1. Aliran rasionalism abad ke-18 dengan kepercayaannya kepada hukum alam, daya kemampuan akal dan prinsip-prinsip utama yang semuanya
mengkombinasikan pembentukan sebuah disiplin ilmu dengan metode deduksi umum tanpa mempedulikan sejarah, watak kebangsaan, dan kondisi-kondisi
sosial 2. Kepercayaan dan semagat revolusi Prancis dengan pemberontakannya melawan
kekuasaan dan tradisi, keyakinannya terhadap rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk mengatasi lingkungannya ialah seruan kesegala penjuru dunia.
14
Hukum timbul melalui proses yang perlahan-lahan. Menurut madzhab sejarah, hukum bersumber pada perasaan keadilan naluriah yang dimiliki setiap
bangsa. Karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama- sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menimbulkan hukum positif.
Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara sadar menghendakinya, tetapi hukum positif tersebut tumbuh dan berkembang di dalam
kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh dan berkembangnya hukum tersebut bersama-sama dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa.
15
Ius constitutum atau hukum positif menurut W.L.G Lemaire ialah hukum yang berlaku di daerah
negara tertentu pada suatu waktu tertentu.
16
C. Teori Teokrasi
14 Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 19 15 Daliyo, dkk, Log.Cit, hlm. 125
16 C.S.T Kansil, Op.Cit, hlm. 61
Teori tentang hukum alam merupakan bagian dari filsafat hukum yang bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan dari manakah asal hukum dan
mengapa manusia harus tunduk pada hukum. Pada masa lampau di Eropa, para filosof menganggap dan mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan dan oleh
karena itu maka manusia diperintahkan Tuhan harus tunduk pada hukum. Perintah- perintah yang datang dari Tuhan dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan mengenai
hukum yang dikaitkan dengan kepercayaan, agama dan ajaran tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan atas kepercayaan dan agama. Teori-teori yang
mendasarkan hukum atas kehendak Tuhan dinamakan teori ke-Tuhanan. Teori ini mengaggap bahwa hukum merupakan kemauan Tuhan. Berhubung perundang-
undangan ditetapkan oleh pemimpin negara, maka oleh penganjur teori teokrasi bahwa pemimpin negara mendapat kuasa dari Tuhan seolah-olah mereka adalah
wakil Tuhan.
17
Oleh karena itu, pelanggaran terhadap kekuasaan pemimpin negara merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Teori teokrasi di Barat diterima sampai
zaman Renaissance. Penganjur teori ini ialah Federich Stahl.
D. Teori Kedaulatan Rakyat Perjanjian Masyarakat
Pada zaman Renaissance, timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum ialah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, raja atau
pemimpin negara lainnya memperoleh kekuasaan bukan dari Tuhan melainkan dari rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja berasal
17 Log.Cit ,hlm. 61-62
dari suatu perjanjian antara raja dan rakyatnya. Pada abad ke-18, Jean Jacques Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah
perjanjian masyarakat contrac social yang diadakan oleh dan antara anggota masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Penganut teori kedaulatan rakyat
lainnya diantaranya ialah Montesquieu dan John Locke.
18
Teori Rousseau yang menjadi dasar dari teori kedaulatan rakyat mengajarkan bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua
peraturan perundangan adalah penjelmaan dari kemauan rakyat tersebut. Orang menaati hukum karena sudah berjanji menaati hukum. Pada buku karangannya le
contract social mengajarkan bahwa, dengan perjanjian masyarakat, orang menyerahkan hak serta wewenangnya kepada rakyat seluruhnya, sehingga suasana
kehidupan alamiah berubah menjadi suasana kehidupan bernegara, dan natural liberty berubah menjadi civil liberty.
19
Menurut aliran ini, hukum merupakan kemauan semua orang yang telah mereka serahkan kepada suatu organisasi negara yang telah terlebih dahulu
mereka bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.
20
E. Teori Kedaulatan Negara