivisme adalah teori belajar menurut Piaget. Menurut Piaget dalam Baharuddin dan Wahyuni 2010
Manusia memiliki struktur dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang
sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan di dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan
dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget,
sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.
Dalam kaitanya dengan pandangan kontruktivisme Suparno 1997 menyatakan bahwa secara garis besar prinsip dasar kontruktivisme adalah
10 1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktifan siswa sendiri untuk bernalar. 3.
Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.
Teori Piaget dan pandangan kontruktivisme erat kaitanya dengan model pembel-
ajaran POE, karena siswa secara aktif mengkontruksi pemahamanya baik secara sendiri maupun secara sosial, bukan sebagai proses dimana gagasan guru dipin-
dahkan kepada siswa.
Berdasarkan teori konstruktivistik di atas belajar merupakan pengalaman nyata yang dialami oleh subjek belajar, sehingga subjek belajar harus aktif untuk me-
nemukan pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk bisa memaknai apa yang telah mereka temukan.
C. Model Pembelajaran POE
Model pembelajaran Predict-Observe-Explan merupakan model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang di mulai dengan penyajian per-
soalan kimia dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi, di- lanjutkan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap per-
soalan kimia dan kemudian di buktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.
White dan Gustone 1992 memperkenalkan Predict-Obiserve-Explan dalam bukunya Probing Understanding Mabout: 2006. Model pembelajaran POE
11 dinyatakan sebagai model pembelajaran yang efisien untuk memperoleh dan
meningkatkan konsepsi sains siswa, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE adalah meliputi prediksi
siswa dari hasil demonstrasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka be- rikan dari hasil demonstrasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari peng-
amatan mereka. Model pembelajaran ini mensyaratkan prediksi siswa atas prediksinya, lalu siswa
melakukan eksperimen untuk mencari tahu kecocokan prediksinya, dan akhirnya siswa menjelaskan kecocokan atau ketidakcocokan antara hasil pengamatan dan
prediksinya. POE dapat membantu siswa mengexplorasi dan meneguhkan gaga- sannya, khususnya pada tahap prediksi dan memberi alasan. Tahap observasi
dapat memberikan situasi konflik pada siswa berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan terjadinya rekontruksi dan revisi gagasan awal.
Model Pembelajaran POE adalah singkatan dari predict, observe, dan explan
Suparno, 2007. Model pembelajaran POE memilki 3 tiga langkah utama yang dimulai dengan guru menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri
dengan menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun ketiga langkah yaitu :
a. Prediction prediksi adalah merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa kimia. Dalam membuat dugaan siswa sudah me-
mikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini siswa diberi kebebasan seluas-luasanya menyusun dugaan dengan alasannya,
sebaiknya guru tidak membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan
12 konsep kimia muncul dari pikiran siswa. Semakin banyaknya muncul dugaan
dari siswa, guru akan dapat mengerti bagaimana konsep dan pemikiran kimia siswa tentang persoalan yang diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga
dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membangun konsep yang
benar. b. Observation observasi yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang ter-
jadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk meng- uji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa membuat
eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa meng- amati apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi
atas prediksi mereka. c. Explanation eksplanasi yaitu pemberian penjelasan terutama tentang ke-
sesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka mem-
peroleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat maka siswa dapat
mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Disini, siswa
dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya belajar dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan.
Model Pembelajaran POE menurut Nurjanah 2009 menyatakan bahwa model