22
2.1.1.8 Cara Terjadinya Perkawinan Menurut Hukum Adat
Menurut Ter Haar 1953 : 159-164 hukum adat cara terjadinya perkawinan pada umumnya di Indonesia adalah sebagai berikut :
1 Perkawinan Pinang Meminang, Melamar
Perkawinan pinang dimaksud bahwa pihak ke satu laki – laki
mengajak pihak lain perempuan untuk menjalin ikatan perkawinan. Peminangan ini dilakukan oleh seorang utusan atau seorang wakil,
biasanya di ungkapkan dengan bahasa yang indah dan berkias. Utusan yang meminang biasanya seorang kerabat atau orang tuanya dengan
persetujuan kelompok kerabat dan orang tua. 2
Perkawinan Lari bersama dan Bawa Lari Perkawinan lari bersama adalah perkawinan yang lari bersama
dengan tiada peminangan atau pertunangan secara formal, Atau kedua mempelai laki
– laki dan perempuan lari bersamaan tanpa melalui peminangan. Maksud dari pada perkawinan lari bersama atau sama-sama
melarikan diri adalah untuk menghindarkan diri dari berbagai keharusan sebagai akibat dari perkawinan pinang, dari pihak orang tua dan saudara-
saudara atau keluarga. Perkawinan bawa lari adalah kadang-kadang lari dengan seorang
perempuan yang sudah ditunangkan atau dikawinkan dengan orang lain, terkadang membawa lari perempuan dengan paksaan.
3 Perkawinan Mengabdi
23 Perkawinan jenis ini mengandung maksud bahwa suatu perkawinan yang
pembayarannya di tunda, atau suatu perkawinan dimana suami dan istri sudah mulai hidup berkumpul tetapi pembayaran mas kawinnya belum
lunas maka si suami bekerja mengabdi kepada kerabat mertuanya sampai mas kawinnya terbayar lunas
4 Perkawinan Bertukar
Perkawinan bertukar adalah perkawinan yang dilakukan pada akhirnya , bila seorang lelaki dari sesama clan meneruskan perkawinan saudara
laki-laki yang telah mati. Dan seorang perempuan mengganti perkawinan saudara perempuannya yang telah mati, semuanya tanpa pembayaran
jujur. Sedangkan di dalam kehidupan masyarakat cara terjadi perkawinan
yang dikemukakan oleh Hilman Hadikusuma 2003 : 183-190 yaitu sebagai berikut :
1 Perkawinan Jujur
Perkawinan jujur atau jelasnya perkawinan dengan pemberian pembayaran uang atau barang jujur, dilakukan oleh pihak kerabat
marga, suku calon suami kepada mempelai calon isteri. Sebagai tanda pengganti pelepasan mempelai wanita keluar dari kewargaan adat
persekutuan hukum bapaknya, pindah dan masuk ke dalam persekutuan hukum suaminya.
2 Perkawinan Semanda
24 Perkawinan semanda ini dalam rangka mempertahankan garis keturunan
pihak ibu wanita, merupakan kebalikan dari bentuk perkawinan jujur. Dalam peerkawinan semanda, calon mempelai pria dan kerabatnya tidak
melakukan pemberian uang jujur kepada pihak wanita, malahan sebagaimana berlaku adat pelamaran dari pihak wanita kepada pihak
pria. 3
Perkawinan Bebas Mandiri Perkawinan bebas atau perkawinan mandiri pada umumnya, dimana
kaum keluarga atau kerabat tidak banyak lagi campur tangan dalam keluarga atau rumah tangga. Kedudukan dan hak suami isteri seimbang
sama, suami sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan isteri sebagai ibu keluarga atau rumah tangga.
4 Perkawinan Campuran
Perkawinan campuran dalam arti hukum adat adalah perkawinan yang terjadi di antara suami dan isteri yang berbeda suku bangsa, adat budaya,
dan atau berbeda agama yang dianut. 5
Perkawinan Lari Sistem perkawinan lari dapat di bedakan antara perkawinan lari
bersamaan dan perkawinan lari paksaan. Perkawinan lari bersamaan adalah perbuatan belarian untuk
melaksanakan perkawinan atas persetujuan si gadis wanita, cara melakukan belarian tersebut ialah bujang gadis sepakat melakukan kawin
lari dan pada waktu yang sudah di tentukan melakukan lari bersama.
25 Perkawinan lari paksaan adalah perbuatan melarikan gadis dengan akal
tipu, atau dengan paksaan atau kekerasan, tidak atas persetujuan si gadis dan tidak menurut tata-tertib adat belarian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cara terjadinya perkawinan menurut hukum adat pada umumnya di Indonesia ada berbagai
macam atau cara untuk melakukan suatu perkawinan atau dalam mencapai suatu perkawinan adalah melalui perkawinan pinang, perkawinan jujur,
perkawinan lari, perkawinan bebas dan lain-lain sebagainya.
2.1.2 Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun