Konstruksi Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh Perusahaan Di Media Cetak (Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di Harian Sinar Indonesia Bar

(1)

KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN

KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA

CETAK

(Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di

Harian Sinar Indonesia Baru) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu

Komunikasi Diajukan Oleh: Debora Blandina Sinambela

100904126

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU S OSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : DEBORA BLANDINA SINAMBELA NIM : 100904126

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN

LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di Harian Sinar Indonesia Baru)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (_______________ )

Penguji : ( _______________ )

Penguji Utama : ( _______________ )

Ditetapkan di : Medan


(3)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : DEBORA BLANDINA SINAMBELA NIM : 100904126

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti non Eksklusif (Non Exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di Harian Sinar Indonesia Baru) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).

Dengan Hak Bebas Royalti non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 06 Agustus 2014 Yang menyatakan


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.

Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : DEBORA BLANDINA SINAMBELA NIM : 100904126

Tanda Tangan : Tanggal :


(5)

KATA PENGANTAR

Perasaan campur aduk penulis rasakan ketika skripsi ini akhirnya selesai. Ada rasa lega, senang dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagaimanapun penulis mampu menyelesaikan skripsi ini bukan karena kekuatan penulis sendiri, namun berkat kuasa Tuhan yang memberi kekuatan dan semangat.

Tidak pernah penulis bayangkan akan diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kurang lebih empat tahun dibimbing di fakultas ini, penulis mendapat banyak pelajaran penting dalan kehidupan sosial dan politik. Mengalami ritme kehidupan kampus dengan mahasiswa yang berbeda jurusan dan latar belakang, sangat menambah wawasan penulis. Proses demokrasi sangat terasa, kehidupan organisasi terlihat nyata, meski pergesekan juga sering muncul antar mahasiwa namun itu adalah proses menuju kedewasaan dalam kehidupan sosial dan politik yang masih bisa diterima oleh logika. Untuk itu penulis ingin mengucapkan trimakasih kepada Bapak Prof. DR Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP.

Jika menjadi mahasiswa FISIP tidak ada dibayangan penulis, apalagi menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi. Pertemuan dengan jurusan ini penulis rasakan seperti bertemu dengan jodoh, menemukan belahan jiwa penulis. Penulis tidak bisa memungkiri bahwa proses yang terjadi selama empat tahun ini sangat banyak membuat penulis paham tentang Ilmu Komunikasi. Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Dra. Fatmawardy Lubis selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi. Rasa hormat juga saya hanturkan karena dedikasi tinggi yang ibu berikan untuk menjadikan departmen kita lebih baik, membuat penulis bangga menjadi lulusan departemen ini.

Tentu yang paling banyak membentuk penulis adalah dosen-dosen di Departemen Ilmu Komunikasi. Ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal penulis menuju impian penulis. Terimakasih kepada seluruh pengajar dan staf Departemen Ilmu Komunikasi yang banyak sekali membantu. Terkhusus kepada Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi selaku dosen pembimbing yang memberi arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Beruntung


(6)

bisa dibimbing dan mengenal bapak karena banyak pelajaran berharga yang didapatkan, apalagi ketika dalam kelas yang bapak asuh.

Terimakasih kepada Ibunda Jenni Tampubolon yang selalu setia mendoakan dan mendukung penulis sepenuhnya. Seperti apa penulis sekarang ini adalah bentukan Ibunda dengan kegigihan dan kesabaran. Tentu tidak mudah bagi Ibunda berjuang sendiri untuk memberikan kehidupan dan pendidikan bagi penulis. Skripsi ini penulis persembahkan bagi ibunda. Dan terimakasih juga kepada saudara penulis satu-satunya, abangda Daniel Bratanala Sinambela. Kehadiran abangda adalah motivasi bagi penulis untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga.

Penulis memiliki keluarga kedua, kampus kedua dan rumah kedua, yakni Pers Mahasiswa Suara USU. Tanpa organisasi ini, penulis bukanlah apa-apa. Jika penulis mendapat teori dikampus, maka disinilah penulis mempraktikannya. Tempat ini menjadi laboratorium hidup yang membentuk kemampuan, karakter dan pola pikir penulis.

Terkhusus kepada Wan Ulfa Nurzuhra, Shahnaz Asnawi Yusuf, Ridha Annisa Sebayang, Andika Bakti, Febrian Fachri, Yassir Elhadidy Siregar, Bania Cahya Dewi, Januar Mochammad, Muslim Ramli, Moyang Kasih Dewi Merdeka. Kalian adalah abang dan kakak, meski tak sedarah, rasa sayang dan tulus kalian dalam membimbing penulis tidak akan terlupakan.

Selanjutnya rekan penulis, Ipak Ayu Hidayatullah Nurcaya. Kita dipertemukan di jurusan, organisasi bahkan dosen pembimbing yang sama. Kita juga pernah bersaing untuk merebut posisi yang sama. Anda adalah partner setia yang memberi warna dalam hidup penulis. Meski kita banyak berbeda, namun bukan menjadi alasan untuk tak seirama. Terimakasih atas dukungan dan bantuan selama ini yang telah diberikan.

Rasa terimakasih juga kepada rekan-rekan seangkatan penulis yang hampir tiga tahun kita habiskan hari-hari bersama. Kita terbiasa bersama dalam tekanan organisasi, tuntutan kuliah dan keluarga. Kita terbiasa menghabiskan hari dengan rapat hingga rutinitas yang padat. Kita juga sudah terbiasa dengan saling kritik


(7)

hingga menggelitik. Kepada Hadissa Primanda, Pebri Hardiansyah Pohan, Sri Handayani Tampubolon, Izzah Dienillah Saragih dan Baina Dwi Bestari, kehadiran kalian sangat berarti dalam hidup penulis.

Selanjutnya kepada penghuni Harmonika 64 yang selalu penuh canda tawa. Terimaksih kepada Sepno Semsa Sitorus, Dolse Sihombing, Bunga Simarmata, Novi L Simarmata dan Phila Delphia Bangun. Kalian selalu berusaha menyemangati penulis untuk begadang, atau membangunkan penulis ketika tertidur demi menyelesaikan skripsi ini. Kalian salah satu alasan bagi penulis untuk tetap tertawa meski banyak tekanan dalam kuliah dan pekerjaan.

Kepada kelompok tumbuh bersama penulis, kak Evanalia Panjaitan dan Yuanita Eviani. Kalian adalah rekan yang setia dalam susah dan senang. Lebih dari itu, pelajaran kita bersama dalam kelompok mengajarkan penulis untuk selalu mengutamakan Kristus dalam hidup.

Masih banyak rekan-rekan lain yang tak bisa penulis tuliskan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada Mas Buntomi Janto dan seluruh rekan kerja di Yayasan Kippas. Kepada rekan-rekan jurnalis di KPU Sumut, terimakasih atas pelajaran dan canda tawa yang mewarnai hari-hari penulis selagi menyelesaikan skripsi ini.

Selain sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi sarjana di Departemen Ilmu Komunikasi, skripsi ini juga diharapkan memberi sumbangsih bagi peneliti dan yang berminat dalam bidang jurnalistik. Penulis juga sadar mungkin masih ada kekurangan dalam skripsi ini disebabkan oleh keterbatasan penulis. Untuk itu kritik serta saran penulis butuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini.

Medan, 05 Agustus 2014


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di Harian Sinar Indonesia Baru).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kelompok, klaim budaya serta kegiatan media yang digunakan harian Sinar Indonesia Baru dalam mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara.

Subjek penelitian ini adalah kumpulan berita yang diterbitkan harian SIB terkait aktivitas pengerusakaan danau sejak tahun 2012-2013. Selanjutnya berita dianalisis menggunakan pisau analisis Gamson dan Mondigliani. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.

Dari hasil penelitian maka ditemukan bahwa Harian SIB memaknai, memahami dan membingkai tiga perusahaan ini sebagai penyebab rusaknya ekosistem danau. Keberadaan keramba ikan jaring apung milik PT Aqua Farm diidentikkan dengan pencemaran danau. PT Allegrindo Nusantara dinilai sebagai perusahaan yang tidak menangani limbah dengan baik sehingga limbah berbahaya mengalir ke danau. Sementara PT Gorga Duma Sari merusak ekosistem danau dengan menebang hutan Tele yang berdampak pada kehidupan masyarakat disekitar hutan.

Kata kunci : Analisis Framing, Gamson dan Mondigliani, PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara, PT Gorga Duma Sari, Sinar Indonesia Baru.


(9)

ABSTRACT

This research entitled KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK ( Frame Analysis the destroyed news of Toba Lake enviroment by PT Gorga Duma Sari, PT Allegrindo Nusantara dan PT Aqua Farm in Sinar Indonesia Baru newspaper).

This research aim to know how the group, cultural claim, also media activities that Sinar Indonesia Baru Newspaper use to construct destroyed Toba Lake enviroment news by PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm, and PT Allegrindo Nusantara.

Subject of this research are collections of published news SIB newspaper related to destroyed activities since 2012 until 2013. Then news analysis will be done using Gamson and Mondigliani as analysis knife. Gamson see the media discourse (especially news) arrange of some package where the phenomenon construct. There are two structures in this package, namely core frame and considencing symbol. First structure is the main idea of elements organization, who help communicator show the substantial issue. The second structure contain two structure, namely framing devices and reasoning devices.

Based on the result of this research, SIB newspaper explain, understand, construct this third company who caused of lake ecosystem destroy. Fish cultivation on net by PT Aqua farm identification as pollution. PT Allegrindo Nusantara judge as company who can’t control their waste so the dangerous waste flow trough to the lake. PT Gorga Duma Sari destroyed ecosystem lake by cutting down Tele forest who effected to people life around the forest.

Keywords: Framing Analysis, Gamson and Mondigliani, PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara, PT Gorga Duma Sari, Sinar Indonesia Baru.


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…. ... i

ABSTRAK… ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus masalah ... 6

1.3 Pembatasan msalah... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA II. 1 Media Massa Sebagai Arena Sosial ... 9

II. 2 Konstruksi Realitas Sosial Media Massa ... 11

II. 3 Surat Kabar dan Berita ... 17

II. 4 Analsisi Framing ... 22

BAB III METODOLSOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 26

III.2 Objek Penelitian ... 27

III.3 Subjek Penelitian ... 28

III.3.1 Deskripsi Singkat Harian SIB... 28

III.3.2 Struktur Organisasi Harian SIB ... .. 29

III.4 Kerangka Analisis ... 30

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... ... ... 31

III.5.1 Studi Kepustakaan... 31

III.5.2 Studi Dokumen... 31

III.6 Teknik Analisis Data... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian ... ... 34

IV.2 Pembahasan ... 100

IV.2.1 Framing PT Aqua Farm ... 100

IV.2.2 Framing PT Allegrindo ... 103

IV.2.3 Framing PT Gorga Duma Sari... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan ... ... ... ... 109


(11)

V.2 Saran ... 110 DAFTAR REFERENSI ... 111 LAMPIRAN…. ...


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Subjek Penelitian Harian SIB... 35

2 Kodifikasi Teks I…... 41

3 Kodifikasi Teks II………. 46

4 Kodifikasi Teks III……… 51

5 Kodifikasi Teks IV……….... 58

6 Kodifikasi Teks V……….. .... 64

7 Kodifikasi Teks VI... 70

8 Kodifikasi Teks VII... 74

9 Kodifikasi Teks VIII... 78

10 Kodifikasi Teks IX... 82

11 Kodifikasi Teks X... 86

12 Kodifikasi Teks XI... 90

13 Kodifikasi Teks XII... 94


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Proses Kontruksi Sosial Media Massa... 17 2 Analisi Framing Model Gamson dan Mondigliani... 30


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita Pengerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba Oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di Harian Sinar Indonesia Baru).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kelompok, klaim budaya serta kegiatan media yang digunakan harian Sinar Indonesia Baru dalam mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara.

Subjek penelitian ini adalah kumpulan berita yang diterbitkan harian SIB terkait aktivitas pengerusakaan danau sejak tahun 2012-2013. Selanjutnya berita dianalisis menggunakan pisau analisis Gamson dan Mondigliani. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.

Dari hasil penelitian maka ditemukan bahwa Harian SIB memaknai, memahami dan membingkai tiga perusahaan ini sebagai penyebab rusaknya ekosistem danau. Keberadaan keramba ikan jaring apung milik PT Aqua Farm diidentikkan dengan pencemaran danau. PT Allegrindo Nusantara dinilai sebagai perusahaan yang tidak menangani limbah dengan baik sehingga limbah berbahaya mengalir ke danau. Sementara PT Gorga Duma Sari merusak ekosistem danau dengan menebang hutan Tele yang berdampak pada kehidupan masyarakat disekitar hutan.

Kata kunci : Analisis Framing, Gamson dan Mondigliani, PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara, PT Gorga Duma Sari, Sinar Indonesia Baru.


(15)

ABSTRACT

This research entitled KONSTRUKSI BERITA PENGERUSAKAN LINGKUNGAN KAWASAN DANAU TOBA OLEH PERUSAHAAN DI MEDIA CETAK ( Frame Analysis the destroyed news of Toba Lake enviroment by PT Gorga Duma Sari, PT Allegrindo Nusantara dan PT Aqua Farm in Sinar Indonesia Baru newspaper).

This research aim to know how the group, cultural claim, also media activities that Sinar Indonesia Baru Newspaper use to construct destroyed Toba Lake enviroment news by PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm, and PT Allegrindo Nusantara.

Subject of this research are collections of published news SIB newspaper related to destroyed activities since 2012 until 2013. Then news analysis will be done using Gamson and Mondigliani as analysis knife. Gamson see the media discourse (especially news) arrange of some package where the phenomenon construct. There are two structures in this package, namely core frame and considencing symbol. First structure is the main idea of elements organization, who help communicator show the substantial issue. The second structure contain two structure, namely framing devices and reasoning devices.

Based on the result of this research, SIB newspaper explain, understand, construct this third company who caused of lake ecosystem destroy. Fish cultivation on net by PT Aqua farm identification as pollution. PT Allegrindo Nusantara judge as company who can’t control their waste so the dangerous waste flow trough to the lake. PT Gorga Duma Sari destroyed ecosystem lake by cutting down Tele forest who effected to people life around the forest.

Keywords: Framing Analysis, Gamson and Mondigliani, PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara, PT Gorga Duma Sari, Sinar Indonesia Baru.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah

Kawasan Danau Toba mencakup daerah tangkapan air dan perairan. Luas perairannya yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal 529 meter. Total luas daerah tangkapan air lebih kurang 4.311.58 Km2. Danau yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan danau vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia

tenggara Kawasan Danau Toba memiliki

potensi yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan kawasan Danau Toba diantaranya adalah sebagai cadangan air minum, objek wisata, pembangkit listrik tenaga air, transportasi, serta budidaya pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan .

Beragam pemanfaatan dan kegiatan yang terjadi di kawasan Danau Toba ternyata berpengaruh terhadap kelestariannya. Permasalahan utama yang dihadapi ekosistem Danau Toba kini adalah penurunan kualitas air sebagai akibat dari pembuangan limbah ke dalam danau yang menimbulkan pencemaran seperti limbah perikanan, perhotelan, pertanian, peternakan dan minyak yang berasal dari transportasi air. Selain itu pengerusakan hutan sekitar danau berupa penebangan pohon menyebabkan fluktuasi air yang mengalir ke danau meningkat yang mengakibatkan erosi dan peningkatan sendimentasi.

Dampak dari sejumlah pemanfaaatan ini adalah kondisi Danau Toba yang kian kritis. Hal ini ditandai dengan pesatnya pertumbuhan eceng gondok di sekeliling danau. Pertumbuhan eceng gondok dipicu oleh kandungan fosfor yang tinggi dalam air. Bahkan kadar total fosfor pada tahun 2012 mencapai 0,11 milligram/liter. Padahal sesuai aturan kesehatan kadar fosfor tidak boleh melebihi 0,01 milligram perliter ( Kompas, 12 November 2013).

Selain itu kerusakan vegetasi hutan di wilayah daerah tangkapan air selama bertahun-tahun kini mengancam kelestarian Danau Toba. Badan Lingkungan Hidup Sumut memperkirakan, hingga tahun 2010, sisa vegetasi hutan tinggal 12


(17)

persen dari total sekitar 356.800 ha areal hutan di kawasan Danau Toba. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan lingkungan. Salah satu di antaranya menyebabkan pasokan air terganggu. Hutan tak lagi bisa menyerap maupun menyimpan air sehingga ratusan sungai di kawasan itu sering kali banjir jika hujan dan sawah kekeringan jika kemarau, padahal sebelumnya tak pernah terjadi.

Karena pengerusakan kawasan danau yang terjadi terus menerus, hal ini mengundang aksi dari para pejuang lingkungan Sumatera Utara. Mereka mengembalikan berbagai penghargaan lingkungan yang mereka terima pada 3 september 2013 lalu. Mereka adalah Marandus Sirait (peraih Kalpataru 2005), Hasoloan Manik (peraih Kalpataru 2010) dan Wilmar Eliaser Simanjorang (peraih Danau Toba Award). Adapun alasan pengembalian karena kerusakan yang terus terjadi dan ketidakpedulian pemerintah terhadap kasus ini.

Pemerintah kemudian menanggapi tindakan ini dengan melakukan rapat bersama komisi VII DPR RI, Kementrian Lingkungan Hidup dan sejumlah aktivis lingkungan Danau Toba pada 2 Oktober 2013 lalu di Jakarta. Rapat yang berlangsung dari pukul 14.00-19.00 WIB ini diketuai oleh Soetan Batoegana sebagai Ketua Umum Komisi VII DPR RI. Ada tiga hal yang menjadi agenda acara dalam sidang tersebut, yaitu pelaksanaan fungsi pengawasan dalam pengerusakan lingkungan akibat penebangan pohon di hutan alam Tele Kabupaten Toba Samosir, pencemaran air danau oleh PT Aqua Farm Nusantara, dan permasalahan pelestarian lingkungan lain

Dari sidang yang bersifat terbuka tersebut maka diperoleh empat kesimpulan sebagai berikut:

1. Komisi VII DPR RI dan Kementrian Lingkungan Hidup RI menyetujui perlunya pelaksanaan hukum lingkungan terhadap PT. Gorga Duma Sari (PT. GDS), PT Aqua Farm dan PT. Allegrindo Nusantara dengan memperhatikan kondisi kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba.


(18)

2. Komisi VII DPR RI dan Kementrian Hidup RI, mendesak pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, kabupaten Dairi untuk menghentikan sementara kegiatan operasi PT Gorga Duma Sari (PT. GDS), PT Aqua Farm dan PT Allegrindo.

3. Komisi VII DPR RI meminta kepada Kementrian Lingkungan Hidup RI untuk segera melakukan audit lingkungan kepada PT Gorga Dumasari (PT GDS), PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara di kawasan Danau Toba secara menyeluruh.

4. Komisi VII DPR RI meminta kepada kementrian lingkungan Hidup RI untuk membuat gerakan nasional penyelamatan Danau Toba.

Dari kesimpulan tersebut terlihat tiga perusahaan tersangka utama yang disebut sebagai penyebab pengerusakan lingkungan dan pencemaran danau yaitu PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara.

Di awal 2012, Pemkab Samosir memberi izin prinsip penanaman Modal kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) untuk usaha perkebunan dan peternakan. PT GDS ini milik Jhoni Sihotang, salah satu unsur pimpinan DPRD Kabupaten Samosir. Kemudian pada 12 Mei 2012, Bupati Samosir memberikan izin lokasi seluas 800 Ha di kawasan hutan Tele. Berdasarkan izin lokasi inilah Dinas Kehutanan Kabupaten Samosir atas rekomendasi Dinas Kehutanan Provinsi mengeluarkan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) pada 16 Januari 2013 lalu, yang menjadi dasar bagi PT Gorga Duma Sari membabat hutan alam Tele secara terus

menerus (.

Sementara fungsi hutan Alam Tele sangat vital karena merupakan hulu sungai yang mengalir ke daerah Sianjur Mula-Mula. Sianjur Mula-Mula, yang dipercaya sebagai asal muasal orang Batak, merupakan salah satu daerah penghasil beras di Samosir. Sungai-sungai inilah yang menjadi sumber irigasi persawahan mereka.

Aktivitas penebangan pohon yang dilakukan PT Gorga Duma Sari mendapat kritikan, sorotan dan perlawananan dari berbagai pihak. Karena aktivitas


(19)

perusahaan ini bermasalah dilihat dari segi status hutan dan kepemilikan tanah, aspek lingkungan dan aspek ekonomi dan status hukum. Perusahaan yang dalam izin prinsip dan izin lokasinya adalah untuk usaha perkebunan, pertanian dan peternakan tersebut beroperasi tanpa ada hak guna usaha (HGU). Melakukan penebangan dan pengakutan kayu dari lokasi tersebut hanya berdasarkan Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IPK), padahal catatan penting dalam izin-izin sebelumnya adalah perusahaan ini secara prinsip diizinkan beroperasi untuk usaha perkebunan, pertanian dan peternakan.

Sementara itu PT Aqua Farm berstatus perusahaan milik asing (PMA). Perusahaan ini dimiliki oleh Swiss yang telah beroperasi sejak tahun 1992 di Klaten, Jawa Tengah. Pada 1998, Aquafarm melebarkan sayap usahanya ke Sumatera Utara, dengan memilih Danau Toba sebagai pusat kegiatan pembesaran ikan yang dilakukan di lima lokasi terpisah di tiga kabupaten (Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Toba Samosir). Total luas danau yang dipakai untuk menampung kurang lebih 484 petak keramba jaring apung (KJA) adalah 9 ha. Kegiatan pembenihan ikan, pengolahan, dan pabrik pakan dilakukan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

(.

Produk akhir yang dihasilkan oleh Aquafarm berupa ikan nila yang dibekukan dalam bentuk fillet. Produk tersebut dikemas dengan diberi merek ‘Regal Spring Tilapia’ untuk kemudian diekspor melalui pelabuhan Belawan ke Eropa dan Amerika Serikat. Produksi fillet ikan nila PT Aquafarm Nusantara terus meningkat. Tercatat hingga Oktober 2013, produksi fillet ikan nila mencapai 32.000 ton. Dengan Asumsi perharinya menghasilkan 80 ton ikan kualitas ekspor.

Berdasarkan hasil penelitian Pohan Panjaitanberjudul “Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring Apung PT Aqua Farm Nusantara di Ekosistem Danau Toba” tahun 2009 menemukan bahwa Aquafarm memasukkan pakan sebesar 200 ton setiap hari tanpa ada Upaya Pengelolaaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Akibatnya terjadi sendimentasi akibat sisa pakan di dasar danau. Sisa pakan dan feses ikan KJA PT. Aquafarm


(20)

Nusantara yang mengandung bahan organik sangat berpengaruh pada kecerahan dan kekeruhan, selanjutnya berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme perairan.

Sementara itu kajian Badan Lingkungan Hidup Sumatera yang menyatakan PT Aqua Farm menghasilkan limbah lebih besar dibanding total keseluruhan KJA milik masyarakat. Adapun limbah yang dihasilkan yakni 1910,6 ton/tahun untuk nitrogen dan 672 ton/tahun untuk fosfor. Namun kajian ini belum sampai pada dampak dari limbah terhadap ekosisten danau.

Terakhir PT Allegrindo Nusantara bergerak dibidang peternakan babi di Desa Urung Pane, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan informasi masyarakat yang diperoleh LSM Forhidos, PT Allegrindo Nusantara diduga kuat membuang kotoran ternak babi dalam bentuk limbah cair 1200 ton setiap hari. Kotoran tersebut berasal dari 40.000 lebih ekor ternak, kemudian dengan tenaga dua unit sumur bor limbah dibuang ke Danau Toba, Desa Salbe melalui Sungai Silali ke Danau Toba. Tindakan ini mengakibatkan air sungai ikut tercemar dan berdampak pada rusaknya ekosistem Danau Toba (Laporan

Pengaduan Pencemaran Lingkungan Hidup, N0 : 001/FORHIDOS/SK/2210/2013).

Melihat berbagai fakta yang berusaha diungkapkan oleh berbagai pihak baik peneliti, aktivis dan LSM, maka kasus pencemaran Danau Toba ini cukup mendapat perhatian masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang berada di Sumatera Utara karena Danau Toba merupakan salah satu kekayaan dan potensi besar yang dimiliki Sumatera Utara.

Kondisi ini juga barang tentu menjadi bahan bagi media sebagai sumber berita. Informasi yang kita peroleh selama ini mengenai pengerusakan kawasan Danau Toba cenderung dari media massa. Media tidak kalah berperan dalam menciptakan kondisi ini. Terlebih bagi media cetak, berita mengenai pencemaran ini sudah sering diberitakan. Berbagai sikappun cenderung muncul dari media, ada yang memberi penekanan dan ada pula yang menanggapi biasa.

Salah satunya adalah Harian Sinar Indonesia Baru yang cukup gencar memberitakan kasus pencemaran dan pengerusakan kawasan lingkungan Danau


(21)

Toba. Terlebih dalam pemberitaan hasil rapat komisi VII DPR RI, SIB memberitakannya secara berulang selama hampir satu minggu yaitu dari 3 Oktober 2013 - 8 Oktober 2013. Melihat sudah sejak lama masalah pengerusakan kawasan Danau Toba bergulir dalam masyarakat tentu bukan kali ini saja SIB memberitakannya. Di tahun 2012 SIB juga konsisten dalam megawal kasus ini.

Perlu kita pahami bahwa media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Seperti yang dikatakan Bennet dalam Eryanto (2001:36), media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefenisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.

Bagi kaum konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas.

Uraian konteks masalah diatas menarik peneliti untuk meneliti teks atau isi berita, untuk melihat konstruksi dalam pemberitaan pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara. Untuk melihat konstruksi dari pemberitaan digunakan penelitian analisis framing dengan model yang dikembangkan Gamson dan Mondigliani. Adapun surat kabar yang akan diteliti adalah surat kabar Harian Sinar Indonesia Baru. Harian Sinar Indonesia Baru atau sering disingkat dengan SIB adalah surat kabar yang terbit sejak 9 Mei 1970. Harian ini didirikan oleh GM Panggabean. Harian SIB Terletak dijalan Brigjen Katamso no 66 AB Medan. Sejak awal berdiri, harian ini memang fokus mengupas informasi di Medan khususnya Tapanuli.

I.2 Fokus Masalah

Permasalahan penelitian yang dapat disimpulkan dari uraian latar belakang masalah adalah sebagai berikut:


(22)

Bagaimana Harian SIB mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara?

I.3 Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang menyebabkan kaburnya penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, bertujuan untuk melihat bagaimana harian SIB mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara

2. Penelitian dilakukan pada berita SIB yang dipublikasikan sejak tahun 2012-2013.

3. Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan menggunakan model analisis Gamson dan Modigliani.

I.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui bagaimana kelompok, klaim budaya serta kegiatan media yang digunakan harian SIB dalam mengkonstruksi berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara

2.Untuk melihat posisi harian SIB dalam menampilkan berita pengerusakan lingkungan kawasan Danau Toba oleh tiga perusahaan tersebut.


(23)

I.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.Secara toritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang analisis framing.

2.Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya pengetahuan mengenai analisis framing dan penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi.

3.Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan refensi bersama dalam memahami analisis framing dan masukan bagi masyarakat dalam memaknai sebuah berita.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nanawi, 2001:39).

Berikut beberapa teori yang relevan dengan penelitian ini: II.1 Media Massa Sebagai Arena Sosial

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh William Gamson dan Andre Modigliani, menyatakan bahwa proses sosial dalam rangka mengkonstruksi suatu realitas berlangsung dalam suatu “arena sosial”. Media massa dianggap sebagai wadah pertarungan dari berbagai kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. kepentingan-kepentingan ini berusaha menampilkan defenisi situasi atau realitas versi mereka yang paling sahih (Hidayat 1999:48).

Dan di dalam penelitiannya tersebut, Gamson menyimpulan bahwa ada tiga frame yang mampu mempengaruhi gerakan sosial yakni: pertama, aggregate frame, yaitu merupakan proses pendefenisian isu mengenai masalah sosial. Bagaimana individu yang mendengar fraame peristiwa tersebut sadar bahwa isu yang sedang berkembang tersebut adalah yang berpengaruh bagi setiap individu. Kedua, Consensus Frame, yaitu proses pendefenisian yang berkaitan dengan masalah sosial yang hanya bisa diselesaikan secara kolektif. Dan ketiga, Collective Action F, yaitu proses pendefenisian yang berkaitan dengan alasan mengapa dibutuhkan tindakan kolektif serta tindakan kolektif apa yang seharusnya dilakukan. Dan selanjutnya hasil studi tersebut menjadi teori yang memandang bahwa media massa merupakan suatu arena dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam masyarakat (Eriyanto, 2002 :221-222).

Dalam memproduksi sebuah isu ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sehingga menjadi suatu proses. Hal tersebut adalah:


(25)

a. Cultural Resonances/ Resonansi Budaya

Disini media mengandung nilai-nilai budaya di dalamnya, dimana setiap isu yang terdapat didalamnya terkait dengan nilai budaya yang melekat dalam suatu masyarakat tersebut, seperti halnyapada kaitannya dengan isu tenaga nuklir tersebut bahwa di Amerika sendiri menganggap bawa teknologi mereka yang harus ditempatkan pada skala yang tepat dan adanya ekosistem yang harus tetap terpelihara denganbaik bukan malah menyalahgunakan teknologi yang ada untuk menggali alam atau merusak alam karena dapat mengganggu dan mengancam ketentraman dan kualitas hidup (gamson dan modigliani, 1989 :6). Pada kasus ini media yang didalamnya terdapat berbagai kepentingan tidak terlepas dari dalam kultur media sendiri. Nilai-nilai budaya sudah mendarah daging dalam tubuh media ini sangat mempengaruhi berbagai berita yang akan diturunkan kepada khalayak.

Nilai kebudayaan ini bersifat konstan. Hal ini membantu kita untuk menerangkan perubahan dalam surut dan mengalirnya paket (packages) dalam perbincangan media. paket kebudayaan yang diperdebatkan ini melengkapi kerja sponsor dan memperkuat pengaru aktifitas sponsor dan posisi media.

Karena setiap individu masing-masing memiliki latar belakang sejarah, interaksi sosial dan kecenderungan psikologis yang berbeda dalam melakukan proses konstrusi makna. Umumnya, pendekatan yang dilakukan terhadap suatu isu adalah membuat suatu bagan pendahuluan, sekalipun hanya bersifat sementara (Gamson dan modigliani, 1987:2)

b. Sponsor Activities/ Kegiatan Sponsor

Sponsor adalah mereka yang terlibat dalam suatu isu yang sedang dibicarakan dalam wadah media massa tersebut. di sini berkaitan dengan isu yang sedang terjadi bahwa sponsor itu sendiri berkaitan dengan berbagai kepentingan seoerti dari pihak pemerintah, pengusaha, masyarakat, tokoh masyarakat, LSM, pemilik moidal atau dengan kata lain bisa merupakan individu atau organisasi. Di


(26)

sini sponsor adalah mereka-mereka yang dimintai keterangan oleh media berkaitan dengan isu-isu tertentu.

Mengenai sumber berita, shoemaker dan reese (Hidayat, 1999:409) menguraikan beberapa dimensi karakter tyaitu dimensi effectiveness, dimana sumber memiliki efek yang besar terhadap isi media dan karena itu dalam melaporkan reportasenya, reporter harus mencantumkan sumber dari fakta yang diperolehnya. Serta dimensi multi acces yaitu untuk mengetahui objektivitas berita, dimana media melalui repoter/jurnalisnya berhubungan dengan peristiwa dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan atas peristiwa yang diliput.

Namun, dalam konteks media massa yang berlaku name make news atau pewawancarfa terhadap tokoh penting maka seringkali bahwa proses produksi dan reproduksi struktur sosial lebih banyak didominasi oleh elit sumber.

c. Media Practices/ Kegiatan media

Berkaitan dengan sumber, maka jurnalis atau wartawan seringkali secara tidak sadar telah memberi ruang pada elit sumber tetapi hal tersebutlah yang nantinya akan membuat suatu keragu-raguan apakah berita tersebut akan benar atau salah. Beberapa pengamat telah menuliskan bahwa betapa cerdik/halusnya dan secara tidak sadarnya proses ini berlangsung (gamson-modigliani, 1989:7). Disini awak media sangat berperan penting dalam kaitannya dengan penyuguhan berita. Mereka lazim menguraikan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri, menjabarkan skemata interpretasinya sendiri, serta mendistribusikan retorika-retorika untuk meneguhkan keberpihakan atau kecenderungan tertentu (Sudibyo, 2001:187).

II.2 Konstruksi Realitas Sosial Media Massa

Konstruktivisme membantu kita mengerti stuktur konstruksi sebuah objek. Konstruktivisme bukan membuat kita mengerti akan sebuah realitas secara ontologis, namun hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.Realitas bagi konstrukstivisme tidak terpisah dari pengamat. Realitas


(27)

yang kita ketahui bukan suatu realitas “di sana” yang berdiri sendiri, melainkan kenyataan sejauh dipahami oleh yang menangkapnya. Menurut Shapiro, ada banyak bentuk kenyataan dan masing-masing terbentuk pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati.

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Ardianto,2007:154). Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka.

Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:

1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda (Gans, dalam Eriyanto, 2002:19)

2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai; media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai perusuh.

3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik

4. Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial.


(28)

6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.

7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran sendiri yang bisa saja berbeda dari pembuat berita (Zamroni, 2009:95)

Konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Dan konstruksivisme semacam inilah yang oleh Berger dan Luckmann (1990) disebut dengan konstruksi sosial (Bungin, 2011:14).

Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966.

Berger dan Luckman mengatakan: “ institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat obyektif namun pada kenyataannya semua dibangun dalam defenisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki defenisi subyektif sama. Teori konstruksi sosial realitas berpandangan bahwa masyarakat yang memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makna yang berlangsung terus-menerus. Secara umum, setiap hal akan memiliki makna yang sama bagi orang-orang yang memiliki kultur yang sama.

Tanda larangan berhenti di jalan, misalnya, memiliki makna yang akan sama bagi setiap orang. Berger dan Luckman menyebut tanda larangan itu memiliki simbol makna objektif karena orang kerap menginterpretasikan secara


(29)

biasa-biasa saja. Namun, ada beberapa hal lain yang merupakan makna subjektif, hal ini disebut tanda. Dalam konstruksi realitas, mobil adalah lambang (simbol) mobilitas, namun mobil dengan merek-merek tertentu, seperti Cadillac atau Mercedes Benz merupakan tanda kemakmuran atau kesuksesan (Morissan, dkk, 2010:135) .

Proses dialektika ini, menurut Berger dan Luckmann berlangsung dengan tiga momen simultan yaitu:

1. Eksternalisasi yakni individu melakukan penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia.

2. Objektivasi yakni interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi, produk sosial berada pada proses institusionalisasi. Individu memunculkan dirinya dalam produk-produk kegiatan manusia baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dunia bersama. Hal terpenting pada tahap ini adalah terjadinya pembuatan tanda-tanda sebagai isyarat bagi pemaknaan subjektif.

3. Internalisasi yaitu proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.

Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann telah direvisi dengan menambahkan variabel atau fenomena media


(30)

massa yang sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai konstruksi sosial media massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203).

Ketika teori ini diterapkan kepada komunikasi massa, teori ini akan membuat asumsi yang serupa dengan interaksionisme simbolik, yaitu asumsi bahwa khalayak adalah aktif. Khalayak tidak secara pasif mengambil dan menyimpan informasi di dalam laci mereka; mereka secara aktif mengolah informasi, mengubahnya, dan menyimpannya hanya yang mereka butuhkan secara kultural. Mereka aktif bahkan ketika aktifitas ini hanya menguatkan apa yang sudah mereka tahu untuk membuat mereka lebih percaya dan bertindak berdasarkan pandangan mengenai dunia sosial yang dikomunikasikan oleh media kepada mereka. Dengan demikian, media dapat bertindak sebagai cara yang penting bagi lembaga sosial untuk menyiarkan kebudayaan kepada kita (Davis, 2010:384).

Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi (Bungin, 2008: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.


(31)

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi

Segala bentuk realitas sosial termasuk isi media merupakan realitas yang sengaja dikonstruksi. Komunikasi sebagai bentuk interaksi tidak lepas dari konstruksi realitas sosial. Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksikan. Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusuanan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita ( Tuchman, 1980).

Berkenaan dengan hal tersebut, media lazim melakukan berbagai tindakan dalam mengkonstruksi realitas di mana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna atau citra tentang suatu realitas. Beberapa cara yang dilakukan melalui seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.

Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkostruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi


(32)

sosialnya.

Gambar 1: Proses Konstruksi Sosial Media Massa

II.3 Surat Kabar dan Berita

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah media massa ini sangat sering disingkat menjadi media. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif untuk dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi. Media massa yang paling pertama ditemukan adalah media cetak, dalam hal ini berupa surat kabar atau majalah, definisi surat kabar tidak bisa lepas dari karakteristiknya, surat kabar (news paper) dibatasi pengertiannya sebagai berikut: “Penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan,


(33)

dan iklan yang dicetak dan secara tetap atau periodik dan dijual umum”. (Assegaf, 1983 : 140).

Surat kabar memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Publisitas

Pengertian publisitas ialah surat kabar diperuntukkan umum artinya surat kabar harus menyangkut kepentingan umum.

2. Universalitas

Universalitas sebagai ciri lain surat kabar menunjukkan surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian di seluruh dunia dan segala aspek kehidupan manusia.

3. Aktualitas

Aktualitas di sini maksudnya adalah kecepatan mengumpulkan laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Saat ini aktualitas surat kabar harus dapat mengimbangi aktualitas berita media elektronik.

4. Periodisitas

Periodisitas artinya keteraturan terbitnya surat kabar pada waktu yang telah ditentukan baik harian maupun mingguan. Surat kabar memiliki kelebihan khusus bila dibandingkan dengan media cetak lainnya yaitu pesan-pesan yang disampaikan melalui surat kabar bersifat permanen, mudah disimpan serta diambil kembali dan pengaruhnya dapat dikontrol pembaca. Isi pesannya dapat dibaca dimana dan kapan saja, yang berarti tidak terikat pada waktu.

Dapat dikemukakan bahwa surat kabar merupakan pola dasar dan juga prototipe semua media massa modern (Tunstall, 1977, hal. 22) dan dapat dipastikan dalam hal apapun bahwa unsur penting dalam surat kabar dan media adalah berita. Produk dari surat kabar terdiri atas tiga bagian besar, yaitu: berita, opini dan iklan. Berita merupakan salah satu bagaian yang paling penting dan paling banyak disajikan di surat kabar ataupun media massa. Berita juga


(34)

merupakan aktivitas inti oleh sebagian besar profesi kewartawanan. Menurut Tuchman (1973-74) berita menyediakan komponen yang menonjolkan atau membedakan sesuatu yang disebut surat kabar dari jenis media lainnya.

Assegraf mendefenisikan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terkini yang dipilh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena itu luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena mencakup segi-sedi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. Charley and James M. Neal mendefenisikan berita adalah laporan tercepat tentang suatu peritistiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada masyarakat.

Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan berita adalah laporan tercepat tentang suatu peristiwa, fakta, atau hal yang baru, menarik dan perlu diketahui masyarakat umum.

Tidak semua hal dapat dikatakan berita. Sesuatu dapat dikatakan berita jika terdapat unsur-unsur berita didalamnya. Aktual (baru), kedekatan, penting, akibat, pertentangan/ konflik, seks, ketegangan, kemajuankemajuan, konsekuensi, emosi, humor, dan human interest merupakan beberapa unsur berita.

Berita terdiri dari berbagai jenis. Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia menuliskan beberapa jenis berita, yaitu Straight news yaitu laporan langsung mengenai suatu berita. Depth news yaitu berita yang merupakan pengembangan atau kelanjutan dari adanya sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapanya secara mendalam, tajam, lengkap dan aktual. Comprehensive news yaitu laporan tentang fakta yang berisfat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek (kritik terhadap straight news).Interpretative report yaitu lebih dari sekedar straight dan depth news, dan merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Dalam penulisannya boleh dimasukkan uraian, komentar dan sebagainya yang ada kaitannya dengan peristiwa yang dilihat.Feature story yaitu tulisan khas yang sengaja disajikan untuk menarik perhatian pembaca dengan penulisan yang lebih ringan. Investigative reporting yaitu berita atau


(35)

laporan yang biasanya memusatkan pada masalah yang kontroversi. Dalam hal ini wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi mengungkapkan kebenaran.

Secara umum, suatu kejadian dipandang memiliki news value apabila mengandung satu atau beberapa unsur seperti Significance (penting), Magnitude (besar), Timeliness (waktu), Proximity (dekat), Prominence (tenar), Human interest (manusiawi).

Berita yang dimuat dalam surat kabar sendiri memiliki unsur layak berita (Kusumaningrat, 2007:48) sebagai berikut:

a. Akurat

Dalam sebuah berita fakta yang disajikan dalam berita harus persis seperti adanya, tidak dilebih-lebihkan ataupun dikurangi. Dengan kata lain sebuah berita haruslah memiliki tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat dipercaya oleh khalayak.

b. Lengkap, Adil dan Berimbang

Lengkap, adil dan berimbang yang dimaksud adalah bahwa seorang wartawan harus melaporkan apa yang sesungguhnya yang terjadi. Unsur lengkap, adil dan berimbang menempatkan wartwan selaku wakil dari pembaca dimana berita haruslah tidak boleh memihak kepada apapun atau siapapun. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut dengan “Both Side Covered”.

c. Objektif

Unsur objektif adalah berita yang dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. Dalam pengertian objektif ini, termasuk pula keharusan wartawan menulis dalam konteks peristiwa secara keseluruhan, tidak dipotong-potong oleh kecenderungan subjektif.


(36)

d. Ringkas dan Jelas

Penulisan berita yang efektif adalah penulisan yang ringkas dan jelas, yang mudah dicerna dan dimengerti secara sederhana. Penulisan berita haruslah ringkas, terarah, tepat, menggugah. Inilah kandungan-kandungan kualitas yang harus dikejar oleh setiap penulis. Faktor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada faktor topik, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan penulisan lainnya.

e. Hangat

Syarat umumnya sebuah berita haruslah hangat, merupakan hal yang baru, merupakan hal yang terkini, hal yang tidak basi, ataupun hal yang baru-baru saja terjadi.

Munculnya berita dalam sebuah media bukanlah hal tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa kemudian suatu media menampilkan suatu berita pada medianya (Sudibyo,2001) yaitu:

a. Faktor Individual,

Dalam hal ini berkaitan dengan latar belakang professional dari pengelola media yang kemudian mempengaruhi isi berita yang ditampilkan. Misalnya jenis kelamin, agama, umur, latar belakang pendidikan bahkan juga orientasi pada partai politik.

b. Rutinitas Media (Media Routine).

Hal ini berhubungan dengan ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, ciri-ciri berita yang baik dan layak untuk dimuat yang dimiliki oleh setiap media. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsing setiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya, dan pada akhirnya mempengaruhi wuhud akhir dari sebuah berita.


(37)

c. Level Organisasi.

Hal ini berhubungan dengan struktur organisasi media yang bersangkutan yang dapat mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukanlah orang tunggal yang ada di dalam struktur organisasi media, selain itu terdapat juga iklan, pemasaran, sirkulasi dan lainnya yang juga memiliki kepentingan sendiri-sendiri dan berpengaruh terhadap terbentuknya sebuah berita.

d. Level Ekstramedia.

Hal ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Walaupun berada di luar organisasi media namun sedikit banyak sangat mempengaruhi isi berita. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah seperti sumber berita, sumber penghasilan media, pemerintah dan lingkungan bisnis, dan juga pada tingkatan level ideologi.

II. 4 Analisis Framing

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis, yang diperkenalkan sosiolog intepretatif, Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya (Zamroni, 2009:94).

Ide tentang framing, pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Erving Goffman membangun analisis frame untuk memberikan pemahaman sistematis mengenai bagaiman kita menggunakan pengharapan untuk memaknai situasi sehari-hari dan orang-orang yang di dalamnya. Meskipun setuju dengan argumen konstruksionis sosial mengenai perlambangan, Goffman menganggap bahwa hal tersebut terlalu sederhana. Ia berpendapat bahwa kita


(38)

secara terus-menerus dan sering kali radikal mengubah cara kita mendefenisikan atau melambangkan situasi, tindakan, dan orang lain ketika kita bergerak melalui ruang dan waktu (Davis, 2010:392).

Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionisnya yang melihat proses framing sebagai proses kontruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana media dan opini publik yang terbentuk di masyarakat.

Proses framing berkaitan dengan persoalan bagaimana sebuah realiatas dikemas dan disajikan dalam presentasi media. Oleh karena itu frame sering diidentifikasikan sebagai cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna spesifik tentang objek wacana. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan tujuan agar aspek itu menjadi noticeabel, meaningfull, dan memorable bagi khalayak. Framing juga dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga elemen isu tertentu mendapat alokasi besar dalam kognisi individu, sehingga lebih besar pula mempengaruhi pertimbangan individu.

Analisis framing mempunyai asumsi bahwa wacana media massa mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting dan signifikan bagi publik dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir. Media massa dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda. Mereka berusaha untuk menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai objek wacana. Perdebatan yang terjadi didalamnya dilakukan dengan cara-cara yang simbolik, sehingga lazim ditemukan bermacam-macam perangkat linguistik atau perangkat wacana yang umumnya menyiratkan tendensi untuk melegitimasi diri sendiri dan mendelegitimasi pihak lawan.


(39)

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya. Dengan kata lain framing adalah pendekatan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perpektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut ( Nugroho, Eryanto, Surdiasis, 1999:21).

Rumusan tentang perangkat framing juga diberikan oleh McCauley dan Frederick (dinyatakan pula oleh William A. Gamson dan Andre Modigliani). Rumusan ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media; berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu.

Studi awal Gamson mengenai framing pertama kali juga berkaitan dengan studi mengenai gerakan sosial. Menurut Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak bagaimana peristiwa dibingkai sehingga menimbulkan tindakan kolektif. Untuk menunculkan tindakan kolektif tersebut dibutuhkan penafsiran dan pemaknaan simbol yang bisa diterima secara kolektif. Dalam pandangan gamson, seseorang berfikir dan mengkomunikasikannya melalui citra dan diterima sebagai kenyataan. Makna di sini bukan sesuatu yang tetap dan pasti, melainkan secara terus menerus dinegosiasikan. Citra dan simbol itulah yang bisa membangkitkan perasaan bersama khalayak.

Gagasan Gamson dan Andre Modigliani menyatakan sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide, yang membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan sebuah isu. Sebuah frame pada umumnya menunjukkan dan menggambarkan range posisi, bukan hanya satu posisi.


(40)

Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak kemana berita tersebut dibawa, Gamson Modigliani menyebut cara pandang tersebut sebagai kemasan (package) (Eriyanto, 2005 :223-224). Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki kebijakan politis tersendiri.

Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices. Seperti dijelaskan Gamson, framing devices terdiri atas: methapor, exemplars, catchphrase, depiction, dan visual image. Sedangkan reasoning devices terdiri atas: root (analisis kausal), consequencies (efek-efek spesifik), dan appeals to principle (klaim-klaim moral).


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian

Penelitian ini memusatkan pada penelitian kualitatif. Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta dan fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya (Bungin, 2008:6).

Peneliti akan menggunakan analisis framing dalam menganalisis data. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, analisis framing bertujuan untuk melihat bagaiamana pembingkaian informasi, fakta, dan realitas yang terjadi dalam suatu teks atau berita. Oleh karena itu, penelitian ini akan bersifat subyektif. Subyektivitas akan mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan makna teks berita dengan melihat koherensi antar teks dan koherensi teks dengan konteksnya.

Gagasan Gamson dan Andre Modigliani menyatakan sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide, yang membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan sebuah isu. Sebuah frame pada umumnya menunjukkan dan menggambarkan range posisi, bukan hanya satu posisi.

Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui


(42)

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak kemana berita tersebut dibawa, Gamson Modigliani menyebut cara pandang tersebut sebagai kemasan (package) (Eriyanto, 2005 :223-224). Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki kebijakan politis tersendiri.

Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices. Seperti dijelaskan Gamson, framing devices terdiri atas: methapor, exemplars, catchphrase, depiction, dan visual image. Sedangkan reasoning devices terdiri atas: root (analisis kausal), consequencies (efek-efek spesifik), dan appeals to principle (klaim-klaim moral).

3.2 Objek Penelitian

Menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan serta dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara kongkret tergambarkan dalam fokus permasalahan dalam penelitian (Bungin, 2008: 76).

Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah kumpulan naskah berita yang terbit di Harian Sinar Indonesia Baru terkait pengerusakan Kawasan Lingkungan Danau Toba oleh PT Gorga Duma Sari, PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara. Berita yang dipilih adalah terbitan pada periode 2012-1013.


(43)

3. 3. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Harian SIB. Harian ini memang dikenal di Sumut dan gencar dalam menurunkan berita-berita seputar Tapanuli. Secara khusus, penelitian ini akan menganalisis berita mengenai pengerusakan kawasan Danau Toba oleh PT GDS, PT Aqua Farm dan PT Allegrindo Nusantara sejak tahun 2012 hingga 2013.

Secara Keseluruhan, berita mengenai pengerusakan kawasan danau toba oleh perusahaan ini ada 30 berita. Namun karena terdapat kesamaan informasi peneliti memilih 13 berita yang akan dianalisi.

3.3.1 Deskripsi Singkat Harian SIB

Harian Sinar Indonesia Baru atau sering disingkat dengan SIB adalah surat kabar yang terbit sejak 9 Mei 1970. Harian ini didirikan oleh GM Panggabean. Harian SIB terletak dijalan Brigjen Katamso no 66 AB Medan. Sejak awal berdiri, harian ini memang fokus mengupas informasi di Medan khususnya Tapanuli.

Dalam perkembangannya, SIB menjadi media nasional yang terbit di Medan. Distribusinya, bukan hanya di Sumatera Utara, tetapi meluas ke Jakarta dan daerah-daerah lain di Pulau Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

SIB memiliki tag-line "Untuk: Demokrasi, Persatuan dan Pembangunan", secara konsisten ingin memberi kontribusi untuk proses demokratisasi, persatuan bangsa, dan pembangunan. SIB mendedikasikan penerbitannya untuk membela kepentingan rakyat, dan komit menjaga persatuan bangsa Indonesia yang plural, terdiri atas beragam suku bangsa, agama, dan golongan (http://hariansib.co/).

Sekarang, SIB tidak hanya terbit dalam edisi cetak. Perkembangan teknologi informasi yang pesat dengan tersedianya layanan internet direspons SIB dengan membuka website


(44)

terkini, dan e-paper edisi cetak. Ini merupakan pelayanan bagi pembaca Harian SIB tersebar di seluruh dunia, melalui internet.

Sebagai sebuah koran harian, Harian SIB Medan memiliki beberapa bagian atau sub berita. Harian ini ditulis dalam bahasa indonesia dan terdiri atas 16 halaman yang didalamnya menyampaikan berita dalam rubrik Medan Kita, Ekonomi, Keuangan Nasional, Hiburan, Olah Raga, Kriminal, Pendidikan, Marsipature Hutabe dan Berita Luar Negeri.

3. 3. 2 Struktur Organisasi Harian SIB

Pendiri : DR.GM.Panggabean Penasehat : DR.MD.Wakkary Penerbit : PT Sinar Indonesia Baru Direktur Utama : Ramlah Hutagalung Biro Direksi : GM.Intan Panggabean Pemimpin Umum : Ramlah Hutagalung

Wakil Pemimpin Umum

/Ketua Dewan Redaksi : Ir.GM. Chandra Panggabean Pemimpin Redaksi : GM.Immanuel Panggabean, BBA Wakil I Pemimpin Redaksi : Ir.Parluhutan Simarmata

Wakil II Pemimpin Redaksi :Drs. Proklamasi Naibaho

Pemimpin Usaha : Nettty Vera Megawati Panggabean Wakil Pemimpin Usaha : Tuty Rotua Panggabean, S.E


(45)

Penanggungjawab : Tuty Rotua Panggabean, S.E, Drs Victor Siahaan S.H

Redaksi Pelaksana : Sumba Simbolon S.T, Drs Yogie Suwanda, Eva Rina Pelawi S.Sos (Sekretaris Redaksi)

Staf Redaksi : Toga Sitohang, Andreas R Lenore, Martohap Simarsoit S.H, Habibul Drs Gaja Sibarani, Christoffel

Simbolon S.Sos, Lismer S.E, Wilfred Manullang A.M 3. 4 Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan model analisis milik Gamson dan Modigliani. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media seperti berita dan artikel terdiri atas interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur yaitu Core Frame dan Condensing Symbols. Berikut adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani:

Gambar 2: Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani

CONDENSINGSYMBOL

FRAMING DEVICES REASONING DEVICES

MEDIA PACKAGE


(46)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

3.5.1. Studi Kepustakaaan (library Research)

Yaitu dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. Studi kepustakaan dalam penelitian ini menghasilkan berbagai data yang didapatkan dari buku-buku mengenai analisis wacana, komunikasi massa dan komunikasi politik, metodologi penelitian, dan kontruksi sosial media massa. Selain itu juga beberapa artikel dan jurnal yang diambil dari internet.

3.5.2. Studi Dokumen (Document Research)

Yaitu mengumpulkan data berupa berita-berita mengenai pengerusakan kawasan Danau Toba oleh PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara dan PT Gorga Duma Sari. Studi dokumen menghasilkan data berupa berita-berita mengenai ketiga perusahaan tersebut sejak Januari 2012 hingga Desember 2013. Berita yang dianalisis berjumlah 13 berita.

3.6 Teknik Analisi Data

Analisis data merupakan suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Dalam penelitian ini data/wacana berita yang telah dikumpulkan, diuraikan dan

1. Metaphors 2. Exemplars 3. Catchphrases 4. Depiction 5. Visual Image

1. Roots

2. Appeal to Principle 3. Consequence


(47)

diidentifikasikan dengan berpedoman pada model analisis framing yang dikembangkan oleh Gamson dan Mondigliani. Dari hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk menemukan media package yang digunakan mengkonstruksi fakta menjadi wacana media dengan menggunakan perangkat framing Gamson dan Modigliani.

Framing analisi berita mengenai pengerusakan kawasan danau toba yang dilakukan oleh PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara dan PT Gorga Duma Sari dilakukan dengan mengidentiifikasi core frame melalui condensying symbols yang digunakan oleh Harian SIB yang menjadi subjek penelitian, condencying symbols diidentifikasikan melalui framing devices (metaphors, exemplars, catchprases, depictions, visual images) dan reasoning devices (roots appeals to principle dan consequences). Perspektif media (media package) disimpulkan melalui elemen-elemen yang membentuk core frame lewat condensying symbols. Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Henry Guntur Tarigan menilai metafora sebagai sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi terdahulu tadi (Tarigan, 1990:15).

Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Catchphrases, istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, catchphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan, atau semboyan.

Depictions, penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah, kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan,


(48)

serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi, eufemisme, serta akronimisasi.

Visual images, pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun, dan sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual image bersifat sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi pesan dengan khalayak.

Roots (analisis kausal), pemberatan isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau dibeberkan.

Appeal to Principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya. Appeal to principle yang apriori, dogmatis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya, memanipulasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/keras dari bentuk penalaran lain. Dan pada akhirnya akan didapat konsekuensi dari teks berita, yang terangkum dalam consequences.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini ingin melihat bagaimana frame yang dibentuk oleh Harian SIB dalam memberitakan pengerusakan kawasan Danau Toba Oleh PT Aqua Fram, PT Allegrindo Nusantara dan PT Gorga Duma Sari selama dua tahun terakhir yaitu sejak 2012 hingga 2013.

Harian SIB dipilih karena harian ini memang fokus mengupas berita dan informasi seputar Tapanuli khususnya dalam kasus pengerusakan lingkungan kawasan Danau Toba. Selanjutnya peneliti menganalisis berita yang telah dipilih dengan menggunakan pisau analisis Gamson dan Mondigliani. Peneliti menganalisis bagaimana pengerusakan kawasan lingkungan yang dilakukan oleh tiga perusahaan tersebut melalui konflik yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya bagaimana harian SIB mebentuk berita dari aksi unjuk rasa masyarakat, tanggapan dari pihak yang berwenang dan akademisi serta tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat.

Tahap-tahap yang dilalui penulis untuk sampai pada tahap kesimpulan adalah sebagai berikut:

Pertama, peneliti akan mengumpulkan berita-berita berkenaan dengan berita-berita pengerusakan kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh PT Aqua Faram, PT Allegrindo Nusantara dan PT Gorga Duma Sari. Berita-berita yang diambil berdasarkan intensitas konflik yang muncul dalam masyarakat dari tahun 2012-2013. Dari hasil pengumpulan berita, peneliti menemukan 13 berita yang berkaitan dengan sikap-sikap yang muncul dalam masyarakat terkait tindakan pengerusakan kawasan Danau Toba.

Kemudian penulis melakukan analisis tekstual dengan menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani. Analisis tersebut dilakukan terhadap teks berita yang tertulis dalam Harian SIB. Proses melengkapi data tersebut dilakukan dengan studi kepustakaan (literatur).


(50)

4.1 Hasil Penelitian

TABEL 1

Subjek Penelitian Harian SIB Periode 2012-2013

NO HARI/TANGGAL/TAHUN JUDUL

1 Senin , 7 Oktober 2013 Kepala BLH Provsu:

Beban Pencemaran Danau Toba Sudah Overload, PT Aqua Farm dan Allegrindo Berkontribusi

2 Kamis, 3 Oktober 2013 Komisi VII RI dan

Kemeneg LH Sepakat Selamatkan Danau Toba 3 Selasa, 7 Agustus 2013 BLH Provsu Nilai PT

Allegrindo Cemari Danau Toba , Jika Masih Terus Buang Limbah Akan Dipidana

4 Jumat, 7 Juni 2013 BLH Sumut Segera Surati Pemkab Samosir Hentikan Kegiatan PT GDS

5 Senin, 20 Mei 2013 Forum Pesona Samosir

Temui Dua Menteri di Jakarta Minta Hentikan Penebangan Hutan Tele 6 Sabtu, 4 Agustus 2012 PT Allegrindo Dituding

Belum Tangani Limbah dengan Baik


(51)

7 Jumat, 3 Agustus 2012 PT Allegrindo Buang Kotoran Ternak ke Danau Toba, Pemandian di Pantai

Salbe Ditinggalkan WIsatawan

8 Selasa, 31 Juli 2012 Setiap hari Selama 16 tahun, 1200 Ton Kotoran Ternak Dibuang ke Danau Toba Melalui Sungai Silali, Simalungun

9 Kamis, 28 Juni 2012 PH Air Danau Toba Sudah Capai 9,6 Sangat Berbahaya, KJA Harus Segera Ditutup

10 Jumat, 15 Juni 2012 Polda Sumut: Tidak

Ditemukan Pencemaran Danau Toba Oleh PT Aqua Farm

11 Selasa, 12 Juni 2012 DPRDSU: Danau Toba

Terancam Jadi : “Danau Tua” Tak Berpenghuni dan Penuh Lumpur Seperti Waduk Jatiluhur

12 Senin, 11 Juni 2012 Kepala Laboratorium

Friska Saragih: Tudingan Pencemaran danau Toba Jangan Hanya “Om-do” 13 Rabu, 30 Mei 2012 Masyarakat dan Pemerhati


(52)

Kerahkan Massa Tutup PT Aqua Farm yang Kotori Danau Toba

Teks 1

Judul : Masyarakat dan Pemerhati Lingkungan Ancam Kerahkan Massa Tutup PT Aqua Farm yang Kotori Danau Toba

Terbit : Rabu, 30 Mei 2012

Frame : Keramba jaring apung milik Aqua Farm mencemari dan menyemaki Danau Toba.

Rapat Dengar Pendapat antara PT Aqua Farm dan gabungan komisi B dan C DPRD Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 22 Mei 2012 menghasilkan sejumlah rekomendasi dan evaluasi terhadap PT Aqua Farm. Selain masalah izin yang sudah habis, juga mencuat isu terkait pencemaran yang dilakukan melalui limbah pakan ikan. Hasil RDP ini memicu dukungan dari sejumlah masyarakat dan pemerhati lingkungan Danau Toba untuk menghentikan kegiatan perusahaan yang dinilai merusak ekosistem danau. Harian SIB menurunkan berita tekait dukungan penghentian pencemaran danau dari masyarakat pemerhati lingkungan.

Element inti berita (Core Frame/Idea element)

Harian SIB dalam beritanya menekankan keberadaan keramba jaring apung milik PT Aqua Farm menjadi masalah besar bagi ekosistem danau akibat pencemaran yang dilakukan. Dampak yang ditimbulkan sejak mulai beroperasinya PT Aqua Farm di Danau Toba bahkan tidak sebanding dengan kerusakan ekosistem yang terjadi. Sehingga konsekuensinya, perusahaan yang nyatanya hanya menimbulkan pencemaran bagi danau harus segera ditutup. Hal ini terlihat dalam teks berikut;


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. I Kesimpulan

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian serta kesimpulan-kesimpulan dengan berdasarkan analisis framing Gamson dan Modigliani pada pemberitaan tentang pengerusakan kawasan Danau Toba oleh perusahaan Aqua Farm, Allegrindo Nusantara dan Gorga Duma Sari dalam Harian Sinar Indonesia Baru periode Januari 2012 hingga Desember 2013.

Berdasarkan hasil temuan data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.Dalam pandangan harian SIB, kondisi kawasan Danau Toba sudah rusak akibat penebangan hutan, pencemaran oleh limbah industri, peternakan dan masyarakat. Tiga perusahaan yang dinilai sebagai penyebab utamanya yaitu PT Aqua Farm, PT Allegrindo Nusantara dan PT Gorga Duma Sari. PT Aqua Farm yang bergerak dalam budidaya ikan keramba jaring apung dinilai merusak ekosistem danau karena menurut Harian SIB keberadaan keramba jaring apung di danau identik dengan pencemaran. Penggunaan pelet sebagai pakan ikan dinilai akan mencemari danau akibat kandungan zat kimianya serta plet yang tidak terurai akan menyebabkan sendimentasi di dasar danau. PT Allegrindo Nusantara perusahaan peternakan babi mencemari danau dengan membuang kotoran ternak tanpa diolah. Selain akan menyebabkan pendangkalan danau, kotoran ternak akan menyebabkan penyakit bagi mahluk hidup dan masyarakat sekitar yang menggunakan air. Sementara PT Gorga Duma Sari yang membabat hutan Tele menyebabkan suplai air ke sawah masyarakat berkurang, periode panen yang berubah, karateristik banjir yang tidak wajar serta masuknya binatang liar ke pemukiman warga.


(2)

Tindakan ini juga dinilai melanggar hukum karena menebang kawasan yang masuk dalam hutan lindung.

2.Harian SIB terlihat sangat antusias dengan isu mengenai kawasan Danau Toba. Isu yang cenderung sama bisa dikemas selama seminggu, dan berada di halaman pertama. Yang membedakan berita hari ini dan besok hanya narasumbernya. Pihak-pihak yang sejalan dengan Harian SIB akan diekspos dan diberi ruang yang lebih banyak. Dalam hal ini juga terlihat ketidakberimbangan informasi yang disajikan antara aktivis LSM, BLH, anggota DPR dan pemilik perusahaan. Harian SIB lebih banyak mewawancara aktivis LSM, anggota DPRD Sumut dan akademisi. Pemilik perusahaan mendapat space yang lebih sedikit.

3.Dalam penulisan berita, Harian SIB cenderung menggunakan judul dan diksi yang provokatif bahkan ada juga berita yang sifatnya mengancam. Judul sangat menarik tidak didukung isi berita yang terkesan biasa aja. Fakta yang dipaparkan terkadang terkesan dilebih-lebihkan untuk menarik perhatian pembaca. Bahkan pencampuran fakta dan opini sering dilakukan penulis.

V. 2 Saran

1.Salah satu kelemahan harian lokal adalah kurangnya pendokumentasian. Meski berita yang diangkat tahun 2012 dan 2013, penulis kesulitan mendapatkan dokumentasi berita yang ditulis oleh Harian SIB. Sebaiknya Harian SIB mulai mengkonsep bagaimana supaya berita yang sudah ditulis bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat.

2.Media massa mempunyai peran penting dalam membentuk sikap yang muncul dalam masyarakat. Melalui berita-berita yang ditulis secara provokatif, bisa saja menimbulkan konflik yang memicu main hakim sendiri terhadap pihak yang dituduh bersalah. Sebaiknya Harian SIB lebih memperhatikan azas praduga tak bersalah dan keberimbangan informasi.


(3)

3.Berita yang ditulis di media massa tidak lepas dari konstruksi yang dilakukan jurnalis dan medianya. Tidak ada jurnalis yang objektif. Dalam pemilihan sudut pandang, pemilihan narasumber, jurnalis tetap melibatkan subjektivitasnya. Untuk itu, peneliti menyarankan agar khalayak memiliki kesadaran akan hal ini dan bisa mencermati sebuah naskah berita sebelum membuat pemahaman tertentu atas informasi yang didapat dari media massa. Dan yang paling penting bagi setiap wartawan dalam menjalankan tugasnya tetap menjunjung kode etik jurnalistik serta berusaha memenuhi prinsip sembilan elemen jurnalisme.


(4)

DAFTAR REFERENSI

Ahmad, Arif, Indira Permana Sari, Amir Sodikin dan M Hilmi Faiq. (2014).

Toba Mengubah Dunia. Jakarta: Buku Kompas

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Kumala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. (1992). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional

Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi:Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi. Tangerang: Karisma Publishing Group

Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Kencana: Jakarta.

Cangara, Hafied. (2000). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gamson, William A, and Andre Modegliani. (1989). “Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power: A Constructionist Approach.”

American Journal of Sociology 95, no. 1: 1-37.

Hidayat, Dedy N. (1999). Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi. Jurnal ISKI, Vol. III, April. Bandung: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia.


(5)

Indiwan Seto Wahyu Wibowo. 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Prkatis bagi peneleliti dan skripsi komunikasi. Jakarta : Mitra Wacana Media

Kriyantono. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. (2001). Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Yayasan Pantau.

.Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana

Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. (2001). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. (2009). Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Nawawi, Hadari. (1995). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Nuruddin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1995). Metode Penelitian Survey.

Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Siregar, Ashadi. (1998). Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa. Yogyakarta: Kenisiud dan LP3Y.

Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS

Sudibyo, Agus. (2001). Tinjauan Teoritis Analisis Framing. Pantau : Kajian media dan Jurnalisme. Edisi 10, Hal 112-131: Isntitut Studi Arus Informasi


(6)

Sobur, Alex. 2001. Analis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Internet:

). (Diakses pada 16 Januari 2014)