8
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari teknik, prosedur, maupun hasil. Penilaian karya seni rupa peserta didik tentunya tidak tepat kalau hanya
dilihat dari hasil karya saja, tetapi akan lebih lengkap dan baik bila dilengkapi dengan penilaian proses peserta didik pada waktu membuat karya tersebut. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan Zainul 2005: 4, yang menyatakan bahwa asesmen kinerja secara sederhana didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan,
penerapan, pengetahuan dan ketrampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses dan produk.
Dengan demikian sistem penilaian seni rupa di sekolah meliputi aspek apresiasi dan kreasi. Untuk aspek apresiasi menitik beratkan pada kognitif dan aspek
kreasi penitik beratkan pada psikomotor. Namun demikian kedua aspek tersebut secara seimbang menjabarkan pada ketiga domain kemampuan yaitu, kognitif afektif
dan psikomotor.
D. Penutup
Karya seni rupa tentunya tidak relevan diukur dengan alat tes saja yang hanya mengukur aspek kognitif, sedangkan penampilan peserta didik dalam aspek afektif
dan psikomotor sangat sulit datanya diukur melalui tes. Tingkah laku peserta didik di luar situasi tes lebih menunjukkan penampilan yang wajar dan non artificial dalam
mengaplikasikan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang banyak diantaranya tidak dapat terjaring oleh tes. Apalagi bila dikaitkan tujuan pendidikan
seni rupa adalah membina kemampuan peserta didik ber- self expression secara kreatif-estetik lewat penggunaan media seni rupa. Dengan demikian untuk menilai
karya seni lukis peserta didik diperlukan tidak hanya dari segi hasil saja tetapi juga proses pembuatan karya tersebut.
PUSTAKA Asmawi, Zainul. 2005. Alternative Assesment . Jakarta: Universitas Terbuka.
Assessment Performance 1983 APU: “ Aesthetic Development”, Crown. BSNP. 2006. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.
9
Gronlund, N. E. 1998. Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publishing Company.
Dibawah ini tdk ada hubungannya dengan yang diatas
CONTOH PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN ASPEK
PENILAIAN
Mata Pelajara : Seni Budaya Seni Rupa Kelas
: VII Semester : 1 Satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Aspek
Teknik Penilaian
Kreas i
Apresia si
1 2
3 4 5
6 7 8 9
1. Mengapresisi Karya Seni Rupa
1.1 Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan daerah setempat
1.2 Menampilakan sikap apresiatip
terhadap keunikan
gagasan, teknik karya seni rupa
terapan daerah setempat
Mengidentifikasi
karya seni rupa terapan daerah
setempat
Mendiskripsikan
jenis, bentuk, teknik
pembuatan, fungsi dan
makna karya seni rupa terapan
Mendiskripsikan
beragam fungsi, bentuk dan
makna pada keunikan karya
seni rupa terapan daerah setempat
Membuat
tanggapan tertulis tentang
keunikan karya seni rupa daerah
setempat √
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√
10
2.Mengekspresikan diri melalui
karya seni rupa 2.1 Menggambar
bentuk dengan obyek karya seni
rupa terapan tiga dimensi dari
daerah setempat
2.2 Merancang karya seni kriya dengan
memanfataakan teknik dan corak
daerah setempat
2.3 Membuat karya seni kriya dengan
memanfaatkan teknik dan corak
daerah setempat
Membuat sketsa gambar benda
silindris dan kubistis
Membuat
gambar kubistis dan silindris dari
karya seni rupa terapan daerah
setempat sesuai kaidah gambar
bentuk
Membuat disain
benda pakai dengan teknik
dan corak daerah setempat
Membuat disain
benda hias dengan teknik
dan corak daerah setempat
Membuat benda
pakai dengan memanfaatkan
teknik dan corak seni rupa daerah
setempat
Membuat benda
hias dengan memanfaatkan
teknik dan corak seni rupa daerah
setempat √
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√ √
√ √
√
√
√
KETERANGAN : 1. TES TULIS
2. PROSES 3. PRODAK
4. TUGAS INDIVIDU KELOMPOK 5. TES LISAN
6. KLIPING 7. JURNAL
8. PENILAIAN DIRI
11
9.
PENILAIAN ANTAR TEMAN
12
Merupakan salah satu tugas tersulit pendidik seni rupa adalah penilaian produk seni rupa. Seorang pendidik seni rupa sebelum melakukan penilaian produk
seni, tentunya harus menentukan terlebih dahulu atas dasar apa hal tersebut dapat dilakukan. Karena sebagian besar definisi seni yang telah ada mencakup seni sebagai
tujuan di dalam dirinya sendiri, maka seni pada akhirnya menjadi bernilai atau memiliki nilai intrinsik. Bila aktivitas seni dikendalikan dan menghasilkan produk
yang memiliki suatu kegunaan spesifik, maka ia menjadi bernilai secara instrumental atau memiliki nilai ekstrinsik. Hal ini mungkin dapat lebih
disederhanakan dengan mengatakan bahwa hal-hal yang bernilai secara instrinsik dinilai demi dirinya sendiri dan hal-hal yang bernilai ekstrinsik diapresiasi dan dinilai
karena kebermanfaatannya. Akan menarik dan menguntungkan bila menguji penerapan nilai-nilai ini atas seni dengan lebih dekat, yang dicontohkan dengan
analogi-analogi dari kehidupan sehari-hari. Disini akan ditemukan bahwa hal-hal keseharian tersebut memiliki kedua nilai, salah satu nilai, atau tidak memiliki nilai
sama sekali.
B. Penilaian Hasil Belajar