Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian Festy Adyanastri yang meneliti kejadian gastroenteritis di RSUP Dr. Kariadi Semarang mendapatkan kelompok usia
terbanyak yang menderita gastroenteritis adalah usia 50-59 tahun sebanyak 20,20 Adyanastri, 2012.
Secara umum usia sering dikaitkan dengan daya tahan tubuh, pola hidup dan pola konsumsi makanan. Bila dilihat dari daya tahan tubuh tentunya pasien
lansia lebih berisiko terkena penyakit infeksi seperti gastroenteritis seperti yang terdapat pada data riskesdas namun hal ini tidak ditemukan pada penelitian ini
dimana didapatkan hanya 6,2 pasien yang berusia 77 tahun. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Breese et al yang mendapatkan hanya 3,3 pasien
gastroenteritis yang berusia 75 tahun. Pola hidup yang kurang memperhatikan kebersihan dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat mungkin lebih berperan
dalam menyebabkan gastroenteritis pada kelompok usia 18-27 tahun sesuai dengan pernyataan kemenkes RI yang mengatakan bahwa faktor hygiene dan
sanitasi lingkungan serta kesadaran untuk berperilaku hidup bersih menjadi faktor penting untuk pencegahan kejadian diare Kemenkes RI, 2012.
Usia rata-rata pada penelitian ini seperti terlihat pada tabel 5.2 adalah 47,43 dengan rentang usia pada usia 18-91 tahun. Hasil ini mirip dengan hasil
penelitian Chan et al yang mendapatkan usia rata-rata penderita gastroenteritis adalah 42 tahun Chan et al, 2003. Sedangkan pada penelitian Breese et al
didapatkan usia rata-rata penderita gastroenteritis adalah 34 tahun Breese et al, 2012.
5.2.2. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jenis kelamin penderita gastroentritis yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 60,8
sedangkan laki-laki sebanyak 39,2. Hal ini sesuai dengan penelitian Lopman et al, yang mendapatkan bahwa angka kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada
perempuan Lopman et al, 2011. Pada penelitian Breese et al juga didapati bahwa perempuan menderita gastroenteritis lebih banyak dengan jumlah 213
orang 59 Breese et al, 2012. Pada penelitian Festy tahun 2012 juga
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan hasil yang sama yaitu 67,3 penderita gastroenteritis adalah perempuan Adyanastri, 2012. Pada penelitian Chan et al juga mendapatkan
perbedaan yang sangat sedikit antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana didapatkan 52,3 penderita gastroenteritis adalah perempuan Chan et al,
2003. Namun pada beberapa penelitian lain justru mendapatkan hasil laki-laki
lebih sering terkena gastroenteritis seperti penelitian Al Thani et al yang mendapatkan 53,1 penderita gastroenteritis adalah laki-laki Al Thani et al,
2013. Pada penelitian Korompis et al didapatkan 63,09 pasien gastroenteritis adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih banyak beraktivitas fisik
sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga risiko terjadinya infeksi lebih tinggi pada laki-laki Korompis et al, 2013. Penelitian Cakrawardi
et al 2009 yang meneliti kejadian gastroenteritis di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar juga mendapatkan laki-laki lebih sering terkena
gastroenteritis. Jenis kelamin sering dikaitkan dengan aktivitas kerja, gaya hidup dan
perilaku berisiko seperti merokok. Pada penelitian ini didapati bahwa prevalensi perempuan menderita gastroenteritis lebih tinggi daripada laki-laki namun
berdasarkan penelitian yang lain seperti penelitian yang dilakukan ayuningtias yang meneliti kejadian diare akut pada anak sekolah dasar di depok tidak
didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gastroenteritis Ayuningtias, 2013. Hal ini sejalan dengan data riskesdas 2007 yang
menyatakan bahwa penyakit diare tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Berdasarkan data riskesdas ini jenis kelamin prevalensi perempuan dan laki-laki
hampir sama yaitu 8,9 pada laki-laki dan 9,1 pada perempuan kemenkes RI, 2011. Sehingga bila dilihat berdasarkan jenis kelamin walaupun pada penelitian
ini didapatkan perempuan lebih banyak daripada laki-laki namun secara umum penyebaran gastroenteritis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin Kemenkes RI,
2012.
5.2.3. Pekerjaan