31
mereka, dewasa dan anak-anak berjumlah 397 Jiwa. Mata pencaharian mereka ada yang pegawai negri, karyawan swasta, wiraswasta, pensiunan pegawai negri, petani,
buruh tani dan lain-lain. Berdasarkan data tersebut memberikan gambaran bahwa warga GKJW Ponorogo berada di antara penduduk Ponorogo yang berjumlah
855.281, yang mempunyai latar belakang pendidikan, kelas sosial yang beragam, dan mereka tinggal tersebar di desa, kelurahan dan kecamatan. di wilayah kabupaten
Ponorogo. Mereka tidak tinggal dalam suatu wilayah kecamatan tertentu, tetapi tinggal menyebar di wilayah kecamatan Pulung, Sawoo, Balong, Mlarak, Jetis,
Ngrayun, Kauman, Siman, Babadan, Jenangan, dan Kecamatan Ponorogo Kota. GKJW Jemaat Ponorogo juga mempunyai warga yang tinggal di luar kota,
seperti Surabaya, Malang, Jakarta, dan kota lainnya berjumlah 112 jiwa, 50 jiwa laki- laki, dan 62 perempuan, mereka ada yang bekerja, kuliah dan ada yang mempunyai
tempat tinggal tetap, tetapi ada juga yang hanya tinggal sementara atau kos, dan mereka masih tercatat sebagai warga jemaat Ponorogo, saat hari-hari libur, misalnya
libur Natal, Paskah, atau saat liburan sekolah, saat kontrak kerja mereka habis, mereka pulang ke Ponorogo.
Memperhatikan komposisi penganut agama yang berada di Ponorogo, maka warga GKJW Jemaat Ponorogo yang berjumlah 397 jiwa, berada di antara 2864
pemeluk agama Kristen, berarti13,86 nya, bila dibandingkan dengan penganut agama Islam yang berjumlah 839.127 jiwa, berarti 0,05 nya, dan bila dibandingkan
dengan pemeluk agama Katolik yang 2.268 jiwa prosentasenya warga GKJW adalah 17,5 nya.
2. Fenomena Kawin beda agama di GKJW Jemaat Ponorogo
Di GKJW Jemaat Ponorogo, ada 12 pasangan suami istri yang berbeda agama, keduabelas pasangan suami istri tersebut sebenarnya memulai kehidupan
rumahtangga dengan menikah dalam satu agama, delapan pasangan menikah di Kantor Urusan Agama KUA, secara Islam, dua pasangan menerima pemberkatan di
Gereja Katolik, dan dua pasangan menerima pemberkatan di GKJW. dari hasil wawancara dengan sekretaris GKJW Jemaat Ponorogo, menyampaikan bahwa kasus
tersebut terjadi di antara tahun 1982 – 1995, mereka hidup sebagai pasangan beda
agama, karena setelah beberapa tahun berumah tangga, mereka yang semula Kristen pindah kembali ke Kristen, dan yang semula Islam kembali masuk agama Islam,
32
tetapi mereka tetap tinggal sebagai pasangan suami istri.
9
Dengan demikian fenomena kawin beda agama yang terjadi di GKJW Ponorogo berawal dari proses pernikahan
duabelas pasangan yang masing-masing menganut agama yang berbeda tetapi sepakat menikah dan melegalkan pernikahannya pada satu agama, selanjutnya beberapa tahun
kemudian mereka yang semula beragama Kristen kembali ke Kristen, dan yang semula beragama Islam kembali ke Islam, sehingga pada fenomena kawin beda
agama tersebut ada proses pindah agama.
3. Kasus Pindah Agama warga GKJW Jemaat Ponorogo
Di GKJW Jemaat Ponorogo terdapat kasus pindah agama yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2008-2014, tercatat ada enam kasus warga jemaat yang pindah
agama ke Islam, dari enam orang tersebut tiga orang diantaranya inisial Mt, Yn, Dy,warga dewasa, sudah memiliki pekerjaan, dan orangtua mereka beragama
Kristen. Ketiga gadis tersebut menikah dengan pemuda yang beragama Islam, sehingga mereka pindah agama mengikuti agama suami. Tiga orang berikutnya yaitu
Pm, Is, dan Bng, mereka sudah duda dan janda, tinggal di lingkungan kerabatnya yang beragama Islam yang kuat, bahkan anak-anak mereka adalah muslim yang taat.
Tempat tinggal mereka berada di lingkungan orang-orang muslim yang kuat. Ada indikasi mereka pindah agama karena diajak anggota keluargauntuk masuk Islam, dan
mereka mengikutinya. Pada kasus lain ada enam orang Islam inisial L,R, E, F, At, Le, L dan R.
adalah ibu dan anaknya yang sudah dewasa, keduanya tinggal bertetangga dengan keluarga Kristen, yang berada di tengah-tengah masyarakat muslim. E dan F adalah
Nenek dan cucunya yang tinggal bersama di lingkungan perumahan yang mayoritas muslim, L,R, E dan F, menyatakan masuk agama Kristen karena kemauan mereka
sendiri. Sedangkan At adalah pemuda yang beragama Islam dari Jombang yang menikah dengan gadis Kristen warga GKJW Ponorogo, dan At menyatakan pindah
agama Kristen mengikuti istrinya, akibat pindah agama Kristen At dikucilkan orangtuanya, dan memutuskan tinggal bersama dengan istrinya di Ponorogo,
sedangkan Le adalah gadis Ponorogo, yang pernah bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita di Hongkong, menikah dengan pemuda Kristen, ia menyatakan pindah agama
9
Sumber : Sekretaris GKJW Jemaat Ponorogo, Ibu Sintawati, hasil wawancara pada tanggal 30 Nopember 2015, ia memberikan keterangan bahwa keduabelas pasangan yang beda agama tersebut terjadi karena suami
atau istri mereka melakukan pindah agama setelah beberapa tahun proses pernikahan mereka.
33
Kristen mengikuti suaminya. Di samping warga jemaat yang sudah diketahui dan telah tercatat pindah agama, diperkirakan ada beberapa warga yang pindah ke gereja
denominasi lain, yang pindahnya tanpa memberitahu anggota majelis jemaat. Demikian juga ada yang pindah agama dan tidak terpantau, karena mereka
meninggalkan Ponorogo pergi ke daerah lain tanpa pemberitahuan, tetapi ada jemaat menerima kabar dari mulut ke mulut bahwa mereka telah pindah agama.
4. Empat kasus pindah agama warga GKJW Jemaat Ponorogo