mempelajari hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah dapat direkonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.
2
Timbulnya ketaatan seseorang terhadap hukum terlepas dari adanya sanksi baik secara sadar maupun tidak sadar, pada umumnya karena bermacam-macam
sebab sebagaimana di kemukakan oleh Utrecht. Petanyaan-pertanyaan yang timbul atas dari mana hukum tersebut berasal, mengapa manusia harus mentaati hukum
dan sebagainya, mengakibatkan berbagai madzhab bermunculan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang madzhab-madzhab ilmu pengetahuan hukum,
maka akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja madzhab-madzhab yang timbul dalam ilmu pengetahuan hukum ? 2. Bagaimana pengertian madzhab-madzhab tersebut ?
C. Tujuan
1. Mengetahui madzhab-madzhab apa saja yang timbul dalam ilmu pengetahuan hukum
2. Mengetahui pengertian madzab-madzhab tersebut
2 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 253
BAB II PEMBAHASAN
Persoalan terhadap hukum banyak menimbulkan berbagai teori dan aliran atau madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum. Teori-teori yang terdapat dalam
kurun waktu abad yang tidak sama selalu harus berada dalam suasana harmoni. Pertentangan-pertentangan yang ada bukan merupakan suatu hal yang mustahil. Teori
pemikiran dalam hukum timbul karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mengkaji ilmu hukum. Berikut ini akan dibahas mengenai aliran-aliran atau madzhab-
madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum.
A. Madzhab Hukum Alam
Teori tentang hukum alam telah ada sejak zaman dahulu. Madzhab hukum alam merupakan suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak pada
keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak dapat diganggu. Apabila keadilan tersebut terganggu, maka akan menimbulkan reaksi manusia yang akan
berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula yaitu situasi yang adil menurut pandangan orang yang berpikir sehat. Jadi hukum alam adalah yang tidak
bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa saja, dan jelas bagi semua manusia.
3
Hukum alam yang antara lain dikemukakan oleh sebagai berikut:
1. Ajaran Hukum Alam Aristoteles
3 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2013, hlm. 67-68
Terdapat dua macam hukum yang diajarkan oleh Aristotleles, yaitu: a Hukum yang berlaku karena penetapan pemimpin negara
b Hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia tentang baik buruknya hukum yang asli
4
Macam hukum yang kedua merupakan hukum alam, yaitu hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia, akan tetapi berlaku untuk semua
manusia kapan saja dan dimanapun berada. Menurut Aristoteles, keadilan tidak sama, sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam yang asli, namun harus
diakui terdapat hukum yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, bukanlah syarat mutlak bahwa hukum alam berlaku di zaman apa saja dan dimana saja,
melainkan lazimnya yaitu dalam keadaan biasa, hukum alam tersebut memang didapati dimana saja dan di zaman apa saja. Jadi, hukum alam itu ialah hukum
yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam.
5
2. Ajaran Hukum Alam Thomas van Aquino Thomas van Aquino berpendapat bahwa hukum kodrat itu ada, yaitu
dalam hukum abadi yang merupakan ratio ke-Tuhanan lex aeterna yang menguasai seluruh dunia sebagai dasar atau landasan bagi timbulnya segala
undang-undang atau berbagai peraturan hukum lainnya dan memberikan kekuatan mengikat pada masing-masing peraturan hukum tersebut.
6
4 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 59
5 Ibid, hlm. 68 6 Soeroso, Op.Cit, hlm. 69
Lex aeterna merupakan kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan dunia. Manusia oleh Tuhan dikaruniai kemampuan berpikir dan kecakapan
untuk membedakan baik dan buruk serta mengenal berbagai peraturan- peraturan yang berasal dari undang-undang abadi tersebut dan oleh Thomas van
Aquino dinamakan hukum alam lex naturalis. Hukum alam tersebut hanyalah memuat asas-asas umum seperti misalnya:
a Berbuat baik dan jauhi kejahatan b Bertindaklah menurut pikiran yang sehat
7
Hukum alam abadi lex aeterna itu sendiri pada dasarnya terdiri atas hukum positif Tuhan lex divina dan hukum alam lex naturalis. Hukum
positif Tuhan lex devina bersumber pada kemauan Tuhan, sedangkan hukum alam lex naturalis bersumber pada ratio ke-Tuhanan. Disamping itu, dalam
hukum alam lex naturalis terdapat pula: a Principia prima, yang merupakan norma-norma kehidupan yang berlaku
secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal berlaku bagi segala bangsa dan masa
b Principia secundaria, yang merupakan norma-norma kehidupan yang tidak fundamental, tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif, tergantung
pada manusianya. Meskipun demikian, principia secundaria ini pada dasarnya dapat dikatakan merupakan sebagai aktualisasi principia prima.
7 C.S.T Kansil, Op.Cit. hlm. 60
Principia scundaria inilah yang menghasilkan lex humana hukum yang dibuat oleh manusia.
8
Konsep ajaran Thomas Aquino dapat digambarkan sebagai berikut:
Hukum Abadi lex aeterna
Hukum Positif Tuhan lex devina Hukum Alam lex naturalis
Principia prima Principia secundaria
3. Ajaran Hukum Alam Hugo de Groot Pada abad ke-17, muncullah seseorang yangn meletakkan dasar bagi
hukum alam modern, yaitu Hugo de Groot yang menjadikan akal sebagai barang yang sama sekali berdiri sendiri, dasar baru untuk pandangannya tentang
negara dan hukum.
9
Hugo de Groot berpendapat bahwa sumber hukum alam ialah pikiran atau akal manusia. Menurutnya hukum alam adalah pembawaan
dari setiap manusia dan merupakan hasil pertimbangan dari akal manusia yang menunjukkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Manusia harus
hidup sesuai dengan kodratnya, karena menurut kodratnya manusia mempunyai akal maka manusia harus hidup menurut kehendak akalnya. Hukum alam
8 Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hlm. 122-123 9 Ishaq, Op.Cit, hlm. 200
tersebut merupakan suatu pernyataan pikiran manusia yang sehat mengenai persoalan apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia dan karena itu
apakah perbuatan tersebut diperlukan atau harus ditolak.
10
4. Ajaran Hukum Alam Rudolf Stammler Rudolf Stammler berpendirian bahwa kebenaran hukum selalu tergantung
pada keadaan, waktu dan tempat. Ia tidak sependapat dengan ajaran hukum alam yang yang mengatakan bahwa hukum alam berlaku dimana saja, kapan
saja, dan bagi siapa saja. Pendirian Rudolf Stammler tersebut didasari suatu kenyataan bahwa adanya hukum adalah memenuhi kebutuhan manusia dalam
masyarakat yang tidak sama satu sama lain. Maka, hukum yang berlaku di masyarakat yang satu dan lainnya berbeda karena hukum diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. Rudolf Stammler berkesimpulan bahwa tidaklah mungkin hukum yang sama berlaku di semua
tempat, semua waktu dan semua orang. Ukuran hukum yang sesuai menurut Rudolf Stammler ialah hukum yang berlaku dalam masyarakat yang
anggotanya terdiri dari orang-orang yang berkehendak bebas.
11
Masyarakat demikian olehnya dinamakan sebagai suatu social ideal, yaitu masyarakat yang
dicita-citakan. Keadaan masyarakat tersebut dapat dicapai dengan syarat: a Ada asas saling menghormati dalam masyarakat yang mengandung arti
bahwa diantara anggota masyarakat harus saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing
10 C.S.T Kansil, Op.Cit., hlm. 59-60 11 Soeroso, Op.Cit., hlm. 70-71
b Ada asas turut ambil bagian principle of participation yang berarti setiap masyarakat harus diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam
kehidupan sosial masyarakat tersebut.
12
B. Madzhab Sejarah