21
dalam memilih pendekatan, strategi, metode, dan media yang pakai. Depdikbud, 1997.
Pendapat lain yaitu dari Nana Syaodih Sukmadinata 1999 bahwa evaluasi merupakan moral judgement yang berkait dengan nilai. Hasil evaluasi berisi suatu
nilai yang akan digunakan pada tindakan selanjutnya. Evaluasi melibatkan dua tahapan yaitu tahap pengumpulan informasi dan data, dan tahap kedua adalah tahap
pengambilan keputusan. Karena program pendidikan melibatkan banyak pihak, maka setiap pihak akan dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penilaian yang ada
sesuai dengan posisinya. Murid mengambil posisinya sebagai murid, guru mengambil posisinya sebagai guru. Besar kecilnya pengambilan keputusan juga
tidak dapat lepas dengan lingkup tanggung jawab yang diambilnya.
2. Tes Prestasi hasil Belajar
Untuk memperoleh data dan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dilakukan pengukuran. Dilihat dari jenisnya pengukuran ada yang
melalui tes dan ada pula yang melalui nontes. Pengukuran melalui tes dibedakan menjadi tes verbal, termasuk di dalamnya adalah tes lesan dan tes tertulis, dan tes
nonverbal atau tes perbuatan. Tes verbal dipakai untuk mengukur aspek kognitif dan aspek afektif dalam pengertian sikap.
Untuk tes tertulis dikenal ada 3 jenis, yaitu a obyektif sederhana berupa jawaban singkat, benar-salah, dan menjodohkan, b obyektif pilihan ganda dengan
alternatif lebih dari 2 pilihan jawaban, dan c essai atau uraian Gronlund, 1977; Gronlund, 1981. Untuk mengukur sikap dikenal ada berbagai bentuk alat pengukur
skala sikap seperti skala Likert, skala Thurstone, dan skala perbedaan semantik Masri. Singarimbun dan Sofian Effendi, 1982; Eiss dan harbeck, 1969. Untuk
mengukur kemampuan psikomotor melalui tes perbuatan dilakukan dengan a paper-and-pencil test, b uji identifikasi identification test, c simulasi, dan d
contoh kerja work sample Lunneta dkk, 1981. Kemampuan menguasai prosedur menurut Simpson Lunneta dkk, 1981
dimasukkan ke dalam salah satu aspek psikomotor. Oleh karena itu untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap suatu prosedur dapat dilakukan
melalui tes verbal.
22
Tes tertulis bentuk obyektif memiliki kelebihan dari segi kemampuan memenuhi keterwakilan bahan yang diujikan, netralitas pada saat dilakukan koreksi,
juga lebih cepat dan lebih mudah dalam pemberian skornya, serta lebih mudah untuk memenuhi kesahihan dan kehandalannya. Namun demikian tes obyektif tidak dapat
dipakai untuk jenjang sintesis ataupun evaluasi yang sifatnya kompleks Sementara bentuk uraian kelebihan mampu dipakai untuk mengukur jenjang sintesis dan
evaluasi kompleks tetapi dari tidak mampu memenuhi keterwakilan bahan yang diujikan dan netralitas pada saat dilakukan koreksi, juga lebih lambat dan lebih
sukar dalam pemberian skornya, serta lebih sukar dipenuhi kesahihan dan kehandalannya Gronlund dan Linn, 1990.
3. Sistem Evaluasi dalam Penyelenggaraan Pendidikan Dasar dan Menengah