Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

(1)

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh : MARLINA

060922001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

Skripsi ini berjudul Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter komunikasi karyawan/ti PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

Teori-teori yang relevan dipakai dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antar pribadi karena memang yang dilakukan oleh karyawan dan nasabahnya adalah termasuk jenis dari komunikasi antar pribadi, teori psikologi komunikasi dimana komunikasi antar pribadi tidak akan tercipta atau belum dapat dikatakan komunikasi antar pribadi jika belum terbentuk suatu ikatan emosi antara komunikator dan komunikan yang dalam hal ini berhubungan dengan psikologi komunikasi, teori kinesik dari Birdwhistell membahas tentang arti dari gerakan-gerakan tubuh pada manusia, teori paralinguistik dari Trager membahas tentang kualitas vokal dan teori neuro-linguistic dari Elfiky membahas tentang karakter komunikasi manusia untuk menciptakan komunikasi yang tidak hanya efektif tetapi juga komunikatif sehingga tercipta keselarasan dalam komunikasi antara karyawan dengan nasabah.

Metode penelitian yang dipakai ialah kualitatif-deskriptif. Penelitian dengan metode ini memberikan gambaran terhadap suatu gejala sosial yang diamati oleh peneliti, dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan yang sedang melakukan komunikasi antar pribadi kepada nasabah. Penelitian kualitatif mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku dari subjek penelitian (karyawan Bukopin) untuk dapat dilihat karakter komunikasinya.

Setelah melakukan penelitian didapat kesimpulan bahwa karyawan/ti memiliki tiga karakter komunikasi sesuai dengan pendekatan neuro-linguistic yaitu tipe visual yang diwakili oleh satu orang karyawan (informan 1) mempunyai ciri gerakan mata keatas, karakter vokal agak keras dan pilihan kata berhubungan dengan organ visual , tipe auditori diwakili oleh satu orang karyawati (informan 2) mempunyai ciri gerakan mata kesamping, karakter vokal cepat dan pilihan kata berhubungan dengan indera pendengaran dan tipe kinestetik diwakili oleh satu orang karyawati (informan 3) mempunyai ciri gerakan mata kebawah, karakter vokal lambat dan pilihan kata berhubungan dengan indera perasa.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayhNya yang telah memberi petunjuk, kekuatan, nikmat kesehatan dan juga kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama menulis skripsi ini penulis menyadari bahwa usaha dan kerja keras penulis tidak akan berjalan sukses tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, untuk tauladan, kesabaran dan doa yang diberikan kepada penulis serta limpahan kasih sayang dari kecil hingga penulis dewasa yang tiada pernah berhenti.

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA ; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba ; Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Dewi K,Msi ; Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.

4. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos ; dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, bimbingan dan masukan kepada penulis serta tidak pernah berhenti memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang membimbing penulis dalam perkuliahan. Terima kasih untuk ilmu yang diberikan.


(4)

6. Bapak H.Aswad Irianto ; Pimpinan Cabang Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Terimakasih atas seluruh dukungan dan juga izinnya selama melakukan penelitian di Bank Bukopin Cabang Syariah Medan.

7. Ibu Purwati ; Manajer Pelayanan dan Operasi Cabang Syariah Medan. 8. Seluruh rekan-rekan kerja penulis yang telah penulis jadikan informan

kunci dalam penelitian ini. Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

9. Kak Icut, Maya yang telah banyak membantu penulis dan juga kemudahan-kemudahan kepada penulis.

10. Untuk seluruh keluarga besarku, kakak, abang yang tidak penulis sebutkan namanya satu-persatu.

11. Teman-teman penulis selama masa perkuliahan dulu.

12. Untuk orang-orang yang telah banyak memberi masukan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan diucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Amiiin Ya Rabbal Alamiiiiin.

Medan, November 2008

Penulis

MARLINA NIM 060922001


(5)

DAFTAR ISI

Abstraksi ………...

Kata Pengantar ………...

Daftar Isi ………...

Daftar Tabel ………...

Daftar Lampiran ………...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1.2 Perumusan Masalah ……….. 1.3 Pembatasan Masalah ………. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1.5 Kerangka Teori ………..

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Ruang Lingkup Komunikasi …... 2.2 Komunikasi Antar Pribadi ……….... 2.3 Psikologi Komunikasi ………... 2.4 Teori Kinesik dari Ray Birdwhistell……….. 2.5 Teori Paralinguistik dari Trager ……… 2.6 Pendekatan Neuro-Linguistic ……….


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 3.1.1 Bank Bukopin Cabang Syariah Medan ………... 3.1.2 Sekilas Tentang Bukopin ……… 3.2 Metodologi Penelitian ……… 3.2.1 Metodee Penelitian ………. 3.2.2 Subjek Penelitian ……… 3.3 Unit Analisis ……….. 3.4 Waktu Penelitian ……… 3.5 Metode Pengumpulan Data ……… 3.6 Metode Analisa Data ……….

BAB IV ANALISA DATA

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ………

4.1.1 Tahap Persiapan ………..

4.1.2 Tahap Pengumpulan Data ………

4.2 Teknik Pengolahan Data ……….

4.3 Laporan Hasil Temuan ………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….


(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAKSI

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

Skripsi ini berjudul Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter komunikasi karyawan/ti PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

Teori-teori yang relevan dipakai dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antar pribadi karena memang yang dilakukan oleh karyawan dan nasabahnya adalah termasuk jenis dari komunikasi antar pribadi, teori psikologi komunikasi dimana komunikasi antar pribadi tidak akan tercipta atau belum dapat dikatakan komunikasi antar pribadi jika belum terbentuk suatu ikatan emosi antara komunikator dan komunikan yang dalam hal ini berhubungan dengan psikologi komunikasi, teori kinesik dari Birdwhistell membahas tentang arti dari gerakan-gerakan tubuh pada manusia, teori paralinguistik dari Trager membahas tentang kualitas vokal dan teori neuro-linguistic dari Elfiky membahas tentang karakter komunikasi manusia untuk menciptakan komunikasi yang tidak hanya efektif tetapi juga komunikatif sehingga tercipta keselarasan dalam komunikasi antara karyawan dengan nasabah.

Metode penelitian yang dipakai ialah kualitatif-deskriptif. Penelitian dengan metode ini memberikan gambaran terhadap suatu gejala sosial yang diamati oleh peneliti, dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan yang sedang melakukan komunikasi antar pribadi kepada nasabah. Penelitian kualitatif mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku dari subjek penelitian (karyawan Bukopin) untuk dapat dilihat karakter komunikasinya.

Setelah melakukan penelitian didapat kesimpulan bahwa karyawan/ti memiliki tiga karakter komunikasi sesuai dengan pendekatan neuro-linguistic yaitu tipe visual yang diwakili oleh satu orang karyawan (informan 1) mempunyai ciri gerakan mata keatas, karakter vokal agak keras dan pilihan kata berhubungan dengan organ visual , tipe auditori diwakili oleh satu orang karyawati (informan 2) mempunyai ciri gerakan mata kesamping, karakter vokal cepat dan pilihan kata berhubungan dengan indera pendengaran dan tipe kinestetik diwakili oleh satu orang karyawati (informan 3) mempunyai ciri gerakan mata kebawah, karakter vokal lambat dan pilihan kata berhubungan dengan indera perasa.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

1. Latar Belakang Masalah

Menjadi seorang komunikator yang baik tidak sama dengan seorang pembicara . Komunikator mengandalkan komunikasi dua arah, hal yang tidak selalu dikuasai oleh setiap orang. Menjadi seorang pembicara belum tentu memerlukan komunikasi dua arah. Bisa saja berlangsung searah. Komunikasi dua arah disebut juga komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal ialah komunikasi tatap muka yang terjadi antara dua orang atau lebih. Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika kita mengetahui bahwa arah komunikasi kita negatif maka kita perlu segera membalikkan arahnya menuju kearah yang positif. Untuk itu kita perlu mengetahui caranya dan bagaimana agar komunikasi tadi dapat kita bawa kearah yang positif. Disini melalui pendekatan Neuro-Linguistic akan dibahas bagaimana cara membawa komunikasi kearah yang positif dengan terlebih dahulu mengetahui karakter komunikasi komunikan.


(10)

Sekitar tahun 1970-an, Richard Bandler lulus dari Universitas California Santa Cruz sebagai sarjana matematika. Tetapi ia juga memiliki minat lain, psikologi.terilhami sahabat-sahabatnya, dari keluarga ahli terapi terkenal seperti Milton Erickson, Virginia Satir, dan Fritz Perls, ia terdorong untuk mempelajari psikologi. Ia membatasi penelitiannya. Dan pada akhirnya menemukan bahwa ketiga ahli terapi tersebut telah menemukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menghasilkan prestasi luar biasa. Setelah mempelajari pola tingkah laku yang dibuat mereka, Bandler mencoba membuat modelnya. Dia menjiplak strategi-strategi pribadi dan tingkah laku, lalu mencobanya pada beberapa orang. Hasilnya sangat memuaskan. Penemuannya menjadi landasan Neuro-linguistic programming (NLP) atau disebut juga Program Pembentukan Manusia Sempurna. Tidak lama kemudian dia bertemu Dr. John Grinder, seorang Professor Linguistic. Keahlian Grinder sangat menonjol dalam berasimilasi dengan bahasa-bahasa, menelaah aksen-aksen, dan membuat model perilaku budaya penutur bahasa tertentu dengan cepat dan tepat. Kemampuannya semakin terasah setelah ia bergabung dalam misi pasukan keamanan Amerika di Eropa era 1960-an. Saat perang dingin memanas, Grinder memfokuskan penelitiannya untuk membuka tata bahasa tersembunyi dari setiap gerakan dan pemikiran. Bandler dan Grinder mensinergikan keahlian mereka di bidang komputerisasi, linguistic dan kemampuan luar biasa mereka dalam membuat model perilaku non-verbal manusia. Dewasa ini, NLP menjadi jantung bagi berbagai pendekatan komunikasi dan perubahan, menjiwai setiap aspek kehidupan manusia. Teknik-teknik dan strategi NLP dipakai untuk keperluan terapi, manajemen, pendidikan, kesehatan dan penjualan. Peran terbesar NLP adalah membantu manusia berkomunikasi


(11)

lebih baik dengan diri mereka sendiri , mengurangi ketakutan tanpa alasan, mengontrol emosi negatif dan kecemasan. NLP mendasari terjalinnya hubungan keselarasan dengan siapa saja bahkan dengan pribadi-pribadi tersulit. Adapun secara ilmiah definisi Neuro-Linguistic adalah sebagai berikut :

Neuro mengacu ke sistem syaraf kita, corong penghubung lima indra kita. Lima panca indera kita ialah penglihatan (visual), pendengaran (auditori), pengecap (Gustatori), Pembau (Olfactori) dan Perasa (Kinestetik).

Linguistic yaitu kemampuan alami berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Verbal mengacu pada pilihan-pilihan kata dan frase, mencerminkan dunia mentalitas kita. Nonverbal berkaitan dengan bahasa sunyi, seperti postur, gerak-gerik dan tingkah laku. Bahasa sunyi melahirkan gaya berfikir dan kepercayaan.

Neuro-Linguistic ialah ilmu yang memepelajari cara manusia berkomunikasi baik itu secara verbal maupun nonverbal yang direpresentasikan melalui tiga alat indera yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditori) dan kinestetik.

Terdapat perbedaan dalam predikat (pilihan kata) yang dipilih seseorang ketika berkomunikasi. Pilihan kata dan frase tertentu menunjukkan kepada kita karakter komunikasi orang tersebut, sistem representasi dari panca indera yang mana yang lebih dominan yang mewakili karakter komunikasinya. Jika kita perhatikan setelah beberapa lama, lawan bicara akan mengucapkan kata-kata dan frase tertentu yang memberitahu kita sistem representasinya dalam berkomunikasi. Kelima panca indera kita adalah seperti yang telah disebutkan diatas. Berdasarkan pendekatan neuro-linguistic manusia berkomunikasi


(12)

diwakilkan oleh ketiga pancainderanya. Yaitu penglihatan (visual), pedengaran (auditori) dan perasa (kinestetik). Tetapi bagi setiap orang terdapat salah satu sistem representasi yang lebih dominan dibandingkan dengan yang lainnya. Sehingga bisa kita kelompokkan bahwa karakter komunikasi manusia tersebut termasuk tipe visual, auditori ataupun kinestetik. Untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa karakter orang dengan ketiga tipe komunikasi tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah, mengingat Bank Bukopin adalah salah satu badan usaha yang menekankan efektivitas komunikasi antar pribadi, bagaimana karyawan berinteraksi kepada nasabah. Penelitian ini bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa karyawan akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi dalam pendekatan neuro-linguistic. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak karyawan dalam berkomunikasi kepada nasabahnya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut :

“ Bagaimanakah tipe komunikasi dalam komunikasi antar pribadi karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan menurut pendekatan neuro-linguistic ?”


(13)

3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik , maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran ilmiah dari pendekatan neuro-linguistic.

2. Meneliti tiga tipe komunikasi manusia (visual, auditori dan kinestetik) berdasarkan kebiasaan dan perilakunya baik verbal maupun nonverbal. 3. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2008.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui karakter/tipe komunikasi karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic, sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat dalam :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi, penambahan dalam cabang ilmu komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang komunikasi, sumber informasi bagi yang membutuhkannya.


(14)

c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang manajemen, kesehatan, pendidikan ataupun sales.

5. Kerangka Teori

Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kerlinger, 1973:9).

Menurut Hadari Nawawi (1991), kerangka teori memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Untuk selanjutnya kerangka teori ini akan berfungsi sebagai pendukung guna menganalisa variabel-variabel yang akan diteliti.

Teori-teori yang dianggap relevan adalah : 1. Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi social dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan,frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.

Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu peristiwa komunikasi. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang bergaul,


(15)

mereka saling berbagi informasi, gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Merril dan Lowenstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol bersama dalam pikiran peserta. Dan menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol.

Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses social dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi (penulis,pribadi) adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui dengan pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak.

Dari berbagai sumber diatas dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


(16)

1.Spontan dan terjadi sambil lalu.

2.Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3.Terjadi secara kebetulan diantara para peserta yang belum diketahui identitasnya terlebih dahulu.

4.Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja 5.Kerap kali berbalas-balasan.

6.Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang ,serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh.

7.Harus membuahkan hasil

8.Menggunakan berbagai lambang bermakna.

2. Psikologi Komunikasi

Telah banyak dibuat definisi komunikasi. Bila Kroeber dan Kluckhohn (1957) berhasil mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, Dance (1970) menghimpun tidak kurang dari 98 definisi komunikasi. Definisi-definisi tersebut dilatarbelakangi berbagai perspektif : mekanistis, sosiologistis dan psikologistis. Hovland, Janis dan Kelly, semuanya psikolog mendefinisikan komunikasi sebagai “ the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)” (1953:12). Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang-lambang tersebut bertindak sebagai stimuli. Raymond S.Ross (1974:b7) mendefinisikan komunikasi sebagai;


(17)

“ a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sgaring of symbolin such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source”. (Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama yang dimaksud oleh sumber.

Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan enam pengertian komunikasi :

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti system saraf atau penyimpanan gelombang-gelombang suara (The transmission of energy change from one place to another as in the nervous system or transmission of sound waves).

2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme (The transmission or reception of signals or messages by organism).

3. Pesan yang disampaikan (The transmitted message).

4. Teori komunikasi. Proses yag dilakukan satu system untuk mempengaruhi system lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.)

(communication theory, the process whereby system influencesanother system through regulation of transmitted signals).

5. K.Lewin : pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona lain sehingga perubahan alam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain (K. Lewin : The the influence of one personal region of on another whereby a change in one results in a corresponding change in the other region).


(18)

6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi (The message of a patient to his therapist in psycotheraphy, Wolman, 1973:69).

Daftar pengertian diatas menunjukkan rentangan makna komunikasi

sebagaimana digunakan dalam dunia psikologi. Dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, system atau organisme. Kata komunikasi sendiri digunkan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai pasien dalam psikoterapi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara berbagai system dalam diri organisme dan diantara organisme.

Psikologi menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memerikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain?

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu yang lain. Psikologi meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia.


(19)

George A.Miller membuat definisi psikologi : Psychology is the science that attempts to describe, predict and control mental and behavioral events. (Miller,1974:4). Dengan demikian psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah apa yang disebut Fisher “ Internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.

3. Teori Kinesik dari Birdwhistell

Ray Birdwhistell, sejak awalnya tidak pernah merasa ragu terhadap bidang kajiannya yaitu gerakan tubuh kalau dibandingkan dengan para teoritis maupun peneliti lainnya. Ia telah memimpin studi ini paling tidak selama 20 tahun. Ia sangat tertarik dalam studi bahasa. Ia menggunakan linguistik sebagai satu model untuk karya kinesiknya. Dalam kenyataannya acapkali kinesik lebih dikenal dengan sebutan bahasa tubuh.

Komunikasi merupakan suatu proses yag kompleks dan merupakan gejala yang berhubungan dengan menggunakan banyak saluran.

Menurut Birdwhistell bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu proses yang sinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang dipergunakan secara tetap. Satu dari sekian banyak kaitan penemuannya yang terpenting antara aktivitas tubuh denga bahasa dikemukakannya dalam paradigma analogi linguistik kinesik sebagai berikut : keaslian studi tentang gerakan tubuh dalam konteksnya maka semua sistem kinesik menjadi jelas bentuknya yang menakjubkan seperti adanya kata-kata dalam suatu bahasa. Penemuan


(20)

penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang amat komplek yang akhirnya menjadi jelas, bahwa ada perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan jelas dengan berbagai bunyi ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan kata-kata. Akibatnya dapat juga menerangkan betapa luas suatu struktur perilaku sebagaimana juga ditunjukkan dalam suatu kalimat.

Tujuh anggapan dasar atas teori kinesik yang dibangun Birdwhistell : 1. Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau

suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

2. Seperti juga aspek-aspek perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

3. Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara lainpun sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari sistem sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu.

4. Aktivitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar, secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompok.

5. Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyelidikan fungsi komunikasinya.


(21)

6. Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorang dan apa yang dilaksanakannya, ini merupakan suatu penyelidikan juga. 7. Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap

orang akan memberikan kontribusinya pada sistem kinesik yang dimilikinya.

4. Teori Paralinguistik dari Trager

Pengelompokan yang termasuk kepada perilaku nonverbal adalah paralingustik atau disebut juga dengan isyarat-isyarat vokal dalam berkomunikasi. Paralinguistik ini merupakan batas antara interaksi verbal dan nonverbal. Suara yang kita buat dalam proses pengucapan berkaitan dengan bahasa ucapan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bahasa. Jadi kita memberikan tekanan tertentu dalam tanda-tanda verbal suatu bahasa, tanpa tekanan kata-kata itu tidak mendapatkan suasana peneguhan tertentu. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk :

1. Kualitas suara ; termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras,lembut,serius,santai) dan irama tertentu.

2. Ciri-ciri vokal ; termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, ,menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

3. Pembatasan vokal ; misalnya ragam yang terlihat dalam setiap kata dan frase. Contohnya sebuah kata mungkin bisa diucapkan dengan nada suara yang halus, letupan kasar. Demikian pula suatu frase mungkin diucapkan secara perlahan-lahan atau juga menguat, makin cepat dan mengeras.


(22)

4. Pemisahan vokal ; termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang mempunyai kontribusi pada tahap pembicaraan misalnya menyebutkan “Uh! Atau Um!”, bertepuk tangan, maupun irama selaan lainnya waktu orang berkomunikasi. 5. Pendekatan Neuro-Linguistic

Sebagai manusia, kita berinteraksi dengan dunia kita melalui panca indera kita. Kelima indera kita mengacu pada sistem representasi, penamaan, mengatur, menyimpan dan menghubungkan kita dengan alat penyaring persepsi kita. Sistem ini terdiri dari lima subsistem : visual, auditori, olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan) dan kinestetik.

Meskipun kelima indera kita bekerja tanpa henti, salah satu indera bekerja lebih dominan daripada yang lain, berbeda pada tiap-tiap orang.

Tipe Visual

Tipe dengan dominasi sistem representasi visual, cenderung bernafas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat, seceepat mereka memvisualisasikan pengalaman mereka dan menggunakan gerakan tubuh. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain; bergerak cepat, makan cepat, ,penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi. Mereka juga tipe orang yang cepat mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Berkomunikasi dengan tipe visual, kita harus memvisualisasikan keadaan, harus dibuat mereka melihat apa yang dikatakan.

Tipe Auditori

Tipe dengan dominasi sistem representasi auditori cenderung bernapas lewat diafragma. Mereka lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Dan ketika


(23)

berbicara, mereka menggunakan variasi warna suara. Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Tipe Auditori banyak mendengar, berbicara dan membuat keputusan berdasarkan analisis teliti. Berkomunikasi dengan tipe auditori haruslah berbicara pelan dan teratur. Ubah-ubah warna suara dan jelaskan situasinya dengan detail, picu diskusi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan.

Tipe Kinestetik

Tipe dengan dominasi sistem representasi kinestetik cenderung bernapas dalam dan tenang. Mereka lebih mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi. Berkomunikasi dengan tipe kinestetik harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang dikatakan.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ruang Lingkup Komunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang selalu berbicara tentang komunikasi atau paling tidak menggunakan kata komunikasi. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata-kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan. Secara sederhana Arifin (1988) mengemukakan bahwa dalam percakapan banyak orang selalu menggunakan kalimat-kalimat yang didalamnya mengandung kata komunikasi, dengan makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut ini :

1. Saya belajar tentang komunikasi ; komunikasi berarti disiplin ilmu

2. Tulisan anda kurang komunikatif ; komunikatif berarti dimengerti atau dipahami

3. Antara dosen dengan mahasiswa terdapat jurang komunikasi ; komunikasi berarti hubungan.

4. Hal itu telah saya komunikasi-kan dengan anaknya ; komunikasi berarti pesan

5. Ia mampu berkomunikasi, karena itu banyak temannya ; komunikasi berarti keterampilan, seni ataupun proses.

2.1.1. Pengertian komunikasi secara etimologis.

Kata komunikasi dan publisistik di Indonesia sering kali dipergunakan secara bergantian dengan menyamakan pengertian satu terhadap yang lainnya


(25)

(sinonim). Padahal ada perbedaan yang mendasar dalam kedua kata komunikasi maupun publisistik.

Susanto (1977a) mengemukakan sebenarnya kata publisistik yang berasal dari perkataan latin populus (=penduduk) memiliki kata sifat publicus yang berarti kepada masyarakat luas.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan La Communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitakan. Kata communis berarti milik bersama , communis opinio mempunyai arti pendapat umum atau mayoritas.

Dengan demikian kata publisistik lebih menekankan pada sifat atau kegiatan dari seseorang atau kelompok, sedangkan komunikasi lebih menitikberatkan segi sosialnya yaitu usaha menjadi milik bersama, ataupun diketahui bersama.

Setelah mengetahui asal kata komunikasi dan perbedaannya dengan kata publisistik maka kita akan melihat definisi dari komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi antar pribadi termasuk jenis dari kegiatan komunikasi. Adapun jenis-jenis dari komunikasi itu sendiri ialah komunikasi antar pribadi, komunikasi massa dan komunikasi kelompok/organisasi.

Menurut Effendy di dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Teori dan Praktek” (Effendy, 2005:6-9) ruang lingkup komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Personal

1. Komunikasi intra personal, yaitu dengan diri sendiri, proses mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu pesan yang disampaikan komunikator.


(26)

2. Komunikasi inter personal (antar pribadi), yaitu komunikasi antar manusia secara tatap muka dan umpan baliknya biasanya bersifat langsung.

b. Komunikasi Kelompok

1. Komunikasi kelompok kecil, seperti diskusi panel, simposium, seminar dan sejenisnya.

2. Komunikasi kelompok besar, biasanya bersifat akbar, kampanye atau tabligh akbar.

c. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang menggunakan sarana media untuk meneruskan suatu pesan kepada para komunikan yang jauh lokasinya dan banyak jumlahnya atau keduanya, melalui media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.

2. Sifat komunikasi a. Verbal

1. Lisan 2. Tulisan b. Non Verbal

1. Gerakan Tubuh (gesture) 2. Gambar (pictorial) 3. Teknik komunikasi

a. Jurnalistik, yaitu keterampilan atau kegiatan mengelola berita dari mulai peliputan sampai siap dikonsumsi khalayak


(27)

b. Hubungan masyarakat, yaitu keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan khalayaknya.

c. Periklanan, yaitu kegiatan merancang pesan persuasif yang paling tepat dan efektif terhadap suatu produk barang dan jasa.

d. Propaganda, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain melalui cara bujukan.

e. Pameran f. Publisitas.

g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan

4. Metode komunikasi

a. Memberitahukan (informatif) b. Membujuk (persuasif)

c. Memaksa (koersif) d. Memerintah (instruktif)

e. Menciptakan niat baik antara organisasi dengan khalayak (hubungan manusiawi)

5. Fungsi komunikasi

a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint) d. Mempengaruhi (to influence)


(28)

6. Tujuan komunikasi

a. Mengubah sikap (attitude change) b. Mengubah opini (opinion change)

c. Mengubah masyarakat (behavior change) 7. Model komunikasi

a. Komunikasi satu arah (one step flow communication) b. Komunikasi dua arah (two step flow communication) c. Komunikasi banyak arah (multi step flow communication) 8. Bidang komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen (management communication) c. Komunikasi bisnis (business communication)

d. Komunikasi politik (political communication) e. Komunikasi budaya (cultural communication)

f. Komunikasi internasional (development communication) g. Komunikasi tradisi (traditional communication)

9. Sistem komunikasi

a. Sistem tanggung jawab social (social responsibility system) b. Sistem otoriter (authoritarian system)

c. Sistem liberal (liberal system) d. Sistem komunis (communist system)


(29)

2.2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki keterlibatan emosi yang erat, komunikasi antar pribadi bersifat dinamis, atau selalu berubah-ubah. Komunikasi antar pribadi terjadi ketika dua orang saling mengirimkan pesan yang memiliki kekuatan bermakna dan mengandung nilai informatif. Pemahaman terhadap pesan dipengaruhi pula oleh faktor denotatip dan konotatip suatu pesan (Reardon, 1987).

Semua pesan terdiri atas sekumpulan lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal gerakan anggota tubuh, berbagai bunyi dan bau yang disebut nonverbal. Lambang-lambang itu diucapkan, diperagakan sehingga bermanfaat kalau seseorang menggunakannya untuk melukiskan persetujuannya terhadap pikirannya, pendapatnya, perasaannya, sikapnya terhadap suatu objek, orang lain, kejadian yang ditujukannya.

Atas dasar tersebut maka suatu pesan harus dipersiapkan dalam arti jika hendak ditulis atau diucapkan harus benar-benar disusun dengan benar-benar memperhatikan beberapa faktor penting. Karena itu Effendy (1986b) mengemukakan bahwa kita sangat memerlukan suatu strategi dan perencanaan komunikasi untuk mengidentifikasi isi pesan. Didalamnya kita harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Bisa merupakan pesan yang mengandung informasi (informational message), pesan yang mengandung perintah (instructional message), pesan yang berusaha mendorong (motivational message).

Mengutip pendapat Schramm, Effendy (1986a) mengemukakan untuk itu maka pesan-pesan harus disusun secara baik, misalnya 1. pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian


(30)

komunikan ; 2. pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama mengerti ; 3. pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut ; 4. pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Dalam komunikasi antar pribadi, demikian Nimmo (1989) pesan merupakan unsur primer. Pembicaraan, percakapan merupakan bentuk komunikasi antar pribadi yang tidak bermedia. Hal itu harus mengandung unsur-unsur seperti : 1. lambang; 2. hal yang dilambangkan; (rujukan) dan 3. interpretasi yang menciptakan lambang bermakna.

Dalam kehidupan manusia ada begitu banyak pesan yang diwakilkan dalam lambang kata-kata, gerakan anggota badan, berbagai bunyi dan bau-bauan yang menjelaskan suatu rujukan yang harus diinterpretasikan. Misalnya gerakan mata/arah pandangan mata pada saat berbicara bisa menyatakan hal-hal seperti sedang berfikir, bingung atau ragu-ragu. Hanya dengan suatu pesan yang utuh, pesan yang mewakili sesuatu dalam perlambangan maka kebersamaan makna dapat diinterpretasikan secara lebih mengena dalam komunikasi antar pribadi.

Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar manusia harus benar-benar manusiawi sehingga orang-orang


(31)

yang saling tidak mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya daripada komunikasi antar pribadi pihak-pihak yang sudah mengenal sebelumnya.

Komunikasi antar pribadi orang-orang yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya maupun menanggapi tingkah laku. Kesimpulannya jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan keakraban.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), ,Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat Komunikasi antar pribadi itu dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun nonverbal.

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Misalnya jika kita mengatakan kata “ saya menyayangimu” dengan senyuman dibibir dan tatapan lembut, menunjukkan bahwa kita telah mengirimkan pesan dalam perilaku verbal (mengucapkan kata-kata) diikuti dengan perilaku nonverbal (bantuan suara dan gerakan mata). Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku nonverbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan.


(32)

Goffman (1971), De Lozier (1976) dan Little John (1978) merinci perilaku verbal tersebut atas 1. bahasa jarak atau proksemik 2. bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik dan 3. perilaku yang terletak antara verbal dan nonverbal atau paralinguistik.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived.

Spontan maksudnya ialah kata-kata atau gerakan yang terjadi tidak direncanakan terlebih dahulu, bersifat refleks, karena didasarakan oleh situasi, perasaan dan emosi, sesuai dengan ciri dari komunikasi antar pribadi itu sendiri.

Scripted , yaitu reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena didorong oleh faktor kebiasaan. Misalnya jika bertemu dengan orang dari etnis batak kita selalu menyebutkan kata horas !. hal ini menjadi kebiasaan dan setiap bertemu orang dari etnis batak maka kita akan selalu menyebutkan kata horas.

Contrived, perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif. Jadi seseorang berperilaku karena ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar rasional dan masuk akal. Perilaku contrived akan selalu memikirkan untung rugi dari sebuah keputusan yang diambil.

3. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang berkembang. Sifat ketiga dari komunikasi antar pribadi adalah sifat yang terlihat sebagai suatu proses yang berkembang, gambaran mana menunjukkan bahwa


(33)

komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak statis melainkan dinamis, demikian Miller dan Steinberg.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

Agar komunikasi antar pribadi dikatakan sukses maka para pesertanya harus berpartisipasi satu terhadap yang lain baik dengan pesan-pesan yang verbal maupun nonverbal.suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi antar pribadi fungsi dari komunikator dan komunikan saling bergantian.

5. komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ektrinsik

Dengan intrinsik dimaksudkan adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi.

Dengan ektrinsik dimaksudkan dengan adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi harus diperbaiki atau dihentikan. 6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Kedua pihak yang terlibat komunikasi harus melakukan tindakan tanda mereka memang melakukan komunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat persuasif, bukan membujuk, karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis, sosiologis seseorang. Seorang komunikator harus menyiapkan


(34)

pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis dan sosiologis komunikan.artinya memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang dari mana pesan itu perlu disesuikan agar dapat diterima.

Adapun ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi menurut Evert M.Rogers dalam Depari (1988) adalah :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya tatap muka

3. Tingkat umpan balik yang terjadi cukup tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (selective exposure) yang tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat

6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

Setelah mengetahui ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi maka kita juga harus mengetahui bagaimana susunan suatu pesan yang tepat agar dapat dijadikan sebagai lambang bersama yang dapat secara bersama dipahami. Maka Reardon (1987) mengemukakan bahwa untuk menyusun pesan perlu diperhatikan antara lain ketiga faktor, yaitu (1) tatabahasa (2) mengetahui dan mengenal orang lain (3) mengetahui situasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan tatabahasa

Meskipun setiap orang tidak perlu mempelajari aturan-aturan berbahasa sebagaimana seharusnya namun santun berbahasa dapat dipahami dalam batas-batas tertentu sehingga bahasa dapat dijadikan alat untuk berkomunikasi antar pribadi. Tatabahasa tidak lain merupakan


(35)

aturan-aturan yang digunakan dalam berbahasa sebagai alat beerkomunikasi, terutama komunikasi antar pribadi. Aturan-aturan itu mengatur bagaimana setiap orang berbahasa secara baik dan benar sehingga dapat terjalin komunikasi. Beberapa syarat sederhana yang harus diperhatikan dalam berbahasa antara lain memilih kata dan menyusun kalimat yang baik dan benar, menggunakan ejaan dengan tepat, memakai imbuhan yang beraturan. Apalagi dalam komunikasi antar pribadi yang biasanya dilangsungkan dengan tatap muka secara langsung sehingga aksi dan reaksi verbal maupun nonverbal terdengar dan terlihat secara langsung. Jika hal ini kurang diperhatikan maka komunikasi tidak akan berlangsung dengan sukses, pesan yang disampaikan tidak ada manfaatnya karena tidak dimengerti oleh lawan bicara.

2. Pengetahuan tentang orang lain

Pengetahuan tentang tatabahasa saja tidaklah cukup. Tatabahasa hanya merupakan salah satu syarat dan bukan satu-satunya. Pengetahuan berbahasa dan menggunakannya dapat disesuaikan dengan santun terhadap siapa komunikasi antar pribadi dilakukan. Jika kita hendak berdialog dengan seseorang sebagai contoh maka kita harus mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang itu, apa yang kira-kira disenanginya. Artinya kita harus mempunyai gambaran awal atau pengetahuhan awal tentang orang yang kita ajak bicara. Mengenal orang lain begitu penting supaya kita mampu memberikan perbedaan dengan cara apa kebiasaan berkomunikasi itu harus dilakukan.


(36)

Selain syarat bertatabahasa, mengenal orang lain maka syarat berikutnya ialah mengenal situasi. Hal ini perlu pula diingat karena akan mempengaruhi pesan yang tersusun untuk mengajak pihak lain berpartisipasi dalam pembicaraan. Yang dimaksud dengan situasi menurut Bierens de Haan dalam Susanto (1977a) adalah totalitas dari hubungan masyarakat yang mempengaruhi/dapat mengarahkan keadaan menuju suatu arah dilihat dari kepentingan seseorang, golongan ataupun bangsa. Situasi adalah keadaan sekeliling saja, ia dibentuk oleh masa lampaunya suatu masyarakat, yaitu masyarakat yang hidup lebih lanjut dalam masa sekarang ; situasi adalah keseluruhan dari pengaruh masyarakat, situasi merupakan keseluruhan huubungan kekuasaan dan hubungan-hubungan yang mencakupi juga kesadaran akan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Susanto (1977a) sendiri juga merumuskan bahwa situasi merupakan kenyataan sosial tentang hal-hal yang mempengaruhi situasi sosial selanjutnya. Ia merupakan kenyataan dari hasil faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebaliknya juga akan mempengaruhi jalannya persoalan itu sendiri. Karena komunikasi antar pribadi melibatkan orang lain maka dari pandangan Susanto dan Bierens di atas dapat disimpulkan setiap orang harus memeperhatikan konteks situasi dalam berkomunikasi, bagaimanapun juga karena pesan-pesan itu umumnya bermakna sosialisasi wujud interaksi. Situasi tidak hanya menunjukkan tempat tetapi juga bermakna suasana. Situasi tidak saja bermakna tempat melainkan gambaran suatu; suasana kebatinan yang dimiliki manusia.


(37)

2.3. Psikologi komunikasi

Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ pengindraan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk pesan, suara , warna, segala hal yang mempengaruhi kita. Sapaan, hai apa kabar merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai stimuli; pemandangan, suara, penciuman dan sebgainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita, dan kita akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi. Kita mengetahui jika seseorang tersenyum, tepuk tangan dan meloncat-loncat , pasti ia dalam keadaan gembira.

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif ( aspek berfikir dan merasa), proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi.

Komunikator dapat menganalisa karakter komunikasi komunikan sebagai sumber informasi. Bagaimana komunikan mengartikan pesan yang disampaikan. dapat diteliti kerangka rujukan yang dipakai dan dapat dilacak pola komunikasi interpersonal yang dilakukan. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan menganalisa keadaan internal, “suasana batiniah “ individu, akan diteliti bagaimana suasana perasaan, motif atau cara individu mendefinisikan situasi yang dihadapinya.

2.4.Teori Kinesik dari Ray Birdwhistell

Yang dimaksudkan dengan kinesik ialah studi yang mempelajari gerakan-gerakan anggota tubuh. Ray Birdwhistell menganggap bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu proses yang sinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang digunakan secara tetap. Yang pasti lebih dari satu


(38)

saluranpun digunakan. Kegiatan komunikasi telah banyak menggunakan saluran sensoris manusia, yaitu aktifitas tubuh. Penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang ama kompleks dapat menjadi lebih jelas, bahwa perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan kata-kata. Menurut penyelidikan Birdwisthell paling tidak ada 1000 gerakan tubuh yang dapat diamati selama periode komunikasi tertentu, ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi yang pasti dalam komunikasi.

Beberapa gerakan disebutnya dengan kines. Suatu gerakan atau kine sebenarnya merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang yang diwariskan oleh kelompoknya kepada orang lain dalam satu kelompok yang sama yang menggambarkan perilaku yang berbeda dengan kelompok lain.

Gerakan mata ataupun tangan merupakan contoh dari apa yang disebut kines itu. Dan kines akhirnya dapat dibedakan dari satu kelompok dengan kelompok lain.

Tujuh anggapan dasar atas teori yang dibangunnya, yaitu :

1. Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

2. Seperti juga aspek-aspek lain dari perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

3. Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara lainpun


(39)

sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari system sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu. 4. Aktifitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar, secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompoknya.

5. Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyelidikan fungsi komunikasinya.

6. Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorangdan apa yang dilaksanakannya.

7. Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap orang akan memberikan kontribusi pada sistem kinesik yang dimilikinya.

2.5. Teori Paralinguistik dari Trager

Pengelompokan yang termasuk kepada perilaku nonverbal adalah paralingustik atau disebut juga dengan isyarat-isyarat vokal dalam berkomunikasi. Paralinguistik ini merupakan batas antara interaksi verbal dan nonverbal. Suara yang kita buat dalam proses pengucapan berkaitan dengan bahasa ucapan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bahasa. Jadi kita memberikan tekanan tertentu dalam tanda-tanda verbal suatu bahasa, tanpa tekanan kata-kata itu tidak mendapatkan suasana peneguhan tertentu. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk :

1. Kualitas suara ; termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras,lembut,serius,santai) dan irama tertentu.


(40)

2. Ciri-ciri vokal ; termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, ,menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

3. Pembatasan vokal ; misalnya ragam yang terlihat dalam setiap kata dan frase. Contohnya sebuah kata mungkin bisa diucapkan dengan nada suara yang halus, letupan kasar. Demikian pula suatu frase mungkin diucapkan secara perlahan-lahan atau juga menguat, makin cepat dan mengeras.

4. Pemisahan vokal ; termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang mempunyai kontribusi pada tahap pembicaraan misalnya menyebutkan “Uh! Atau Um!”, bertepuk tangan, maupun irama selaan lainnya waktu orang berkomunikasi

2.6.Pendekatan Neuro-Linguistic

Sebagai manusia, kita berinteraksi dengan dunia kita melalui panca indera kita. Kelima indera kita mengacu pada sistem representasi, penamaan, mengatur, menyimpan dan menghubungkan kita dengan alat penyaring persepsi kita. Sistem ini terdiri dari lima subsistem : visual, auditori, olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan) dan kinestetik (perasaan).

Meskipun kelima indera kita bekerja tanpa henti, salah satu indera bekerja lebih dominan daripada yang lain, berbeda pada tiap-tiap orang.

Berikut ciri-ciri nonverbal yang bisa diamati pada masing-masing tipe menurut teori Neuro-Linguistic yang diteliti oleh salah satu pakarnya yaitu Dr.Ibrahim Elfiky dalam bukunya “Terapi NLP (Neuro Linguistic Programming): Menciptakan Master Komunikasi yang Komunikatif”, (Elfiky, 2007).


(41)

Tipe Visual

Tipe dengan dominasi sistem representasi visual, cenderung bernafas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat, secepat mereka memvisualisasikan pengalaman mereka dan menggunakan gerakan tubuh. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain, bergerak cepat, makan cepat, penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi. Mereka juga tipe orang yang cepat mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Berkomunikasi dengan tipe visual, kita harus memvisualisasikan keadaan, harus dibuat mereka melihat apa yang dikatakan.

Tipe visual lebih peduli dengan apa yang mereka lihat. Jika bertanya pada tipe visual hal-hal yang sudah ada dalam ingatannya maka mata mereka akan bergerak keatas lalu kekiri. Jika pertanyaan pada hal-hal yang belum ada dalam ingatan mereka maka arah pandangan mata akan bergerak keatas lalu kebawah meangkes informasi.

Tipe Auditori

Tipe dengan dominasi sistem representasi auditori cenderung bernapas lewat diafragma. Mereka lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Dan ketika berbicara, mereka menggunakan variasi warna suara. Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Tipe Auditori banyak mendengar, berbicara dan membuat keputusan berdasarkan analisis teliti. Berkomunikasi dengan tipe auditori haruslah berbicara pelan dan teratur. Ubah-ubah warna suara dan jelaskan situasinya dengan detail, picu diskusi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan.


(42)

Tipe Auditori lebih peduli dengan apa yang mereka dengar. Jika kita menanyakan sesuatu yang tidak dapat mereka jawab secara langsung maka mata akan bergerak lurus kedepan lalu kekanan.

Tipe Kinestetik

Tipe dengan dominasi sistem representasi kinestetik cenderung bernapas dalam dan tenang. Mereka lebih mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi. Berkomunikasi dengan tipe kinestetik harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang dikatakan.

Tipe Kinestetik lebih peduli dengan apa yang mereka rasakan. Pada tipe kinestetik jika kita menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya maka tipe kinestetik akan mencari jawabannya dengan gerakan mata kebawah lalu kekanan.

Tipe Kinestetik tidak memerlukan penjelasan panjang lebar dalam berbagai hal, mereka tidak memerlukan penjelasan panjang, karena mereka lebih suka untuk melihat masalah dari perasaan, maka hal-hal/kata-kata yang diperhatikan oleh tipe kinestetik cenderung kata-kata yang merujuk pada perasaan. Maka frase/pilihan kata yang tepat untuk membuat tipe kinestetik memahami/mengerti haruslah yang menyentuh perasaan, misalnya kata “prihatin”, “senang’.

Dapat kita ketahui bahwa frase/pilihan kata-kata yang dipilih lebih banyak memakai kata sifat (adjective).


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Bank Bukopin Cabang Syariah Medan

Letak geografis Bank Bukopin Cabang Syariah Medan berada di tengah kota Medan, berada di Jalan utama di Medan, yaitu Jl.S.Parman No.77 Medan.

Bank Bukopin Cabang Syariah Medan termasuk di dalam wilayah Kecamatan Medan Baru dengan luas +/-1200 m2 , dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara : berbatasan dengan bangunan kantor milik PT Anggur Indo Raya.

Sebelah selatan : berbatasan dengan bangunan milik PT Pertani (Persero) Sebelah timur : berbatasan dengan jalan utama kota Medan yaitu

Jl.S.Parman Medan

Sebelah barat : berbatasan dengan pinggir sungai Babura-Medan.

Bangunan kantor Bank Bukopin Cabang Syariah Medan memiliki desain minimalis, dengan hampir 90 % badan bangunan terbuat dari kaca, bangunan terdiri dai 3 lantai.

Lantai I terdiri dari :

 Banking Hall

 Counter Teller

 Counter CS


(44)

Lantai II terdiri dari :

 Launge Room

 Ruang Pimpinan

 Ruang Meeting

 Ruang Account Officer

 Ruang EDP Lantai III terdiri dari :

 Ruang SDM

 Ruang Legal

 Ruang Internal Control

 Ruang ADM Pembiayaan

 Musholla

 Pantry

3.1.2. Sekilas tentang Bukopin

Pada tanggal 10 Juli 1970 lahir sebuah Bank Pemerintah dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia disingkat Bukopin. Bukopin merupakan Bank pemerintah yang bergerak dibidang Koperasi. Bukopin banyak menyalurkan kredit kepada koperasi-koperasi di Indonesia. Perkembangan koperasi di Indonesia tidak lepas dari andil Bukopin sebagai Bank Umum Koperasi di Indonesia. Bukopin banyak berkecimpung dalam kegiatan koperasi di Indonesia.

Pada era 80-an Bukopin mengalami krisis keuangan, banyak kredit yang macet, sehingga akhirnya pada perkembangannya sejalan dengan perkembangan Bank-Bank umum lain di Indonesia maka Bukopin mengalami proses


(45)

swastanisasi, banyak saham-saham pemerintah yang dilepas ke pihak swasta, meskipun sekarang tetap masih ada saham pemerintah disana. Hingga sekarang kondisi Bukopin telah makin membaik. Bukopin juga telah masuk kedalam salah satu 10 Bank terbaik di Indonesia.

Pada tahun 2007 lalu Bukopin semakin bertambah besar, ditandai dengan mulai diperdagangkannya saham-saham Bank Bukopin kepada masyarakat luas dengan merubah status menjadi Tbk. Pencatatan saham dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Kini Bukopin resmi menjadi salah satu bank yang telah Terbuka (disingkat Tbk.) , berubah nama menjadi PT Bank Bukopin Tbk,

Jumlah karyawan secara nasional mencapai 6000 karyawan yang tersebar di seluruh cabang-cabang Bank Bukopin di seluruh Indonesia. Bukopin termasuk bank yang berskala nasional.

Pada tahun 2000 Bukopin membuka sebuah unit usaha syariah disingkat UUS. Unit usaha ini dibentuk untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan bank syariah. Setelah dibentuk UUS maka Bukopin membuka cabang syariahnya yang pertama di tahun 2001 dengan nama Bank Bukopin Cabang Syariah Melawai-Jakarta. Ternyata minat masyarakat sangat besar akan bank syariah. Sukses dengan cabang syariah pertama maka Bank Bukopin membuka cabang-cabang syariah di kota-kota lain di Indonesia. Kini terdapat lima cabang syariah di Indonesia dan dua cabang pembantu, yaitu cabang syariah Bukit Tinggi, cabang syariah Surabaya, cabang syariah Bandung dan cabang syariah Medan sebagai yang kelima. Adapun capemnya yaitu capem Kramat Jati-Jakarta dan capem Payakumbuh-Sumatera Barat.


(46)

Cabang Syariah Medan berdiri pada tanggal 05 April 2006, dengan jumlah karyawan 19 orang. Dalam perkembangannya hingga tahun 2008 sekarang ini jumlah karyawan Bank Bukopin Cabang Syariah Medan telah mencapai 23 orang. Terdiri dari 9 orang di bagian marketing, 7 orang bagian supporting dan 7 orang bagian operasional. Yang kesemuanya masih berstatus karyawan kontrak.

Adapun poduk-produk Bank Bukopin Cabang Syariah ialah Tabungan, Giro, Deposito dan fasilitas pembiayaan. Berikut nama-nama produk yang ada di Bank Bukopin Cabang Syariah :

1. Tabungan Siaga Wadiah

2. Tabungan Rencana Bukopin Syariah Pendidikan 3. Tabungan Rencana Bukopin Syariah Multiguna 4. Giro Wadiah

5. Deposito Mudharabah

6. Fasilitas Pembiayaan Murabahah 7. Fasilitas Pembiayaan Musyarakah 8. Dll.

Jumlah nasabah mencapai 2000 orang. Bank Bukopin termasuk salah satu Bank Swasta Nasional terbesar di Indonesia. Bank Bukopin khususnya Bukopin Cabang Syariah mengedepankan prinsip-prinsip perbankan yang berlandaskan syariah Islam. Bank syariah tidak memberikan bunga seperti yang ada di Bank konvensional, bunga bank haram dalam syariah Islam karena termasuk dalam Riba.

Bukopin Cabang Syariah Medan sangat peduli terhadap pelayanan kepada nasabah, maka prinsip KYCP (Know Your Customer Principal) benar-benar


(47)

dijalankan. Kita harus benar-benar mengetahui identitas nasabah dan selalu berusaha untuk memberikan kepuasan terhadap nasabah (customer satisfaction) maka segenap jajaran frontliner diikutkan dalam training service quality.

Untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan nasabah dan bagaimana cara memuaskannya maka kita perlu menggali informasi sebanyak-banyaknya dari nasabah. Untuk itu sangatlah diperlukan kemampuan komunikasi yang baik sehingga nasabah merasa dimengerti dan dipahami apa yang menjadi kebutuhannya. Maka dari itu kita perlu mengetahui karakter komunikasi karyawan Bank Bukopin Cabang Syariah medan dan untuk selanjutnya kita juga perlu mengetahui karakter komunikasi para nasabah sehingga tercipta keselarasan dalam berkomunikasi dan akhirnya komunikasi yang komunikatif dapat tercapai sehingga nasabah Bank Bukopin Cabang Syariah merasa dimengerti dan dipahami kebutuhannya dan akhirnya menjadi loyal sebagai nasabah Bukopin pada umumnya, Bukopin Syariah pada khususnya.

3.2. Metodologi Penelitian 3.2.1. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian kualitatif. Riset kualitatif (qualitative research) ialah suatu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak menggunakan prosedur statistik (Strauss dan Corbin :1997).

Penelitian kualitatif menghasilkan data yang lebih mendalam dan kritis. Penelitian ini menggunakan salah satu tipe penelitian kualitatif, yaitu kualitatif-deskriptif dimana dalam penelitian kualitatif-kualitatif-deskriptif teori masih merupakan alat penelitian sejak memilih dan menemukan masalah (Bungin, 2007).


(48)

Menurut Rahmat (1997:34-35), penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan dan evaluasi.

4. Menentukan yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Subjek penelitian dipilih berdasarkan teknik snowball theory dengan mencari informan kunci. Diambil 3-5 orang karyawan/ti untuk mewakili masalah yang menjadi tujuan penelitian.

Snowball Theory adalah teknik mencari informan kunci yang diawali oleh satu orang, kemudian bergulir terus menjadi beberapa orang informan kunci sampai tujuan penelitian tercapai. Informan kunci diambil dari karyawan/ti yang melakukan interaksi kepada nasabah dan masing-masing karyawan/ti nantinya akan mewakili masing-masing salah satu karakter komunikasi dalam pendekatan neuro-linguistic dalam melakukan komunikasi antar pribadi. Apabila keseluruhan karakter komunikasi telah terwakili maka pencarian subjek penelitian dihentikan.


(49)

3.3. Unit Analisis

Masalah penelitian memiliki tingkat analisis yang berbeda, mulai dari tingkat individu, kelompok, masyarakat sampai dengan tigkat institusi sosial. Ritzer mengatakan ada dua kontinum realitas sosial, yaitu kontinum mikroskopik-makroskopik dan kontinum subjektif-objektif. Dua realitas sosial inilah yang menjadi unit-unit analisis dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini unit analisis yang dipakai ialah dalam kontinum mikroskopik, dimana kontium subjektif-objektif berada diujung-ujungnya.

Dapat dijelaskan melalui tabel berikut :

Tabel 1. Unit Analisis Mikroskopik Individual :

Tiga tipe Karakter Komunikasi

Subjektif : Proses Mental Objektif: Tindakan

Tipe Visual 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata

2. Cepat/Lambat intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat.

Tipe Auditori 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata


(50)

intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat. Tipe Kinestetik 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata

2. Cepat/Lambat intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat.

3.4. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juli 2008. Penelitian dilakukan selama tiga bulan untuk mempertahankan konsistensi data hasil penelitian. Dikarenakan keterbatasan waktu peneliti maka penelitian hanya dilakukan selama tiga bulan. Tidak tertutup kemungkinan bagi siapa saja yang ingin melanjutkan penelitian ini guna perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)


(51)

Yaitu pengumpulan data dari literatur serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Misalnya buku-buku, majalah, surat kabar serta sumber lainnya yang relevan dan mendukung penelitian

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data di lapangan yang meliputi kegiatan observasi-partisipatif . Peneliti berpartisipasi langsung dalam kehidupan subjek yang menjadi sasaran penelitian. Pengumpulan data melalui:

 Kuesioner

Yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1991:117). Dalam hal ini peneliti memberikan kuesioner kepada karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Kuesioner berfungsi sebagai informasi awal dalam penentuan karakter komunikasi karyawan sesuai pendekatan neuro-linguistic dan juga dijadikan komparasi terhadap hasil observasi.

 Interview

Interview dapat dipandang sebagai pengumpul data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.

 Observasi

Observasi ialah teknik pengumpulan data melalui pengamatan di lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Observasi-partisipatif yaitu peneliti terlibat langsung dalam proses interaksi sosial terhadap informan kunci karena informan kunci merupakan rekan kerja dari peneliti sendiri sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan.


(52)

3.6. Metode Analisa Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, Metode analisa data yang dipakai yaitu analisa data induktif. Sebagai berikut :

1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada.

2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh 3. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

4. Menjelaskan hubungan-huubungan kategorisasi 5. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum


(53)

BAB IV ANALISA DATA

4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1.Tahap Persiapan

a. Mempersiapkan quisioner dan daftar pertanyaan. b. Menentukan subjek penelitian

4.1.2.Tahap Pengumpulan Data

a. Peneliti membagikan quisioner selama satu minggu pada bulan Mei 2008.

b.Peneliti membagikan quisioner sebanyak 5 buah yang dibagikan kepada karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan

c. Peneliti memepersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan kunci.

d. Peneliti melakukan observasi terhadap informan kunci yang meliputi bahasa verbal dan nonverbal.

4.2. Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data-data, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data hasil temuan. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Penggolongan pada quisioner, dimana hasil quisioner diberi skor sebagai tahap awal penentuan karakter komunikasi informan kunci.


(54)

b. Pencatatan hasil interview, yaitu data hasil interview yang dilakukan kepada informan kunci dicatat dan diklasifikasikan.

c. Pencatatan hasil observasi, dimana setelah dilakukan observasi maka data hasil temuan dicatat langsung untuk menghindari kelupaan peneliti akan hasil pengamatannya.

4.3. Laporan Hasil Temuan

Bentuk quisioner yang dipakai ialah quisioner yang sudah baku, artinya quisioner itu telah diuji oleh ahlinya sendiri dan sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Bentuk Quisioner baku akan disediakan di dalam daftar lampiran hasil penelitian. Tabel 2.berikut adalah data hasil quisioner yang disebarkan.

Tabel 2.Data Hasil Quisioner Penomoran Informan Kunci Jumlah Qusioner Skor/Nilai Penggolongan Karakter Komunikasi Keterangan Informan Kunci 1

10 Jawaban a=6

Jawaban b=3 Jawaban c=1

Visual Jawaban lebih

banyak a maka termasuk kedalam tipe visual Informan Kunci 2

10 Jawaban a=2

Jawaban b=6

Auditori Jawaban lebih


(55)

Jawaban c=2 maka termasuk

kedalam tipe auditori

Informan Kunci 3

10 Jawaban a=3

Jawaban b=2 Jawaban c=5

Kinestetik awaban lebih banyak c maka

termasuk

kedalam tipe kinestetik

Dari tabel 2 diatas dapat diamati bahwa penentuan karakter komunikasi manusia menurut pendekatan Neuro-Linguistic dapat dikasifikasikan kedalam tiga jenis karakter. Lima (5) orang karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan diminta untuk mengisi quisioner kemudian quisioner yang diisi tersebut dilihat hasil jawabannya apakah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai informan kunci, dari lima orang yang mengisi quisioner maka diambil tiga (3) orang yang ditetapkan sebagai informan kunci dan yang selanjutnya akan dilakukan wawancara dan observasi kepada ketiga orang tersebut. Informan kunci satu memilih kebanyakan jawaban a, maka berdasarkan teori Neuro-Linguistic informan kunci satu termasuk kedalam tipe visual. Informan kunci dua memilih jawaban kebanyakan b, maka termasuk kedalam tipe auditori dan informan kunci tiga memilih jawaban lebih banyak c, maka termasuk kedalam tipe kinestetik. Penggolongan yang dilakukan berdasarkan pendekatan Neuro-Linguistic


(56)

mengelompokkan jawaban untuk tipe visual kedalam pilihan jawaban a, untuk tipe auditori kedalam pilihan jawaban b dan untuk tipe kinestetik kedalam pilihan jawaban c. Untuk dapat mengetahui isi dari quisioner ini dapat dilihat dari daftar lampiran.

Tabel 3. Daftar Pertanyaan

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apa hal paling penting dalam hidup anda ? a. Melihat orang yang kita sayangi bahagia b. Mendengar orang

yang kita sayangi bahagia

c. Mengetahui orang yang kita sayangi bahagia

2. Jenis bacaan yang paling anda gemari a. Biografi/pengalaman hidup

b. Novel Romantis c. Cerita nyata yang

mempunyai unsur sedih

3. Bagaimana anda ingin diperlakukan jika telah berbuat kesalahan ?

a. Cukup


(57)

b. Ditegur dengan penjelasan

c. Dinasehati

4 Bagaimana kriteria pasangan yang disukai a. Mempunyai tubuh yang proporsional

b. Suara yang

merdu/bagus c. Romantis 5. Peristiwa apa yang dapat menyentuh

perasaan anda ?

a. Melihat kecelakaan dijalan

b. Mendengar teman curhat

c. Mengetahui

seseorang yang anda

kenal ditimpa musibah

6. Kalau anda sedang berada di ruang rapat, kemudian ada rekan anda yang memberikan penjelasan tatapi anda tidak menyetujuinya apa yang anda lakukan ?

a. Langsung memberikan interupsi

b. Mendengarkan saja sampai ia selesai bicara

c. Memikirkan kemungkinan


(58)

jawaban yang tepat 7. Kegiatan yang paling digemari a. Fitness/body

building b. Mendengarkan

musik c. Membaca

Dari tabel 3 diatas penulis mendapatkan panduan dalam melakukan interview. Interview yang dilakukan tidak menggunakan bahasa-bahasa formal seperti yang tertera dalam tabel 3 pertanyaan diatas. Pertanyaan yang diajukan lebih santai dan diupayakan agar subjek penelitian tidak merasa bahwa dirinya sedang diteliti. Jawaban tersebut didapat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian.

Kebanyakan memang tipe visual memberikan jawaban yang mengacu ke kemungkinan jawaban lebih banyak a dimana informan kunci satu (1) termasuk didalamnya , tipe auditori memberikan jawaban dengan kemungkinan jawaban lebih bayak b (informan kunci 2) sedangkan tipe kinestetik memberikan jawaban dengan kemungkinan jawaban lebih banyak c (informan kunci 3).

Komunikasi antar pribadi yang terjadi antara peneliti dan informan kunci berlangsung dengan baik dimana komunikasi yang terjadi memiliki keterlibatan emosi (karena peneliti akrab dengan informan kunci), komunikasi juga bersifat dinamis dalam arti tidak kaku dan monoton. Informan kunci juga memahami bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan peneliti sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pencatatan jawaban dari hasil pertanyaan.


(59)

Lambang-lambang yang digunakan baik itu merupakan kata-kata verbal maupun non verbal seperti gerakan anggota tubuh dari peneliti dan informan kunci masing-masing dapat dipahami, sehingga peneliti dapat melukiskan persetujuan informan kunci akan pikiran, pendapat, perasaan maupun sikapnya. Dari sini maka pertanyaan yang diajukan juga digiring kedalam topik ataupun gejala yang sedang diamati. Dalam hal ini yaitu pendekatan neuro-linguistic dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh subjek penelitian. Hasil-hasil dari penelitian yang berupa jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan dapat diklasifikasikan kedalam tiga karakter komunikasi manusia menurut pendekatan neuro-linguistic. Untuk tipe visual maka jawaban yang diberikan akan selalu menunjukkan pengaruh dari organ visual, misalnya senang dengan hal yang menarik untuk dilihat, hal-hal yang menyentuh perasaannya bersumber dari apa-apa yang dapa-apat dilihat atau jika suatu keadaan dapa-apat divisualisasikan dan hal-hal lainnya yang terhubung kedalam organ visual. Untuk tipe auditori maka jawaban yang diberikan akan lebih terhubung kedalam indera pendengaran sehingga orang dengan tipe auditori lebih senang mendengarkan sesuatu secara seksama dan suara-suara yang memiliki perubahan-perubahan alunan nada tinggi/rendah secara bergantian. Tetapi untuk orang dengan tipe komunikasi kinestetik akan lebih cenderung sensitif terhadap apa saja yang dapat menyentuh perasaannya.

Tabel 4. Data hasil Observasi

Tipe Proses Mental Tindakan Nonverbal

Visual (Informan 1) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara

1. Gerakan mata keatas lalu kekiri /


(60)

3. Frase/pilihan kata kekanan,terkadang juga kedepan.

2. Intonasi cepat dengan nada tinggi.

3. Melihat,

memperhatikan, menunjukkan, memandang

Auditori (Informan 2) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara 3. Frase/pilihan kata

1. Gerakan mata kedepan lalu kekiri/ kekanan terkadang juga keatas.

2. Ada variasi

suara, tinggi dan rendah.

3. Dengar, bicara, menghimbau, menerangkan. Kinestetik (Informan 3) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara 3. Frase/pilihan kata

1. Gerakan mata kebawah lalu kekiri/kekanan,


(61)

terkadang juga kedepan.

2. Nada suara

lambat.

3. Merasa, stress, emosi, santai, malu, segan.

Dari tabel 4 diatas didapat data hasil observasi yang meliputi proses mental dan tindakan nonverbal yang mengikutinya. Untuk tipe visual (informan kunci 1) proses mental berfikir akan diikuti tindakan nonverbal berupa gerakan mata keatas lalu kekiri/kekanan terkadang juga kedepan, proses mental untuk kecepatan suara akan diikuti dengan tindakan nonverbal berupa intonasi yang cepat dengan nada tinggi, proses mental untuk frase/pilihan kata akan diikuti tindakan nonverbal dengan pilihan kata yang berhubungan dengan organ visual. Untuk tipe auditori (informan kunci 2) proses mental berfikir akan diikuti tindakan nonverbal berupa gerakan mata kedepan lalu kekiri/kekanan dan terkadang juga keatas, proses mental untuk kecepatan suara akan diikuti tindakan nonverbal berupa variasi tinggi rendah (ada alunan) suara, proses mental pada pilihan kata selalu berhubungan dengan indera pendengaran. Untuk tipe kinestetik (informan kunci 3) proses mental berfikir akan diikuti tindakan nonverbal berupa gerakan mata kebawah lalu kekiri/kekanan dan terkadang juga kedepan, proses mental untuk kecepatan suara akan diikuti tindakan verbal berupa nada suara yang lambat,


(62)

proses mental untuk frase/pilihan kata akan diikuti tindakan mental dengan pilihan kata yang selalu berhubungan dengan perasaan.

4.4. Pembahasan

Neuro-Linguistic belum terlalu banyak diketahui dan dipelajari oleh masyarakat umumnya khususnya kalangan mahasiswa/i yang sedang mempelajari bidang ilmu komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam melakukan interaksi sosial akan selalu melakukan kegiatan yang disebut komunikasi. Pada perkembangan ilmu-ilmu dalam bidang komunikasi banyak dilakukan penelitian oleh pakar-pakar dalam bidang ilmu komunikasi sehingga banyak melahirkan teori-teori baru dan metode-metode baru. Neuro-linguistic termasuk teori yang masih jarang dilirik untuk dipelajari. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang yang diketahui bersama. Agar komunikasi efektif, artinya komunikan memberikan feedback terhadap pesan maka perlu pemahaman bersama terhadap lambang.

Tetapi pada perkembangannya tidaklah cukup hanya dengan tercipta komunikasi yang efektif, komunikasi itu juga harus komunikatif dimana komunikator dan komunikan sama-sama memahami dan mengerti apa pesan yang disampaikan sehingga tercipta suatu keselarasan dalam berkomunikasi.

Untuk mendapatkan ini semua maka setiap komunikator haruslah mengetahui tipe komunikasi dirinya dan tipe komunikasi lawan bicaranya. Memahami kepribadian diri sendiri adalah kunci kekuatan diri dan memahami kepribadian orang lain adalah kekuatan yang sebenarnya (Elfiky, 2007:85).


(63)

Penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi yang baik kepada nasabahnya, dimana komunikasi yang baik itu haruslah komunikatif dan efektif. Hal ini dapat terjadi jika dalam berkomunikasi tercipta suatu keselarasan. Keselarasan dapat tercipta jika orang yang berkomunikasi mengetahui tipe komunikasi lawan bicaranya dan mengikuti cara-cara lawan bicaranya berkomunikasi. Makin sama dan menyerupai lawan bicara maka keselarasan makin cepat tercipta dan lawan bicara merasa makin dimengerti. Dalam hal ini yang menjadi lawan bicara adalah para nasabah dan pembicara dapat berarti para karyawan/ti karena bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada nasabah sehingga kita sebagai karyawan/ti harus mengetahui tipe komunikasi kita terlebih dahulu baru mengetahui tipe komunikasi nasabah sehingga dari sini kenyamanan berinteraksi kepada seluruh karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dapat tercapai dan akhirnya melahirkan nasabah yang loyal yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Setelah diteliti ternyata ada perbedaan antara apa yang dijelaskan dalam pendekatan neuro-linguistic dengan data yang didapat dari hasil pengamatan di lapangan. Tidak selamanya untuk tipe visual selalu mengakses informasi dengan menggerakkan mata keatas, bisa juga sesekali ke depan. Untuk tipe auditori juga tidak selalu kedepan dan kesamping tetapi juga sesekali akan menggerakkan mata keatas seperti ciri dari tipe visual. Untuk tipe kinestetik arah gerakan mata juga tidak selamanya selalu kebawah tetapi juga sesekali akan menggerakkan mata kedeepan. Sedangkan menurut teori neuro-linguistic untuk orang dengan tipe visual dalam mencari informasi yang ada dalam pikiran akan menggerakkan mata


(64)

ke atas, untuk tipe auditori akan menggerakkan mata ke depan lalu kekiri atau kekanan dan untuk tipe kinestetik akan menggerakkkan mata ke bawah lalu kekiri atau kekanan.

Untuk intonasi suara telah sesuai dengan teori dari pendekatan neuro-linguistic yaitu untuk orang visual intonasi lebih tinggi, untuk orang auditori intonasi suara lebih berirama dan untuk orang kinestetik intonasi lebih lambat.

Untuk pilihan kata juga lebih bervariasi meskipun memang untuk tipe visual lebih mudah memahami hal-hal dengan menggunakan kata-kata yang dapat memvisualisasikan keadaan. Untuk tipe auditori lebih mudah memahami hal-hal yang menggunakan kata-kata yang terhubung dengan pendengaran demikian juga dengan kinestetik lebih peka dengan kata-kata yang lebih menyentuh perasaan. Adapun impact dari pemahaman terhadap pendekatan neuro-linguistic ini kepada komunikasi adalah bahwa pendekatan neuro-linguistic mempelajari karekter manusia dalam berkomunikasi. Tentu saja komunikasi yang dilakukan yaitu dalam komunikasi antar pribadi. Karena dalam melakukan komunikasi antar pribadilah kita dapat mengetahui persetujuan komunikan akan pikirannya, pendapatnya, perasaannya, sikapnya terhadap suatu objek yang apabila kita sebagai komunikator mengetahuinya maka kita juga dapat mengontrol dan mengendalikan hal-hal tersebut diatas. Itulah kehebatan dari pendekatan neuro-linguistic apabila kita terapkan dalam komunikasi. Sehingga tidak ada lagi istilah miss-communication dalam berkomunikasi dan pada akhirnya keselarasan dalam komunikasi antar pribadi dapat tercipta.

Ada kejadian yang cukup menarik yang saya telah amati sepanjang waktu dalam penelitian saya. Ini terjadi kebetulan pada subjek penelitian saya yaitu


(1)

(2)

KUISIONER PENELITIAN

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Petunjuk Pengisian Kuisioner

1. Jawab cepat, spontan tidak lebih dari lima detik untuk setiap pertanyaan 2. Berilah tanda silang (x) pada setiap jawaban yang anda pilih

Pertanyaan

1. Apa pertimbangan anda ketika membeli sebuah buku ? a. Warna sampul dan gambar-gambar di halaman isi b. Judul dan isi

c. Jenis kertas dan teksturnya ketika disentuh

2. Cara apa yang paling anda sukai ketika seseorang mengemukakan ide baru kepada anda ?

a. Melihat garis besarnya

b. Mendiskusikannya dengan si pencetus ide dan beberapa orang lain sekaligus mendengarkan pendapat mereka

c. Merasakannya

3. Apa yang terjadi jika anda menghadapi suatu tantangan/masalah ? a. Melihat dan membayangkan sisi lain dari masalah itu

b. Membicarakan kemungkinan beberapa alternative dan pilihan c. Membuat keputusan berdasarkan perasaan anda


(3)

a. Memperhatikan beberapa sudut pandang, lalu mengemukakan sudut pandang anda sendiri

b. Mendengarkan seluruh pilihan dan pendapat, lalu menjelaskan apa menurut anda harus dilakukan

c. Merasakan diskusi, lalu memberi pendapat

5. Di saat anda membutuhkan sebuah informasi spesifik, apa yang anda lakukan ?

a. Mencari sendiri dengan melihat berbagai sudut pandang b. Mendengarkan pendapat para ahli

c. Menggunakan keahlian orang lain

6. Apa yang anda lakukan jika anda berselisih dengan seseorang ? a. Fokus pada pesan yang disampaikan

b. Mendengarkan tanpa menyela c. Merasakan maksud orang itu

7. Apa yang pertama kali membangkitkan minat anda ketika mengikuti sebuah seminar ?

a. Melihat gambar yang besar dan alat Bantu visual

b. Mendengarkan penuh perhatian dan menangkap pesan kata perkata c. Memperoleh “rasa” dari makna pesan yang disampaikan

8. Apa yang anda cari dari sebuah hubungan ? a. Seseorang dalam kondisi terbaiknya b. Kata-kata yang mendukung

c. Merasa dicintai dan dihargai


(4)

a. Memeriksa aksesoris san penampilan fisik mobil, seperti mesin jendela otomatis dan lapisan kulit untuk jok

b. Memeriksa semua detail yang diberikan oleh penjual c. Segera mengendarainya

10. Sebagai penumpang pesawat terbang, dimana anda lebih suka duduk ? a. Kursi dekat jendela

b. Kursi paling pinggir (dekat lorong tengah), sehingga tidak terlalu mengganggu penumpang lain


(5)

BIODATA

I. Data Pribadi

Nama : MARLINA

Tempat/Tgl.Lahir : Medan, 10 April 1982

Alamat : Jl.H.M Said Gg.Pelajar No.1A

Medan

II. Pendidikan

1. SD Muhammadiyah 18 Medan : Tamat tahun 1994 2. SMP Negeri 12 Medan : Tamat tahun 1997 3. SMU Negeri 3 Medan : Tamat tahun 2000 4. Politeknik Negeri Medan : Tamat tahun 2003 Jurusan Teknik Elektro

5. Ilmu Komunikasi FISIP USU : Tamat tahun 2008 Ilmu Komunikasi Ekstension

III. Nama Orang Tua

1. Nama Ayah : H.A.Kasim 2. Nama Ibu : Hj.Asnah

IV. Nama Saudara


(6)

2. Baruni 3. Ernawati 4. Sugiharto 5. Erlinawati 6. Fristina