Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap

Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen

Ilmu Komunikasi Herli Yati 070922056

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Herli Yati Nim : 070922056

Dept : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Belajar

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

Medan, 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

( Drs. Mukti Sitompul, Msi ) ( Drs. Amir Purba, MA )

Nip. 131 099 240 Nip. 131 654 104

Dekan Fakultas Fisip

( Prof. Dr.M.Arif Nasution, MA ) Nip. 131 757 010


(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lembar Pengesahan

Skripsi ini Telah Dipertahankan Didepan Tim Penguji

Departemen Ilmu Komunikasi, Fisip USU Oleh:

Nama : Herli Yati Nim : 070922056

Dept : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Belajar

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

Hari

:

Tanggal

:

Pukul

:

Panitia Penguji:

1.

Ketua Penguji

:

2.

Penguji

: Drs. Mukti Sitompul, Msi

Nip. 131 099 240


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunkasi antar pribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 7 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SMK Negeri 7 Medan, yaitu sebanyak 338 orang. Melalui rumus Tarro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 77 orang responden. Teknik yang dilakukan didalam penarikan sampel yaitu dengan Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data skunder dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari buku-buku bacaan di perpustakaan yang dianggap relevan dan mendukung dalam penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal, tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus koefisien product moment.

Untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford. Untuk menguji seberapa besar taraf signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji t, dan berapa besar kekuatan pengaruh tersebut digunakan uji determinasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 7 Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, sumber kekuatan dan pemberi jalan keluar atas semua kesulitan, yang hanya dengan rakhmat, hidayah dan kehormatan tiada terhingga dari Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan slam tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW , keluarga, para sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Guru BP dan Motivasi Belajar”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada program strata 1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya Hermansyah dan S.Nasution yang selama ini sudah membesarkan peneliti dari kecil hingga sampai sekarang ini, dengan curahan kasih sayang yang sangat besar, dengan penuh perhatian dan tidk pernah lelah memberikan semangat dan masukan-masukan dikala peneliti menghadapi masalah. Buat ketiga adik saya tersayang Herni Rahma Yati, Herisna Yati dan M.Hamdani, terima kasih selama ini telah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa pula kesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-ihak yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arief Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi. 3. Bapak Drs. Humaizi, M.A, selaku Pembantu Dekan I


(6)

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku pembiing yang telah banyak memberikan masukan, dukungan dan telah sangat sabar membibing peneliti hinga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi Ekstensi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada peneliti selama dibangku perkuliahan.

6. Para staff bagian administrasi Departemen Ilmu Komunikasi 7. Seluruh staff bagian administrasi Departemen Ilmu Komunikasi.

8. Pihak sekolah SMK Negeri 7 Medan yang telah banyak membantu khususnya dalam memberi data-data yng diperlukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

9. Seluruh siswa dan siswi kelas III SMK Negeri 7 Medan.

10.Buat teman-teman seperjuangan mahasiswa ekstensi ilmu komunikasi stambuk 2007.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkn saran yang membangun dari semua pihak.Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juni 2010 peneliti Herli Yati


(7)

Daftar Isi

Abstraksi i

Kata Pengantar iv

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar gambar xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 7

1.6 Kerangka Konsep ... 13

1.7 Model Teoritis ... 14

1.8 Operasional Variabel ... 15

1.9 Definisi Operasional ... 16

1.10 Hipotesis ... 17

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi ... 18

2.1.1 Ruang Lingkup Komunikasi ... 20

a. Bidang Komunikasi ... 20

b. Sifat Komunikasi ... 21

c. Tatanan Komunikasi ... 21


(8)

e. Fungsi Komunikasi ... 23

f. Metode Komunikasi ... 23

2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 24

2.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 26

2.2.2 Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi ... 28

2.3 Teori Self Disclosure ... 29

2.4 Kemampuan Guru BP dalam memotivasi belajar 32 2.5 Pengertian Motivasi Belajar ... 35

2.5.1 Motivasi ... 35

2.5.2 Belajar ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 39

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 40

3.4 Teknik Penarikan Sampling ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6 Teknik Analisa Data ... 44

3.7 Proses Pengolahan Data ... 45

3.7.1 Penomoran Kuesioner ... 46

3.7.2 Editing ... 46

3.7.3 Coding ... 46


(9)

3.7.5 Koefisien Korelasi Product Moment ... 47

3.7.6 Akhir Olah Data ... 47

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1 Sejarah Berdirinya SMK Negeri 7 Medan 48 4.1.2 Potensi Fisik ... 50

4.1.3 Potensi Personal ... 51

4.2 Profil Singkat Guru BP SMK Negeri 7Medan .. 52

4.3 Analisa Tabel Tunggal ... 56

4.3.1 Karakteristik Responden ... 56

4.3.2 Komunikasi Antar Pribadi Guru BP... 58

4.3.3 Motivasi Belajar ... 67

4.4 Analisa Tabel Silang ... 78

4.5 Uji hipotesis ... 89

4.6 Pembahasan ... 93

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 98

5.2Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Daftar Tabel

Tabel 1 Operasional Variabel ... 15

Tabel 2 Jumlah siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III ... 40

Tabel 3 Jumlah siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III Yang Pernah Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan Guru BP di SMK Negeri 7 Medan... 42

Tabel 4 Pedoman Penetapan Kredit Poin Bagi Penyimpangan Perilaku siswa ... 54

Tabel 5 Usia Siswa ... 56

Tabel 6 Jenis Kelamin Siswa ... 57

Tabel 7 Jurusan Siswa ... 57

Tabel 8 Sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa... 58

Tabel 9 Cara guru BP berkomunikasi dengan para siswanya menyenangkan ... 59

Tabel 10 Kepedulian dan perhatian (empati) guru BP terhadap perkembangan pelajaran siswa ... 60

Tabel 11 Kepedulian guru BP terhadap masalah yang timbul dari siswanya ... 61

Tabel 12 Guru BP sering memberikan penyuluhan sebagai dukungan motivasi belajar ... 62

Tabel 13 Penyuluhan tersebut bermanfaat dalam memotivasi belajar siswa... 63


(11)

Tabel 14 Selama penyuluhan atau berkomunikasi dengan guru BP tercipta anggapan yang positif dari para siswa

... 64 Tabel 15 Selama berinteraksi dengan guru BP tercipta hubungan

yang baik atau harmonis ... 65 Tabel 16 Antara guru BP dengan para siswa apakah ada

kesamaan sikap dan pandangan tentang cara-cara memotivasi belajar ... 66 Tabel 17 Merasakan kesamaan manfaat dalam penyuluhan... 67 Tabel 18 Berkomunikasi dengan guru BP dapat menambah

semangat giat belajar ... 68 Tabel 19 Berkomunikasi dengan guru BP menambah semangat

untuk mengulang pelajaran kembali dirumah ... 69 Tabel 20 Berkomunikasi dengan guru BP menambah keinginan

untuk berdiskusi ... 70 Tabel 21 Berkomunikasi dengan guru BP menambah keinginan

anda untuk mencari lebih banyak informasi dengan berdiskusi ... 71 Tabel 22 Berkomunikasi dengan guru BP meningkatkan

kunjungan anda keperpustakaan ... 72 Tabel 23 Berkomunikasi dengan guru BP meningkatkan motivasi


(12)

Tabel 24 Berkomunikasi dengan guru BP mempengaruhi absensi kelas agar tidak bolos ... 74 Tabel 25 Berkomunikasi dengan guru BP membuat anda yakin

bahwa kemampuan belajar dipengaruhi oleh absensi kelas ... 75 Tabel 26 Berkomunikasi dengan guru BP mempengaruhi nilai

yang diperolah para siswa ... 76 Tabel 27 Berkomunikasi dengan guru BP membuat siswa

termotivasi untuk menjadi juara kelas ... 77 Tabel 28 Hubungan antara sikap terbuka guru BP dalam

berkomunikasi terhadap semangat belajar siswa... 78 Tabel 29 Hubungan antara kepedulian dan perhatian guru BP

dalam berkomunikasi terhadap kemauan berdiskusi

siswa………... 80

Tabel 30 Hubungan antara dukungan guru BP dalam

berkomunikasi terhadap kunjungan ke perpustakaan

siswa ……….. 82

Tabel 31 Hubungan antara rasa positif guru BP dalam berkomunikasi terhadap absensi kelas siswa…... 85 Tabel 32 Hubungan antara kesamaan manfaat penyuluhan


(13)

Daftar Gambar

Bagan I Model Teori Jendela Johari ……… 10


(14)

Data Lampiran

• Kuesioner

• Tabel Foltron Cobol

• Tabel Data Mentah

• Lembar Catatan Bimbingan

• Surat Penelitian

• Surat Keterrangan Telah Melakukan Penelitian

• Contoh Surat Panggilan

• Struktur Oragnisasi SMK Negeri 7 Medan


(15)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunkasi antar pribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 7 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SMK Negeri 7 Medan, yaitu sebanyak 338 orang. Melalui rumus Tarro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 77 orang responden. Teknik yang dilakukan didalam penarikan sampel yaitu dengan Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data skunder dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari buku-buku bacaan di perpustakaan yang dianggap relevan dan mendukung dalam penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal, tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus koefisien product moment.

Untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford. Untuk menguji seberapa besar taraf signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji t, dan berapa besar kekuatan pengaruh tersebut digunakan uji determinasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 7 Medan.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu lembaga atau institusi, didalam sekolah terdapat sebuah seksi atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut Bimbingan Penyuluhan atau guru BP. Guru BP disebut juga Konselor Pendidikan. Konselor Pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan. Konselor Pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Konselor pendidikan semula disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling (BK).

Dintinjau dari fungsinya, guru BP adalah guru pendamping wali kelas dalam membimbing dan mendidik para siswa titipan orangtua. Bila kerjasama antara guru BP, walikelas, dan orangtua murid ini terjalin dengan baik, sudah dapat dipastikan akan berdampak positif dan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan semua pihak. Tapi pada kenyataannya untuk mencapai tahap yang terbaik itu selalu ada kendala. Kendalanya bisa dari berbagai faktor, bisa dari pihak guru sekolah, bisa juga dari para orangtua murid.


(17)

Yang sangat disesalkan tentu saja bila kendala itu justru muncul dari orang yang dianggap berkompeten dalam menyelesaikan masalah-masalah siswa. Salah satu masalah yang tidak mustahil muncul ke permukaan sebagai hambatan adalah kapasitas guru BP yang dipertanyakan dan diragukan. Hal ini bisa terjadi bila latar belakang pendidikan guru BP tersebut bukan dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sehingga dalam menangani masalah para siswanya terkesan serampangan, tidak bersifat edukatif, serta mengabaikan sisi psikologis siswa. Kalaupun dia berhasil menuntaskan sebuah masalah yang menimpa siswa, biasanya memunculkan masalah baru, seperti timbulnya kekecewaan dan antipati siswa pada pihah sekolah dikarenakan penanganan kasusnya tidak tepat.

Namun demikian, bukan jaminan pula bahwa guru BP yang benar-benar berlatar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesinya selalu menjujung tinggi profesonalisme. Keprofesionalan seseorang berkaitan erat dengan personality atau kepribadiannya. Bila seorang guru BP berniat serius menekuni bidangnya demi mencapai profesionalitas, latar belakang yang pernah ia tekuni bukan lagi sebuah jaminan mampu tidaknya dia menjalani profesi tersebut, sebab di lapanganlah sesungguhnya ilmu-ilmu yang tidak pernah diajarkan dibangku kuliah bermunculan. Dilapanganlah guru BP bisa bereksperimen dengan menerapkan ilmu yang kita miliki dipadukan dengan pengalaman-pengalaman sebagai guru terbaik kita.

Seyogyanya seorang guru BP mengerti dam memahami seluk beluk psikologi pendidikan maupun bimbingan dan konseling, sehingga dalam menangani kasus-kasus siswa, tidak sepenuhnya mengandalkan selera dalam hal ini pendapatnya sendiri dengan mengabaikan aspek psikologi para siswa. Dan semestinya pula guru BP memahami betul kedudukannya dalam struktur keegawaian di tempat dimana


(18)

bertugas. Bila seorang guru BP menganggap bahwa posisinya dalam struktur organisasi di instansi tempat bertugas berada diatas para wali kelas, adalah keliru. Guru BP posisinya sejajar atau setahap dengan wali kelas. Dengan begitu guru BP tidak hnya duduk-duduk saja menunggu laporan dan pengaduan kasus dari wali kelas.Guru BP tidak berhak memerintah wali kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home visit) sementara dia sendiri tidak berminat melibatkan diri lebih jauh pada masalah-masalah siswa yang dibimbingnya. Adalah sebuah kekeliruan pula bila seorang guru BP hanya duduk dibelakang meja, mengisis buku-buku pribadi siswa, lalu setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Biasanya beliau baru mengetahui masalah-masalah yang muncul di lapangan ketika mendapat laporan dari wali kelas. Ironisnya lagi bila sebuah kasus muncuk ke permukaan, tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan wali kelas dan orang tua, tanpa menyelidiki sudah sampai dimana usaha wali kelas dan orang tua dalam menyelesaikan masalah anak tersebut. Tindakan yang kurang tepat pula bila dengan entengnya mengatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi siswa tersebut diakibatkan oleh kesalahan orang tua semata yang kurang memperhatikan anaknya, serta berpendapat bahwa kunjungan rumah yang dilakukan oleh wali kelas harus lebih dari sekali. Statemen-statemen seperti itu sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, malah jadi bumerang bagi guru BP. Dengan sikap guru BP yang demikian arogan, wali kelas dan orang tua siswa akan sungkan bekerja sama dengan guru BP.

Guru BP harus proaktif, bersama-sama dengan wali kelas membimbing parasiswa dengan intens dan berkelanjutan. Guru BP harus mampu menyelami kepribadian setiap siswa yang dibimbingnya, karena itu memang tugas guru BP yang sebenarnya. Oleh karena itu guru BP harus mau dan sering masuk ke kelas dimana


(19)

para siswa membutuhkan bimbingannya. Pada dasarnya para siswa butuh bimbingannya setiap saat. Hendaknya dia memonitor kegiatan belajar mengajar setiap hari, sehingga bila ada guru mata pelajaran yang berhalangan hadir disatu kelas, guru BP bisa menggantikan guru tersebut masuk ke kelas itu dalam rangka pendekatan terhadap siswa-siswanya. Oleh karena itu, sama seperti para wali kelas dan guru mata pelajaran, guru BP pun harus mau belajar lagi, baik belajar dari pengalaman-pengalaman selama bertugas, maupun belajar dari buku-buku dan referensi-referensi yang sesuai dengan disiplin ilmunya.

Setiap guru BP dimasing-masing sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya, termasuk guru BP di SMK Negeri 7 Medan terdiri dari seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan Akuntansi, meskipun berlatar belakang berbeda dengan bidang yang digelutinya beliau tidak memiliki masalah dengan berkomunikasi antarpribadi dengan siswa secara tatap muka. Memberikan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah atau tidak merupakan salah satu tugas guru BP disekolah. Penyuluhan atau yang lebih dikenal dengan konseling memiliki tujuan untuk menghadapi masalah atau memecahkan masalah.

Sekolah SMK Negeri 7 Medan merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan unggulan yang ada di Medan. Terbukti dengan beberapa prestasi yang pernah dicapai yaitu juara I Kompetesi Akuntasi tingkat pelajar sekolah menengah atas Sumatera Utara sejak tahun 2000 – 2003, juara II Debat Bahasa Inggris se-kotamadya Medan tahun 2003, juara I Bintang Pelajar 2008 Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 dan juara I Bintang Pelajar Pilihan Pooling Sms Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 di Tiara Convention Center Medan dan beberapa prestasi lainnya. Ada lima jurusan di sekolah ini yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran,


(20)

Pemasaran, Usaha Jasa Pariwisata dan Akomodasi Perhotelan. Sekolah ini berdekatan dengan beberapa sekolah lain seperti SMK Swasta PGRI 8 Medan, SLTP Negeri 36 Medan, SMK Negeri 2 Medan, SMK Swasta Karya Agung dan SMK Swasta Multi Karya.

Guru BP harus bisa mendengarkan keluhan atau alasan siswa melanggar peraturan sekolah bukan saja didengarkan oleh siswa. Dengan tujuan agar ditemukan solusi yang tepat, tidak memihak dan baik bagi siswa itu sendiri ataupun ada pihak-pihak lain yang terkait dalam permasalahan tersebut. Guru BP bijaksana dalam mengambil segala keputusan dan memiliki hubungan interaksi dengan orang lain. Guru BP di SMK Negeri 7 Medan ini sudah menduduki jabatan sebagai guru Bimbingan Penyuluhan selama lebih dari 10 tahun. Maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka, rumusan masalahnya adalah :

“Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan”.


(21)

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan menempatkan penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi sebagai variabel bebas terbatas pada keterbukaan, empaty, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. 2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar sebagai variabel terikat terbatas

pada giat belajar, berdiskusi, kunjungan ke perpustakaan, absensi kelas dan nilai yang diperoleh.

3. Objek penelitian dari terbatas pada siswa kelas III SMK Negeri 7 Medan. 4. Penelitian ini akan dilakukan bulan November 2009 – Desember 2009.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan guru BP dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan..

b. Untuk mengetahui sejauhmana sikap guru BP dalam berkomunikasi tatap muka terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

c. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru BP terhadap siswa yang bermasalah.


(22)

1.4.2Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi seorang guru BP terhadap motivasi belajar..

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau masukan yang positif bagi lembaga dan instansi yang terkait khususnya SMK Negeri 7 Medan.

1.5Kerangka Teori

Menurut Nawawi, (1995 : 39-40) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot.

Menurut Kerlinger teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002 : 6). Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu


(23)

berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang artinya berpartisipasi dan memberitahukan.

Jadi, jika mengadakan suatu komunikasi dengan satu pihak lain, maka kita menyatakan gagasan kita untuk mendapatkan komentar dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu. Theodorson dalam Liliweri (1991 : 11) mengatakan bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu kelompok kepada yang lain terutama dengan menggunakan simbol. Sedangkan Panji Anogoro dan Ninik Widiyanti (1990 : 104) memberi definisi komunikasi sebagai berikut: komunikasi merupakan kapasitas individu dan kelompok lain.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, komunikasi itu merupakan proses atau sarana penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar mengerti, memperkuat ataupun mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain.

1.5.2Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Jika dua individu terlibat dalam percakapan dan terdapat kesamaam makna mengenai apa yang dibicarakan, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi cukup efektif dalam merubah perilaku orang lain. Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap oleh komunikator baik secara verbal dalam bentuk kata maupun non verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan, isyarat tangan dan sebagainya.

Effendy (1998 : 12) mengungkapkan bahwa hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komikator dan komunikan. Komunikasi jenis ini


(24)

dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnyayang dialogis berupa percakapan.

Menurut De Vito seperti dikutip oleh Liliweri ( 1991 : 12) memberikan pengertian bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Selanjutnya untuk memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi, De Vito dalam Liliweri (1991 : 13) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi : a. Keterbukaan (openes), komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala

ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati (empaty), kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada pernanan orang lain.

c. Dukungan (supportivness), setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif (positifness), setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.


(25)

e. Kesamaan (equality), suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadipun lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaam pandangan, kesamaan sikap, kesamaan usia, kesamaan ideologi dan sebagainya.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa komunikasi antar pribadi berlangsung karena manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi, serta menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi lebih menonjolkan keterbukaan pihak-pihak yang sedang melakukan komunikasi.

1.5.3Teori Self Disclosure

Teori Self Disclosure sering juga disebut teori Johari Window atau Jendela Jauhari. Para pakar psikologi menganggap bawha model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapa dilihat pada tabel berikui ini:

Bagan I Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain

Tidak Dikenal

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa setiap individu dapat


(26)

memahami diri sendiri maka dia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya disaat berhubungan dengan orang lain.

Proses komunikasi antarpribadi akan datang berlangsung dengan baik bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses komunikasi antar pribadi tersebut saling memiliki keterbukaan atau dalam bahasa lain komunikasi antar pribadi tidak akan berjalan dengan baik bila masing-masing orang yeng terlibat saling menutup diri.

Maka bila dikaitkan dengan penelitian ini apabila setiap siswa maupun guru saling menutup diri maka komunikasi antar pribadi didalam kelas tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Karena komunikasi antar pribadi akan berhasil apabila diantara siswa dan guru saling terbuka dan saling memahami satu sama lain.

1.5.4 Motivasi Belajar

Menurut (Stoner d.k.k, 2003 : 154), motivasi adalah karakteristik psikologi manusia. Motivasi termasuk berbagai faktor yang menyebabkan, meyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia. Motivasi berhubungan dengan “apa yang membuat orang bergerak”. Melakukan motivasi adalah suatu upaya untuk mendorong orang lain agar mau melaksanakan sesuatu hal yang baik dan positif sesuai dengan keinginan kita, dan didalam proses belajar motivasi sangat diperlukan.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sadirman, 1990 : 75).

Motivasi belajar menurut Noehi Nasution (1993 : 8) adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi untuk


(27)

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

Motivasi ada dua, yaitu:motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

1. Motivasi instrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari

luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Adapun ciri-ciri siswa yang termotivasi belajar adalah sebagai berikut : a. Giat belajar adalah rajin, bergairah dan bersemangat dalam belajar.

Dalam kegiatan rutin dikelas guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal anak didiknya.

b. Diskusi adalah bertukar pikiran atau membahas sesuatu masalah dengan mengemukakan dasar-dasar alasannya atau membahas suatu masalah untuk memecahkannya. Guru memimpin dan membimbing diskusi dengan cara tanya jawab agar siswa dapat berpikir lebih kreatif dan lebih mudah menyerap pelajaran dan memberikan referensi untuk memecahkan suatu persoalan.


(28)

c. Kunjungan ke perpustakaan adalah frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan dalam waktu tertentu. Perpusatakaan adalah sarana untuk memotivasi semangat belajar, menumbuhkan minat membaca dan mendorong siswa belajar secara mandiri.

d. Absensi kelas yaitu tingkat kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Nilai yang diperoleh ,dapat dilakukan dengan mengadakan kuis, mid dan ujian.hasil belajar siswa yang telah diterima dan dimiliki setiap siswa dalam bentuk Daftar Kumpulan Nilai (DKN).

1.6Kerangka Konsep

Menurut Nawawi (1991 : 40) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan :

1. Variabel bebas (X) merupakan sejumlah gejala, faktor, atau unsur-unsur yang menetukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain yang pada gilirannya gejala atau faktor yang kedua itu disebut variabel terikat. (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar guru dan murid dalam menyampaikan materi pelajaran.


(29)

2. Varibel terikat (Y) yaitu sejumlah gejala atu faktor yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa.

3. Variabel antara (Z), berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik / identitias responden.

1.7Model Teoritis

Berdasarkan kerangkan konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Bagan 2. Model Teoritis

Keterangan:

X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat Z = Variabel Antara

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Antarpribadi

Variabel Terikat (Y) Motivasi Belajar

Variabel Antara Karakteristik


(30)

1.8Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya didalam memecahkan masalah maka dibuatlah operasionalisasi variabelnya agar jelas penggunaanya di lapangan sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa positif 5. Kesamaan Variabel Terikat

(Y) Motivasi Belajar

1. Giat belajar 2. Berdiskusi

3. Kunjungan ke perpustakaan 4. Absensi kelas

5. Nilai yang diperoleh Variabel Antara

(Z)

Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Jurusan

1.9Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, dapat diketahui pengukuran suatu konsep. Dalam penelitian ini defenisi operasional variabelnya adalah :


(31)

a. Keterbukaan, yaitu sikap terbuka guru BP dalam komunikasi antar pribadi dengan siswa untuk memotivasi belajar.

b. Empati, yaitu kemampuan sesorang guru BP untuk memproyeksi dirinya kepada siswa.

c. Dukungan, yaitu berupa respon siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru BP.

d. Rasa positif, yaitu adanya anggapan positif para siswa terhadap guru BP dalam memotivasi belajar.

e. Kesamaan, yaitu adanya kesamaan pandangan, sikap, ideoligi, dan persepsi terhadap apa yang disampaikan oleh guru BP.

2. Variabel Terikat (Motivasi Belajar)

a. Giat belajar adalah siswa rajin, bergairah dan bersemangat dalam belajar.

b. Diskusi adalah siswa bertukar pikiran atau membahas sesuatu masalah yang berhubungan kegiatan belajar siswa dengan mengemukakan dasar-dasar alasannya untuk memecahkannya.

c. Kunjungan ke perpustakaan adalah frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan dalam waktu tertentu.

d. Absensi kelas yaitu tingkat kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Nilai yang diperoleh yaitu pencapain belajar siswa yang dilambangkan berupa angka atau huruf yang dapat diperoleh dengan mengadakan kuis, mid dan ujian.


(32)

3. Variabel Antara (karakteristik Responden) a. Usia yaitu umur responden 15-18 tahun. b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin siswa

c. Jurusan yaitu jurusan siswa sebagai responden.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentative (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya. (Nawawi 2001 : 161)

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru Bimbingan dan Penyuluhan dan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru Bimbingan dan Penyuluhan dan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata communis yang berati sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai sutau pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9).

Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna, sehingga komunikasi yang dilakukan kedua orang tersebut bersifat komunikatif. Akan tetapi, pengertian komunikasi diatas sifatnya masih dasariah, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komuunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan, dan lain-lain.

D. Lawrence kincaid (Cangara, 2006:19), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah suatu usahaa yang sistematis untuk merumukan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. (Amir Purba, 2006:29-30).


(34)

Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan sosial dam kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingakh laku (komunikate) seseorang. Akan tetapi, seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, maka para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who

Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

a. Komunikator (Communicator)

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memulai memberikan informasi kepada lawan bicaranya.

b. Pesan (Message)

Pesan merupakan seperangkat lambang yanag bermakna yang disampaikan oleh komunikator.


(35)

Media adalah saluran komunkasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

d. Komunikan (Receiver)

Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.

e. Efek (Effect)

Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

2.1.1 Ruang Lingkup Komunikasi a. Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya (Amir Purba, 2006:38), komunikai meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi oragnisasi/managemen (organization/management

communication)

3. Komunikasi bisnis (business communication) 4. Komunikasi politik ( political communication)

5. Komunikasi internasional ( internasional communication) 6. Komunikasi antar budaya ( interculture communication) 7. Komunikasi pembangunan ( development communication) 8. Komunikasi tradisional ( traditional communication) 9. Komunikasi lingkungan ( enviromental communication)


(36)

b. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya (Amir Purba, 2006 : 36), komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Komunkasi verbal (verbal communication)

a) Komunikasi lisan (oral communication)

b) Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi non verbal (non verbal communication)

a) Komunikasi kial (gestrual communication)

b) Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

c. Tatanan Komunikasi

Berdasarkan situasi komunikan, (Effendy, 2003:53) maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

a. Komunikasi intra pribadi (interpersonal communication)

b. Antar pribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (group communication)

a. Komunikasi Kelompok kecil (small group communication)

b. Komunikasi Kelompok besar (large group communication) 3. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media


(37)

• Surat kabar

• Majalah

b. Komunikasi media massa elektronik (elektronic mass media

communication)

• Radio

• Televisi

• Film

• Lain-lain

4. Komunikasi media (media communication) a. Surat

b. Telepon c. Pamflet d. Poster e. Spanduk f. Lain-lain

d. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya (Effendy,2003:55) komunikasi terbagi empat yakni: 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour)


(38)

e. Fungsi Komunikasi

Teknik komunikasi,(Effendy,2003:55) diklasifikasikan menjadi: a. Komunikasi Informatif (informatif communication)

b. Komunikasi Persuasif (persuasif communication) c. Pervasif (pervasif communication)

d. Koersif (coersive communication) e. Instruktif (instruktive communication)

f. Hubungan manusiawi ( human relation)

f. Metode Komunikasi

Metode komunikasi (Effendy,2003:56) meliputi kegiatan-kegiatan yang terorganisir sebagai berikut:

a. Jurnalisme/Jurnalistik (journalism)

1. Jurnalisme cetak (printed journalism)

2. Jurnalisme elektronik (electronic journalism), yaitu radio dan televisi.

b. Hubungan masyarakat (public relation)

c. Periklanan (advertising) d. Propaganda

e. Perang urat syarat (psychological warfare)

f. Perpustakaan (library) g. Lain-lain


(39)

Komunikasi merupakan suatu proses yang berawal dari seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang komunikan melalui media atau saluran tertentu dan akan menimbulkan efek tertentu.

2.2 Komunikasi Antar Pribadi

Berdasarakan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk : a) komunikasi antar pribadi, b) komunikasi kelompok dan c) komunikasi massa. Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang dibahas hanya menyangkut komunkasi antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Widjaja A.W (1986:8) memberikan definisi mengenai komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. Dalam pengertian ini tidak diberikan batasan mengenai kelompok kecil dalam jumlah yang ditentukan.

Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi yaitu: a. Komunikasi Diadik (Diadic Communication)

adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan, dialognya terjadi secara intens,komunikator konsentrasi pada komunikan saja.


(40)

b. Komunikasi Triadik (Komunikasi Triadic)

yaitu terdiri dari tiga orang , yaitu satu komunikator dan dua komunikator. Percakapan ini biasanya bersifat dialogis. Komunikasi triadik ini lebih efektif dalam kegiatan merubah sikap, opini dan perilaku komunikasi. Elemen yang ada didalam proses komunikasi antar priadi menurut Vito (1978 : 50) adalah sebagai berikut:

1. Adanya pesan

2. Adanya orang atau sekelompok orang 3. Adanya penerimaan pesan

4. Adanya efek

5. Adanya umpan balik

Pesan adalah bentuk komunikasi, baik verbal dan non verbal, dalam pengertiannya komunikasi verbal adalah secara lisan dan tulisan, sedang non verbal yaitu memakai simbol, isyarat, sentuhan, perasaan dalam proses komunikasi. Orang atau sekelompok orang yaitu bila seseorang berkomunikasi paling sedikit akan melibatkan dua orang atau lebih. Sedangkan dalam penerimaan yaitu dalam komunikasi antar pribadi, tentu pesan-pesan harus dapat diterima dan selanjutnya terjadi efek berupa persetujuan mutlak berupa pengertian kemudian umpan balik pesan yang dikirim baik sengaja atau tidak sengaja dapat dilakukan dengan tatap muka, senyum atau anggukan kepala. Jika telepon hanya berupa vokal saja.

Menurut Liliweri (1991 : 13) bahwa terdapat 6 ciri komunikasi antar pribadi, yaitu:


(41)

2. Berakibat disengaja atau tidak disengaja 3. Kerapkali berbalas-balas

4. Adanya hubungan antara dua orang 5. Suasana huungan yang bervariasi 6. Menggunakan lambang

Dari hal di atas dapat dinyatakan terlaksana karena ada faktor pendorong yang menjadi alasan dilakukannya komunikasi ini yang sebelumnya sudah direncanakan dan yang paling penting mencapai hasil adanya keterpengaruhan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah terdapatnya suatu hubungan komunikasi yang bukan saja sekedar menyampaikan informasi, tetapi terdapat uunsur pendekatan pribadi. Karena hal ini penting dalam upaya menguubah sikap, pendapat dan perilaku. Untuk memperolah komunikasi efektif, maka pesan-pesan yang ingin disampaikan harus dipersiapkan jauh sebelumnya agar mencapai hasil yang dinginkan.

2.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Dari penjelasan sebelumnya dapat ditinjau ciri-ciri yang menujukkan perbedaan yang khas antara komunikasi antar pribadi dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok.menurut Burnlund (1968) ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan b. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur c. Terjadi secara kebetulan


(42)

d. Tidak mengejar tujuan yang telah direncakan terlebih dahulu e. Indentitas kenggotaannya kadang-kdang kurang jelas

f. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja

Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah:

a. Arus pesan yang cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya tatap muka c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi

e. Kecepatan jangkuan terhadap audience yang besar relatif lambat f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap

Dari beberapa sumber tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umunya tatap muka) b. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

c. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas

d. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja e. Kerap kali berbalas-balasan

f. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

g. Harus membuahkan hasil


(43)

2.2.2 Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Miller dan Steinberg (1975), komunikasi antar pribadi hanya dengan memperhatikan situasi maka hal itu sifatnya statik, tidak seoranpun dapat mengembangkannya lagi. Padahal situasi hubungan antar manusia demikian bebasnya dan selalu dapat berubah-ubah.

Berdasarkan pendapat Millerdan Steinberg maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar manusia harus benar-benar manusiawi sehingga orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya dari pada komunikasi antar pribadi diantara pihak-pihak yang sudah saling mengenal sebelumnya.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antar dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986),Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah:

a. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal

b. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived c. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis melainkan dinamis

d. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataaan yang satu harus berkaitan dengan yang lainsebelumnya) e. Dipandu oleh tata aturan yangbersifat intrinsic dan ekstrinsik

f. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan g. Melibatkan didalamnya bidang persuasif


(44)

2.3 Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan Johari

Window atau jendela johari. Berikut gambar Jendela Johari tentang bidang pengenalan

diri dan orang lain: Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain

Tidak Dikenal

Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain

Gambar tersebut melukiskan bahwa dalam pengambangan hubungan antar seorang dengan lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu.Apabila rumus tersebut diterapkan dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bidang I (Daerah Terbuka)

Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, perilaku, sikap, perasan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Daerah terbuka masing-masing individu akan berbeda-beda besarnya tergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang


(45)

yang membuat merasa nyaman dan mendukung. Komunikasi bergantung pada sejauh mana seseorang membuka diri kepada orang lain dan kepada diri sendiri. Jika tidak mengenal orang lain, maka komunikasi akan menjadi sangat sukar, demikian juga sebaliknya. Komunikasi akan bermakna jika saling mengenal. Untuk meningkatkan komunikasi, terlebih dahulu memperbesar daerah terbuka ini. Melukiskan suatu kondisi dimana antara guru BP dengan para siswa mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

2. Bidang II (Daerah Buta)

Daerah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri yang dapat diketahui orang lain akan tetapi tidak diketahui oleh diri sendiri. Hal ini dapat berupa kebiasaan kecil yang mengatakan ”tahu kan”. Komunikasi menuntut keterbukaan dari pihak yang saling terkait. Bila daerah buta, komunikasi menjadi sulit. Melukiskan hubungan antara kedua belah pihak baik guru BP dan siswa hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.

3. Bidang III (Daerah Tersembunyi)

Daerah tersembunyi (hidden self) mengandung semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi disimpan hanya untuk diri sendiri. Ini merupakan sutau daerah untuk merahasiakan segala sesuatu tenang diri sendiri dan tentang orang lain.Dimana masalah hubungan antara kedua belah pihak baik guru BP maupun siswa diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.


(46)

4. Bidang IV ( Daerah Tidak Dikenal)

Daerah tidak dikenal (unknown self) adalah bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara guru BP dan siswa.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam komunikasi antar pribadi khususnya didalam sebuah sekolah adalah bidang I (daerah terbuka), dimana antar komunikator (guru) dengan komunikan (siswa) saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan antar pribadi tidak se ideal yang diharapkan, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan orang lain biak guru dan siswa betapa seringnya mempunyai peluang untuk menyenbunyikan atau mengungkapkan masalah yang dihadapi.

Menurut Luft (1969) yang dikutip oleh Deddy Mulyana (1996:19) menggambarkan beberapa ciri penyingkapan diri (self diclosure) yang tepat. Lima ciri terpenting adalah sebagai berikut:

1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung 2. Dilakukan oleh kedua pihak

3. Disesuaikan dengan keadaan yang berlangsung

4. Disesuaikan dengan apa yang terrjadi saat ini pada dan antar orang-orang yang terlibat.

5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit (Deddy Mulyans, 1996:19).


(47)

2.4 Kemampuan Guru BP Dalam Memotivasi Belajar

Guru Bimbingan dan Penyuluhan adalah guru yang memiliki tugas yang sama dengan guru bidang studi lainnya, yakni bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru Bimbingan dan Penyuluhan tentunya memiliki trik-trik tertentu, bagaimana proses pembelajaran anak dapat meningkat, dan tentunya memiliki kita tersendiri pula bagaimana mencari tahu permasalahan anak didik, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar.

Adapun tujuan bimbingan dan penyuluhan pada hakikinya sama dengan tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Bimbingan dan penyuluhan itu merupakan proses pemberian bantuan yang ditujukan agar anak didik mampu memahami diri, mengenal lingkungan, dan mampu merancang masa depannya.

Seorang anak didik dikatakan memiliki kemampuan memahami dirinya bilamana yang bersangkutan menunjukan kemampuan yang tinggi terhadap kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, bakat dan minatnya, serta karakteristik pribadi lainnya. Sedangkan kemampuan pengenalan anak didik terhadap lingkungan diindikasikan oleh kemampuannya dalam mengenal lingkungan dan fasilitas yang ada di sekolah, di rumah dan di masyarakat, serta kemampuannya memanfaatkan lingkungan tersebut secara optimal bagi kemajuan belajarnya. Sementara itu, bilamana anak didik memiliki kemampuan di dalam merancang masa depannya, bila yang bersangkutan menunjukan kemampuannya dalam mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada sesuai dengan karakteristik pribadi serta peluang yang ada, serta memiliki kemampuan di dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Jadi, sejalan dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, upaya bimbingan dan penyuluhan ditujukan agar anak didik mengenal dan menerima diri


(48)

sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan.

Sebagai guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, tentunya terlebih dahulu memahami akan hakiki dari bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, apa tujuannya, bagaimana fungsi dan perannya di sekolah, setidak-tidak ada empat fungsi utama guru BP, diantaranya : pemahaman individu dengan segala karakteristiknya, fungsi pencegahan, yakni mencegah perilaku negative yang dapat menghambat perkembangannya, fungsi pengentasan, yakni memberi bantuan dalam mengentaskan permasalahannya, serta fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yakni bagaimana memelihara dan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik.

Guru yang ditunjuk sebagai petugas BP, kebetulan bukan lulusan BP, perlu lebih memahami tentang prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, pertama berkenaan dengan sasaran pelayanan itu sendiri, tidak membedakan etnis, umur, agama dan status ekonomi. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu, yakni bagaimana anak didik mampu menyesuaikan dirinya di rumah, sekolah dan masyarakat, baik faktor ekonomi maupun budaya. Selanjutnya prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan, yakni bahwa BP merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, fleksibel, berkelanjutan, perlu evaluasi.

Bila dihayati dan dicermati secara seksama, bahwa guru Bimbingan dan Penyuluhan eksistensinya sangat diperlukan. Apa lagi ke depan kita permasalahan semakin kompleks, baik lingkup internasional, regional, maupun nasional. Kini kita dalam era globalisasi, dan tentunya dampak dari semua itu akan berpengaruh terhadap


(49)

perkembangan anak didik kita. Tingkat kerawanan yang menimpa anak didik perlu selalu dikuatirkan, dan tentunya guru Bimbingan Penyuluhan banyak lebih tahu bagaimana kondisi anak didiknya. Guru Bimbingan Penyuluhan ikut bertanggungjawab secara moral untuk mengantisipasi agar anak didiknya tidak terbawa arus oleh dunia global yang lebih bersifat negatif, arahkan kearah yang lebih bersifat positif, dan berikan arahan dan bekal agar anak didik memiliki kekebalan terhadap bermacam-macam penyakit sosial, yang terus melanda dunia, dan tentunya termasuk negeri kita.

Guru BP hendaknya ada disetiap sekolah, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Karena pada kondisi ini tingkat kerawanan social cukup tinggi, dan kondisi anak pada proses perkembangan kejiwaan. Anak didik pada kondisi ini belum memiliki daya antisipasi yang kuat, di dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus komunikasi dan informasi melalui multi media (Televisi, internet) sangat berpengaruh terhadap sikap mental anak didik. Bila mereka sudah diberikan bekal yang cukup, termasuk peran guru BP, di samping orang tua, dan masyarakat, maka apapun dampak dari modernisasi tersebut, akan dapat disaring secara positif oleh anak didik. Semua itu akan menjadi proses pembelajaran anak didik agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara dewasa. Masalah yang dihadapi siswa dapat dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar. Akan tetapi biasanya masalah tersebut bermuara menjadi kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, pengamatan kebiasaan belajar.

Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal. Ada beberapa teknik membantu siswa yang


(50)

kesulitan belajar, yaitu (1) pengajaran perbaikan, (2) pengayaan, (3) peningkatan motivasi belajar, (4) peningkatan keterampilan belajar, (5) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

2.5 Pengertian Motivasi Belajar 2.5.1 Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Menurut Djamarah (2002 : 82) dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan termasuk belajar. Anak didik yang giat belajar karena didorong untuk mendapatkan nilai yang tinggi sehingga dia rajin belajar. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi merupakan kebutuhan yang harus anak didik penuhi. Oleh karena itu diyakini bahwa motivasi dan kebutuhan mempunyai hubungan dalam belajar. Kebutuhan anak didik bermacam-macam dan berpotensi melahirkan motivasi yang bervariasi dalam belajar.


(51)

Menurut Djamarah (2002 : 16), motivasi dipandang dari dua sudut pandang, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri probadi seseorang, dimana motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buk-buku untuk dibacanya. Siswa yang memiliki motivasi Intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik dan yang berpengetahuan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah kebalikan dari Motivasi Intrinsik. Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik. Motivasi Ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Motivasi Ekstrinsik ada yang negatif sepert ejekan, celaan, hukuman maupun sindiran kasar. Motivasi Ekstrinsik positif antara lain nilai prestasi, ijazah, ujian dan hadiah. Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama-sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan. Belajar memerlukan motivasi. Motivasi merupakan sesuatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan termasuk belajar.


(52)

bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan

2.5.2 Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia ,belajar merupakan salah satu proses yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut salah satu situs diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifetasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dari pengertian motivasi dan belajar tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel yang berhubungan dengan variasi variabel-variabel lainnya (Rakmat,2007:27). Dengan metode korelasional, kita bukan hanya menghimpun data dan menyusun secara sistematis, tetapi juga meneliti hubungan diantara variabel-varaibel.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu minggu yaitu pada bulan Desember 2009 di SMK Negeri 7, Jl.stm no.12 E Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang dipelajari.(Singarimbun, 1995:152). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III yang pernah berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru BP disekolah tersebut. sebanyak 338 orang.


(54)

Tabel 2

Jumlah Siswa SMK Negeri 7 Medan Kelas III

Jurusan Jumlah siswa-siswi

Akuntansi 114

Administrasi Perkantoran 74

Pemasaran 76

Usaha Jasa Pariwisata 38

Akomodasi Perhotelan 36

Jumlah 338

Sumber: tata usaha SMK Negeri 7 Medan

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari (Sarwono,2006:111). Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut diatas, maka digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10 % dengan tingkat kepercayaan 90% (Rakmat, 1997:82).

n =

1 ) (d 2 + N

N

Keterangan: n = sampel

N = jumlah populasi d = presisi 10% atau 0.1

berdasarkan data yang ada maka dengan menggunakan rumus diatas jumlah sampel adalah sebagai berikut:


(55)

n = 1 ) 1 . 0 ( 338 338 2 + n = 38 . 4 338

n = 77,16 n = 77

Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 77 orang.

Setelah jumlah sampel ditentukan, kemudian dialokasikan secara proporsional untuk memperoleh jumlah sampel dari setipa tingkatan kelas dengan menggunakan rumus :

n = N xni n1 (Arikunto, 2002:120) Keterangan:

n = jumlah sampel setiap tingkatan kelas n1 = jumlah siswa tiap tiangkatan kelas ni = jumlah populasi

Maka jumlah sampel tiap tingkatan kelas sebagai berikut:

Akuntansi = n =

N xni n1 = 338 77 114x = 338 8778

= 25,97 = 26 orang

Administrasi Perkantoran = n =

N xni n1 = 338 77 74x = 338 5698

= 16,85 = 17 orang

Pemasaran = n =

N xni n1 = 338 77 76x = 338 5852

= 17,31 = 17 orang

Usaha Jasa Pariwisata = n =

N xni n1 = 338 77 38x = 338 2926


(56)

Akomodasi Perhotelan = n =

N xni n1

=

338 77 36x

=

338 2772

= 8,20 = 8 orang

Dari data diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Jumlah Populasi dan Sampel siswa SMK Negeri 7 Medan Kelas III Yang Pernah Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan Guru BP di SMK Negeri 7 Medan

Jurusan Jumlah siswa-siswi Jumlah sampel

Akuntansi 114 26 orang

Administrasi Perkantoran 74 17 orang

Pemasaran 76 17 orang

Usaha Jasa Pariwisata 38 9 orang

Akomodasi Perhotelan 36 8 orang

Jumlah 338 77 orang

Sumber : Penyebaran Angket Pada Pra Penelitian Terhadap Siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III.

3.4 Teknik Penarikan Sampling

Penarikan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik-teknik berikut ini:

a. Purposive Sampling

Penarikan sampel dengan tekhnik ini adalah penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Nawawi:157). Kriteria sampelnya adalah siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III yang pernah berkomunikasi dengan guru BP di SMK Negeri 7 Medan.


(57)

b. Accidental Sampling

Menurut Sugiyono (2002:62) sampling accidental adalah tekhnik penarikan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah : Siswa SMK Negeri 7 Medan kelas III yang pernah berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru BP di sekolah tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yaitu: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan serta mendukung penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, meliputi kegiatan :

 Kuesioner, yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumah pertanyaan tertulis yang dijawab tertulis oleh responden (Nawawi, 1995 : 17).

 Wawancara, yaitu alat pengumpul data yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi (interviewer) yang dijawab secara lisan oleh responden (Nawawi, 1995 : 111). Adapaun yang diwawancarai adalah para siswa kelas III SMK Negeri 7 Medan.


(58)

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan ( Singarimbun.,1995:263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa yaitu:

a. Analisa tabel tunggal

Analisa tabel tunggal yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. (Singarimbun, 1995:266).

b. Analisa tabel silang

Analisa tabel silang yaitu satu teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel lainnya. Pada akhirnya dapat diketahui apakah hubungan tersebut bersifat positif atau negatif. (Singarimbun, 1995:273).

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yaitu pengujian data statistic untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menegetahui korelasi antara ariabel bebas dengan varibel terikat dalam rangka pembuktian benar atau tidaknya hipotesis yang diajukan dengan penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus koefisien product moment yaitu:

rxy =

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

2 2

2 2

.

. x x n y y

n

y x xy


(59)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

x = skor pengaruh komunikasi antar pribadi y = skor peningkatan motivasi belajar n = jumlah sampel

Patokan hasil perhitungan korelasi sbb: ( Sarwono,2006:150) <0,2 : hubungan dapat dianggap tidak ada 0,20-0,40 : hubungan ada tetapi rendah

>0,40-,70 : hubungan cukup >0,70-0,90 : hubungan tinggi >0,90-1,00 : hubungan sangat tinggi

Untuk menguji tingkat signifikan korelasi digunakan rumus t, yaitu:

t =r 2

1 2

r n

−−

(Rakhmat, 1991:149). Keterangan :

t = nilai hitung

r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel

jika t hitung <t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung >t tabel , maka Ho dan Ha ditolak


(60)

Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dihitung melalui Koefisien Determinasi :

D = (rxy)2 x 100 % (Sugiyono, 1999:153) Keterangan:

D = koefisien determinasi r = nilai koefisien korelasi

3.7 Proses Pengolahan Data

Setelah nantinya peneliti berhasil mengumpulkan data dari 75 orang responden, peneliti akan memulai pengolahan data. Adapun tahap pengolahan data yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

3.7.1 Penomoran Kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan akan diberi nomor urut sebagai pengenal (01-75).

3.7.2 Editing

Proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan saat pengisian data kedalam kotak kode yang disediakan.

3.7.3 Coding

Proses pemindahan jawaban-jawaban responden kekotak kode yang telah disediakan koesioner dalam bentuk angka (skor).


(61)

3.7.4 Inventarisasi Variabel

Data mentah yang diperoleh akan dimasukan kedalam lembar FC (Foltron Cobol) sehingga memuat dalam dalam satu kesatuan.

3.7.5 Penggunaan Koefisien Korelasi Product Moment

Melakukan definisi variabel terhadap data yang hendak dimasukkan kedalam rumus koefisien korelasi product moment. Data ini dimanfaatkan untuk analisis selanjutnya, yaitu analisi tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesa.

3.7.6 Akhir Olah Data

Proses pengolahan data dikatakan selesai, apabila yang akan dianalisis seluruhnya sudah disajikan kedalam tabel-tabel, kemudian diinterpretasikan dan menarik kesimpulan.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 7 Medan

SMK Negeri 7 Medan pada awalnya bernama SMEA Negeri 3 Medan, dimekarkan dari SPPN tahun 1968, yang berlokasi di Jalan Timor Medan. Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang pendidikan, maka pada tahun 1984-1985, SMEA Negeri 3 Medan mendapatkan bantuan dana dari ADB (Asean development Bank) untuk pembangunan gedung baru yang dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang yang dibutuhkan. Gedung baru tersebut berlokasi di Jalan STM No.12 E Kampung Baru Medan, dan mulai ditempati tahun 1986.

Pada tahun 1997, SMEA Negeri 3 Medan dirubah namanya oleh Pemerintah menjadi SMK Negeri 7 Medan Kelompok Bisnis dan Manajemen. Sejak dimekarkan sampai dengan saat ini, SMK Negeri 7 Medan telah beberapa kali mengalami pergantian Kepala Sekolah sebagai berikut:

1. Periode 1968 – 1978 : M.Saleh

2. Periode 1979 – 1987 : Drs.H.Manurung 3. Periode 1987 – 1992 : Drs.R.Simbolon 4. Periode 1993 – 1995 : Drs.W.M.Nainggolan 5. Periode 1996 – 2003 : Drs,M.P.Nainggolan 6. Periode 2004 – sekarang : Drs.A.T.Situngkir

Mulai tahun 2005, SMK Negeri 7 Medan ditetapkan untuk mengembangkan program SMK Besar, bersama dengan SMK Negeri 2 Medan.


(63)

VISI

Menjadi SMK berstandar Nasional dan Internasional yang menghasilkan tamatan profesional.

MISI

1. Menyiapkan infrastruktur yang memadai dan mendukung kompetensi.

2. Menyiapkan mutu tenaga kependidikan sehingga memiliki kompetensi Nasional dan Internasional.

3. Melaksanakan KBM yang mengacu kepada BBC, CBT, Dan BBE untuk menghasilkan tamatan yang memiliki kompetensi sesuai standar Nasional dan Internasional.

4. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

5. Menjalin mitra institusi pasangan yang berstandar Nasional dan Internasional. 6. Meningkatkan peran serta masyarakat dan Unit Produksi dalam pengembangan

sekolah.

KEBIJAKAN MUTU SMK NEGERI 7 MEDAN

Untuk menghasilkan lulusan SMK Negeri 7 Medan yang sesuai dengan visi dan misi maka manajemen SMK Negeri 7 Medan menetapkan kebijakan mutunya, yaitu:

1. Mewujudkan Program Keahlian Akuntansi mendapat standard Nasional 2. Mewujudkan Program Keahlian Usaha Jasa Pariwisata mendapat standard

Internasional.

3. Menerapkan SMM ISO 9001:2000 secara konsisten.

Untuk menerapkan kebijakan ini maka Manajemen SMK Negeri 7 Medan akan melakukan hal-hal sebagai berikut:


(64)

• Mensosialisasikan dan memahami serta menetapkan SMM ISO 9001:2000 secara konsisten.

• Menyediakan sumber daya yang diperlukan.

• Meningkatkan kompetensi karyawan secara terprogram.

• Secara terus-menerus melakukan perbaikan sistem mutu.

• Mengutamakan kepuasan pelanggan (Siswa, Alumni, Orangtua Siswa, Dunia Usaha/Industri, Pemerintah dan Masyarakat Sekolah).

Program keahlian yang dikembangkan 1. Akuntansi.

2. Administrasi Perkantoran. 3. Pemasaran.

4. Usaha Jasa Pariwisata. 5. Akomodasi Perhotelan.

4.1.2 Potensi Fisik

SMK Negeri 7 Medan mempunyai sarana dan prasarana penunjang yang cukup lengkap. Adapun sarana penunjang yang dimiliki sekolah ini adalah:

1. 28 ruang teori

2. 1 ruang perpustakaan sekolah 3. 3 ruang laboratorium kamputer 4. 1 ruang laboratorium bahasa 5. 2 ruang laboratorium mengetik 6. 1 ruko praktek penjualan 7. 1 unit hotel mini


(65)

8. 2 kantin sekolah

9. Lapangan Upacara dengan kapasitas daya tampung ± 1000 peserta upacara

10. 1 ruang guru

11.1 ruang Kepala Sekolah 12.1 ruang Wakil Kepala Sekolah 13.1 ruang BP/BK

14.1 ruang tata usaha 15.1 ruang aula 16.2 ruang gudang 17.6 kamar mandi siswa 18.4 kamar mandi guru 19.1 ruang lobi

20.1 ruang tamu 21.Lapangan volly

4.1.3 Potensi Personal.

Potensi personal dari tenaga pendidik tidak dapat diabaikan begitu saja dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Agar semua berjalan dengan sebagimana mestinya maka sebuah sekolah harus memiliki orang-orang pilihan yang mengisi sebuah stuktur organisasi. SMK Negeri 7 Medan memiliki staf pengajar sebanyak 73 orang yang terdiri dari Guru 69 orang dan Honor (Guru tidak tetap) 4 orang.


(66)

4.2 Profil Singkat Guru BP SMK Negeri 7 Medan

Guru BP di SMK Negeri 7 Medan terdiri dari 4 orang, yaitu: 1. Nama : S.Ginting

Jurusan : Psikologi Pendidikan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Medan.

Mulai jabatan/TMT = tahun masuk jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS): tahun 1981 – sekarang

Lama jabatan : 29 tahun 8 bulan Pangkat/Golongan: Pembina/IVa Jabatan : Guru BK

Siswa yang ditangani : siswa jurusan Akutansi mulai dari kelas I, II, dan III. 2. Nama : M.Tanjung

Jurusan : Psikologi Pendidikan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Medan.

Mulai jabatan/TMT = tahun masuk jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS): tahun 1985 – sekarang

Lama jabatan : 24 tahun 9 bulan Pangkat/Golongan: Pembina/IVa Jabatan : Guru BK

Siswa yang ditangani : siswa jurusan Administrasi Perhotelan mulai dari kelas I, II, dan III.


(67)

Jurusan : Psikologi Pendidikan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Medan.

Mulai jabatan/TMT = tahun masuk jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS): tahun 1985 – sekarang

Lama jabatan : 24 tahun 3 bulan Pangkat/Golongan: Pembina/IVa Jabatan : Guru BK

Siswa yang ditangani : siswa jurusan Usaha Jasa Pariwisata dan Akomodasi Perhotelan mulai dari kelas I, II, dan III.

4. Nama : H.Keliat

Jurusan : Psikologi Pendidikan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Medan.

Mulai jabatan/TMT = tahun masuk jadi calon pegawai negeri sipil (CPNS): tahun 1993 – sekarang

Lama jabatan : 16 tahun 8 bulan Pangkat/Golongan: Pembina/IVa Jabatan : Guru BK

Siswa yang ditangani : siswa jurusan Pemasaran mulai dari kelas I, II, dan III. Adapun pembagian siswa yang ditangani per-jurusan, ditujuakn untuk mempermudah guru BP memantau dan membimbing siswa mulai dari awal masuk sekolah hingga akhirnya tamat. Masalah yang sering timbul yaitu absensi dan terlambat. Siswa yang berhubungan dengan Guru BP tidak hanya siswa yang bermasalah tetapi semua siswa. Guru BP juga sebagai tempat curahan hati para siswa yang mempunyai masalah pribadi.


(68)

LARANGAN BAGI PARA SISWA

1. Tidak dibenarkan meinggalkan pelajaran selama jam pelajaran berlangsung. 2. Tidak dibernarkan membawa senjata api atau senjata lainnya.

3. Tidak dibenarkan berpakain tidak sopan, bersolek berlebihan. 4. Tidak dibenarkan memakai perhiasan yang berlebihan.

5. Tidak dibenarkan minuman keras, gambar/majalh porno, dan peralatn lainnya yang tidak patut dibawa ke sekolah

6. Dilarang menjadai sponsor perkelahian, demonstrasi, ikut-ikutan politik. 7. Dilarang minum-mnuman keras dan berjudi.

8. Wajib menjaga nama baik sekolah.

9. Tidak diperbolehkan membawa nama sekolah untuk kegiatan lain.

TABEL 4

PEDOMAN PENETAPAN KREDIT POIN BAGI PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA

No Jenis penyimpangan perilaku di

lingkungan sekolah Kredit poin

1. Membawa, mengedarkan dan menggunakan segala jenis narkoba

200

2. Melakukan tindakan susila 200

3. Mencuri 200

4. Melakukan tawuran 100

5. Membawa barang-barang porno 100

6. Menghina kepala sekolah, guru, dan pegawai

50

7. Berjudi 50

8. Menipu 25

9. Membawa rokok/merokok 25

10. Memalsukan tanda tangan sekolah,

guru/pegawai dan orang tua/wali

25

11. Berkelahi 25

12. Melompat pagar 15

13. Alpa (tanpa keterangan) 15

14. Izin 15

15. Melakukan tindakan coret-coret di sekolah 10


(69)

17. Tidak menggunakan seragam sekolah yang lengkap

10

18. Tidak memiliki atribut yang lengkap 10

19. Merusak atau menghilangkan fasilitas sekolah

10 20. Meninggalkan ruang belajar tanpa izin

(cabut)

10 21. Ribut pada saat kegiatan belajar mengajar 10

22. Terlmbat 5 menit setelah bel masuk 5

Catatan:

• Bila kredit poin yang sudah mencapai 50 maka BP mengeluarkan surat panggilan I.

• Bila kredit poin yang sudah mencapai 100 maka BP mengeluarkan surat panggilan II.

• Bila kredit poin yang sudah mencapai 150 maka BP mengeluarkan surat panggilan III.

• Bila mencapai 200 poin maka siswa akan dikembalikan kepada orang tua/di keluarkan

SANKSI

1. Pembinaan dilakukan dengan pencegahan secara persuasif dan manusiawi. 2. Setiap pelanggaran tata tertib dan aturan sekolah sebagai berikut:

Peringatan I : ditegur dan dinasehati Peringatan II : memanggil orang tua/wali

Peringatn III : diskorsing/pemberhentian sementara.

3. Setelah diadakan skorsing, guru BP mengadakan kegiatan home visit (kunjungan rumah). Lalu membuat surat pernyataan dengan menggunakan materai Rp.6000,- agar siswa tidak mengulangi perbuatannya.Jika belum ada


(70)

4. Orang tua siswa yang tidak mengindahkan surat panggilan dari kepala sekolah atau guru BP, maka siswa tersebut akan dikeluarkan.

4.3 Analisa Tabel Tunggal

Data yang disajikan dan dibahas tabel tunggal ini terdiri dari 3 bagian yaitu Karakteristik Responden, Kemampuan Guru BP dalam memotivasi belajar, dan Motivasi Belajar.

4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakter yang dipakai dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan jurusan.

Tabel 5 Usia Siswa

No Usia F %

1. 16 10 13

2. 17 56 72,7

3. 18 11 14,3

Total 77 100

P.1 / FC.3

Tabel 5 menunjukkan tentang usia siswa di sekolah yang pernah berkomunikasi dengan guru BP. Jumlah siswa kelas III yang berusia 16 berjumlah 10 orang ( 13 % ), yang berusia 17 tahun berjumlah 56 orang ( 72,7 % ) dan yang berusia 18 tahun berjumlah 18 orang ( 14,3 % ). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III lebih banyak berusia 17 tahun sebayak 56 orang ( 72,7 % ) jumlah tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan usia 16 dan 17.


(71)

Tabel 6 Jenis Kelamin Siswa

No. Jenis Kelamin F %

1. Pria 17 22,1

2. Wanita 60 77,9

Total 77 100

P.2 / FC.4

Tabel 6 menunjukkan tentang jenis kelamin siswa yang pernah berkomunikasi dengan guru BP. 17 orang ( 22,1 % ) jumlah siswa pria dan 60 orang ( 77,9 % ) jumlah siswi wanita. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kelas III adalah wanita.

Tabel 7 Jurusan Siswa

No. Jurusan F %

1. Akuntansi 26 33,7

2. Administrasi Perkantoran 17 22,1

3. Pemasaran 17 22,1

4. Usaha Jasa Pariwisata 9 11,7

5. Akomodasi Perhotelan 8 10,4

Total 77 100

P.3 / FC.5

Tabel 7 menunjukkan tentang jurusan siswa yang pernah berkomunikasi dengan guru BP . 26 orang siswa ( 33,7 % ) jurusan Akuntansi, 17 orang siswa ( 22,1 % ) jurusan Administrasi Perkantoran, 17 orang siswa ( 22,1 % ) jurusan Pemasaran, 9


(72)

orang siswa ( 11,7 % ) jurusan Usaha Jasa Pariwisata dan 8 orang siswa ( 10,4 % ) jurusan Akomodasi Perhotelan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas III jurusan akuntasi lebih banyak berkomunikasi dengan guru BP karena jumlah siswa jurusan Akuntansi.

4.3.2 Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Tabel 8

Sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa

No

Sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para

siswa

F %

1 Sangat terbuka 20 26

2 Terbuka 35 45,4

3 Kurang Terbuka 13 16,9

4 Tertutup 9 11,7

Total 77 100

P.4 / FC.6

Tabel 8 menunjukkan tentang sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa. Sikap terbuka artinya guru BP mampu menkomunikasikan perhatian dan bertukar gagasan dengan para siswa. 20 orang ( 26 % ) siswa menilai bahwa sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa sangat terbuka, 35 orang ( 45,4 % ) siswa menilai bahwa sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa terbuka, 8 orang ( 10,4 % ) siswa menilai bahwa sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa kurang terbuka, sedangkan 9 orang ( 11,7 % ) siswa menilai bahwa sikap guru BP dalam berkomunikasi dengan para siswa tertutup. Dengan demikian dapat


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepemimpinan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan)

0 37 110

Komunikasi Antar Budaya dan interaksi Antar Etnis (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Antar Budaya Dalam Menciptakan Interaski Antar Etnis di Kalangan Mahasiswa Asing USU).

6 60 140

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan Dengan Siswa Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Remaja Di Smk Bunda Kandung Jakarta

0 21 119

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

0 3 16

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

1 4 13

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Keluarga Dengan Motivasi Belajar Anak Di Sekolah.

0 2 14

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 0 6

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 1 12