60
a. Pelaksanaan
Layanan Konseling
dan Layanan Kegiatan Pendukung Konseling
Hasil penelitian
tentang layanan
konseling dan kegiatan pendukung konseling di sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan
Pakis dibagi
dalam empat
hal yaitu
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.
1 Perencanaan
Dalam perencanaan kegiatan layanan konseling,
masih terbatas
pada pencantuman layanan dalam dokumen
KTSP. Dari
8 sekolah
di Dabin
1 Kecamatan Pakis yang diteliti, perencanaan
program yang disusun secara tahunan, semesteran,
bulanan, dan
mingguan, bahkan sampai harian belum ada yang
menyusun. Akan tetapi semua sekolah telah mencantumkan Pengembangan Diri
secara terjadwal pada masing-masing kelas dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran
termasuk di dalamnya ekstrakurikuler. Menurut hasil wawancara, belum
tersusunnya program layanan konseling tersebut dikarenakan belum adanya buku
pedoman pelaksanaan Pengembangan Diri di sekolah dasar sehingga subjek belum
tahu dan
belum mampu
menyusun
61
program Pengembangan Diri dengan baik. Dari kenyataaan di atas nampak bahwa
sekolah belum
mampu menyusun
perencanaan layanan
konseling dan
kegiatan pendukungnya
dengan baik.
Semua sekolah belum menyusun Satuan Layanan SATLAN, Satuan Pendukung
SATKUNG dan
Laporan Pelaksanaan
Program LAPELPROG
untuk layanan
konseling. Para guru kelas selaku petugas
konseling hanya mempunyai semacam laporan kegiatan bimbingan yang dibuat
sebagai salah satu syarat administrasi kenaikan pangkat. Isinya berupa catatan
kegiatan pembimbingan yang dilakukan. Kebanyakan catatan pembimbingan berisi
kenakalan siswa misalnya menasehati siswa berkelahi, suka mengganggu, tidak
mengerjakan PR. Beberapa SD membuat laporan rutin kegiatan tiap bulan kepada
kepala sekolah, namun terdapat beberapa SD yang membuatnya secara insidental,
kalau ingat saja dan dilaporkan kepada kepala sekolah setahun sekali ketika
kenaikan kelas. Pada momen ini biasanya para guru meminta tanda tangan kepala
sekolah untuk berbagai administrasi kelas seperti daftar nilai, daftar kelas, buku
62
bimbingan, buku
laporan kenaikan
kelulusan, dan lain-lain. Ini menunjukkan kurangnya perhatian baik kepala sekolah
maupun guru akan pentingnya layanan konseling.
2 Pelaksanaan
Meskipun tertulis dalam dokumen KTSP dan pada jadwal kelas, pelaksanaan
Pengembangan Diri di sekolah sangat beragam. Ada sekolah yang menggunakan
jam terjadwal untuk kegiatan akademik yang lain, ada sekolah yang menggunakan
untuk kegiatan ekstra kurikuler saja, sementara layanan konseling dilakukan
insidental pada saat menemukan siswa bermasalah. Berdasarkan hasil wawancara,
penggunaan alokasi waktu Pengembangan Diri terjadwal pada masing-masing sekolah
dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dapat dilihat pada
tabel berikut.
63
Tabel 4. Penggunaan Alokasi Waktu untuk Pengembangan Diri
dalam Jadwal Kelas
No Nama SD
Alokasi Waktu
Penggunaan
1 Pakis
2 jp hari Sabtu
Kegiatan ekstrakurikuler
2 Bawang
2 jp hari Sabtu
Kegiatan ekstrakurikuler
3 Rejosari
2 jp hari Sabtu
Kegiatan akademik, kegiatan ekstra
kalau akan lomba saja
4 Losari
2 jp hari Sabtu
Kegiatan akademik, kegiatan ekstra
kalau akan lomba saja
5 Wiropati
2 jp hari Sabtu
Kegiatan akademik, kegiatan ekstra
kalau akan lomba saja
6 Banyusidi
2 jp hari Jumat
Kegiatan akademik, ekstra Pramuka
hari Jumat tapi di luar jam reguler,
ekstra yang lain kalau akan lomba
saja
7 Gejayan
2 jp hari Jumat
Kegiatan akademik, kegiatan ekstra
kalau akan lomba saja
8 Krasak
2 jp hari Sabtu
Kegiatan ekstrakurikuler
Dari hasil
wawancara dan
pengamatan di delapan sekolah dasar di
64
wilayah Dabin I Kecamatan Pakis nampak pelaksanaan konseling belum maksimal.
Realitas implementasi layanan Konseling di SD di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis
jauh dari apa yang seharusnya bisa diterapkan di tingkat pendidikan dasar.
Semua SD baru melaksanakan sebagian dari bidang layanan konseling dan kegiatan
pendukung konseling. Layanan konseling tersebut
dilakukan oleh
guru kelas
biasanya dalam
bentuk bimbingan
individual dan klasikal. Layanan konseling belum dilakukan secara rutin sesuai jadwal
yang ada,
yaitu dua
jam pelajaran
perminggu untuk Pengembangan Diri yang dibagi dalam dua kegiatan yaitu layanan
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Layanan konseling masih dilakukan
secara insidental
ketika guru
kelas menemukan adanya permasalahan yang
terjadi pada seorang atau lebih siswanya, misalnya siswa yang nilainya selalu jelek,
siswa yang suka mengganggu, siswa berkelahi, dan lain-lain. Juga ketika siswa
menghadapi masa-masa penting seperti saat penyesuaian atau adaptasi dengan
lingkungan dan teman yang baru, atau ketika
siswa memilih
teknologi dan
informasi saat ini yang baik dan tepat
65
untuk usia mereka bimbingan pribadi- sosial, ketika masa-masa menghadapi
ulangan atau ujian bimbingan belajar serta
masa-masa persiapan
memilih sekolah lanjutan yang sesuai bimbingan
karier. Dapat diambil kesimpulan bahwa
sesuai buku pedoman, berbagai jenis layanan Konseling hampir semua sudah
dilaksanakan di sekolah dasar di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis akan tetapi
cakupan materi layanan konseling dan intensitas pelayanannya belum maksimal.
Misalnya, pelaksanaan layanan orientasi untuk kelas satu pada saat pertama masuk
sekolah sebagai
usaha pengenalan
lingkungan dan
adaptasi. Layanan
orientasi kelas I ini hanya dilakukan 1 sampai 3 hari saja pada hari-hari pertama
masuk. Materinya
rata-rata hanya
pengenalan nama gurunya, letak kamar kecil dan perkenalan sesama teman.
Sedangkan layanan penguasaan konten pada
jenjang kelas
VI pada
waktu persiapan menjelang Ujian Akhir sekolah,
dengan les atau pelajaran tambahan agar memiliki nilai yang baik sehingga dapat
memilih sekolah yang diinginkan.
66
Untuk layanan kegiatan pendukung konseling
masih sebagian
saja yang
terlaksana, seperti aplikasi instrumentasi yang pernah dilakukan di SD-SD di wilayah
Dabin I Kecamatan Pakis adalah tes IQ. Tes ini dilakukan oleh pihak luar sekolah,
namun kegiatan ini tidak dilaksanakan secara rutinberkala. Selain itu, terdapat
dua SD itupun hanya pada kelas tertentu yang sudah melakukan tes sosiometri
setiap pergantian tahun ajaran. Hal ini dapat dilihat pada papan pajangan yang
ada di dalam kelas. Himpunan data berupa data masing-masing siswa terdapat dalam
buku Daftar Kelas masing-masing guru sudah ada di semua sekolah. Kunjungan
rumah sebagian kecil guru membuat buku kunjung
juga merupakan
kegiatan pendukung yang sudah dilakukan hampir
di seluruh SD di wilayah Dabin I Kecamatan
Pakis. Untuk
kegiatan konferensi kasus, tampilan kepustakaan,
dan alih tangan kasus, belum ada SD yang melakukan.
Pada setiap sekolah ditemukan buku bimbingan dan konseling yang digunakan
untuk catatan pembimbingan terhadap siswa. Dalam kenyataannya buku tersebut
terisi namun tidak rutin dan tidak untuk
67
setiap siswa. Padahal, setiap siswa pasti memiliki
permasalahan meskipun
tingkatan kesulitan masalah yang mereka hadapi berbeda-beda. Masih banyak guru
di sekolah dasar hanya memperhatikan kemampuan akademik siswa tanpa melihat
latar belakang yang dimiliki siswa. Jika ada siswa yang selalu mendapat nilai jelek,
yang dilakukan guru adalah melakukan perbaikan nilai melalui remedial test atau
remedial teaching saja. Rata-rata guru di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis jarang
yang melakukan penelusuran terhadap latar belakang atau penyebab masalah
siswa tersebut.
Atau ketika
guru mengetahui
latar belakang
keluarga seorang siswa yang bermasalah, bukan
layanan konseling yang dicoba untuk diberikan oleh guru ataupun pihak sekolah
namun terkadang justru terkesan tidak mau tahu atau tidak tahu tindakan apa
yang sebaiknya dilakukan. Keterbatasan
layanan konseling
terjadi karena
guru kelas menyadari
kemampuannya yang terbatas sebagai guru yang
sekaligus bertugas
sebagai pembimbing atau petugas konseling. Guru
merasa belum mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai seorang konselor.
68
Hampir semua guru mengusulkan adanya guru khusus yang diangkat untuk hal
tersebut. Mereka
juga mengusulkan
apabila kegiatan konseling harus ditangani oleh guru kelas, pemerintah dihimbau
untuk mengadakan training atau workshop yang cukup intensif tentang hal tersebut.
Dalam pada itu semua guru juga merasa berat jika tugas tentang pembimbingan
layaknya konselor tersebut diserahkan kepada mereka. Mereka mengusulkan agar
ada seorang guru bimbingan dan konseling di setiap sekolah.
3 Penilaian
Untuk layanan konseling tersebut, siswa
tidak diberikan
nilai. Temuan
menunjukkan bahwa memang semua SD di Dabin I tersebut belum ada penilaian bagi
siswa peserta kegiatan. Tidak ada catatan kemajuanperkembangan siswa di masing-
masing sekolah. Di dalam rapor pun belum ada penilaian untuk layanan konseling
seperti dicontohkan dalam buku panduan Model dan Contoh Pengembangan Diri di
Sekolah Dasar terbitan Puskur tahun 2007. Pada kolom penilaian Pengembangan Diri,
rata-rata kosong tidak diisi. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan guru tentang
69
cara menuliskan nilai layanan konseling untuk
siswa, dan
memang dalam
memberikan layanan
konseling, guru
belum melakukan penilaian terhadap siswa yang dibimbing.
Hampir semua guru dan kepala sekolah yang terpikir bagi siswanya adalah
bagaimana kegiatan di sekolah dapat mendukung sedemikian rupa sehingga nilai
ujian akhir khususnya Ujian Nasional adalah yang terbaik. Dengan kata lain, nilai
akademik masih tetap dipandang sebagai hal terpenting oleh pihak guru atau kepala
sekolah. Hal ini nampak pada jawaban salah satu guru atas pertanyaan peneliti
tentang tidak adanya nilai rapor pada kegiatan Pengembangan Diri di sekolahnya.
“Memangnya harus
diisi ya
nilai Pengembangan Diri? Saya belum pernah
mengisinya. Lha wong menghitung nilai pelajaran saja kalau pas membuat rapor
sudah repot kok. Nggak usah ditambah kegiatan
macam-macam. Yang
penting nantinya anak-anak bisa lulus semua, kalau
bisa ya dengan nilai yang baik.”
Penilaian atas pelaksanaan program oleh kepala sekolah juga tidak pernah
dilakukan. Sebagian besar guru atau kepala
sekolah hampir
tidak pernah
membicarakan layanan konseling yang
70
diberikan kepada
siswanya. Rata-rata
hanya membicarakan
kenakalan atau
keistimewaan siswanya, akan tetapi tidak sekaligus mencari solusi penanganannya.
Evaluasi terhadap keterlaksanaan program layanan kurang diperhatikan. Hal ini
terbukti dari penyelenggaraan kegiatan yang tidak begitu banyak perubahan dari
waktu ke waktu sehingga tidak nampak perubahan perilaku pada siswa yang
mendapat layanan konseling.
4 Pengawasan
Kegiatan pengawasan
terhadap layanan konseling di semua SD di wilayah
Dabin I Kecamatan Pakis telah dilakukan meskipun kurang intensif. Pengawasan
pelaksanaan layanan
konseling dan
kegiatan pendukung koseling di sekolah dasar dilakukan secara intern oleh Kepala
Sekolah dan ekstern oleh Pengawas TkSD. Di wilayah Dabin I Kecamatan Pakis,
pengawasan terhadap layanan konseling secara langsung jarang dilakukan. Kepala
Sekolah maupun Pengawas biasanya hanya membaca hasil laporan guru dalam buku
kegiatan bimbingan.
71
b. Pelaksanaan