c. Level Organisasi. Hal ini berhubungan dengan struktur organisasi media yang bersangkutan
yang dapat mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukanlah orang tunggal yang ada di dalam struktur organisasi media, selain itu terdapat
juga iklan, pemasaran, sirkulasi dan lainnya yang juga memiliki kepentingan sendiri-sendiri dan berpengaruh terhadap terbentuknya sebuah berita.
d. Level Ekstramedia. Hal ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Walaupun
berada di luar organisasi media namun sedikit banyak sangat mempengaruhi isi berita. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah seperti sumber berita,
sumber penghasilan media, pemerintah dan lingkungan bisnis, dan juga pada tingkatan level ideologi.
II. 4 Analisis Framing
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis, yang diperkenalkan sosiolog intepretatif, Peter L. Berger dan Thomas Luckman.
Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya Zamroni, 2009:94.
Ide tentang framing, pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman 1974 yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behaviour
yang membimbing individu dalam membaca realitas. Erving Goffman membangun analisis frame untuk memberikan
pemahaman sistematis mengenai bagaiman kita menggunakan pengharapan untuk memaknai situasi sehari-hari dan orang-orang yang di dalamnya. Meskipun setuju
dengan argumen konstruksionis sosial mengenai perlambangan, Goffman menganggap bahwa hal tersebut terlalu sederhana. Ia berpendapat bahwa kita
Universitas Sumatera Utara
secara terus-menerus dan sering kali radikal mengubah cara kita mendefenisikan atau melambangkan situasi, tindakan, dan orang lain ketika kita bergerak melalui
ruang dan waktu Davis, 2010:392. Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A
Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionisnya yang melihat proses framing sebagai proses kontruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses
ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana
media dan opini publik yang terbentuk di masyarakat. Proses framing berkaitan dengan persoalan bagaimana sebuah realiatas
dikemas dan disajikan dalam presentasi media. Oleh karena itu frame sering diidentifikasikan sebagai cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna
spesifik tentang objek wacana. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas yang tergambar
dalam teks komunikasi dengan tujuan agar aspek itu menjadi noticeabel, meaningfull, dan memorable bagi khalayak. Framing juga dapat dipandang
sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga elemen isu tertentu mendapat alokasi besar dalam kognisi individu, sehingga
lebih besar pula mempengaruhi pertimbangan individu. Analisis framing mempunyai asumsi bahwa wacana media massa
mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting dan signifikan bagi publik dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir.
Media massa dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda. Mereka berusaha untuk menonjolkan kerangka
pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai objek wacana. Perdebatan yang terjadi didalamnya dilakukan
dengan cara-cara yang simbolik, sehingga lazim ditemukan bermacam-macam perangkat linguistik atau perangkat wacana yang umumnya menyiratkan tendensi
untuk melegitimasi diri sendiri dan mendelegitimasi pihak lawan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring
interpretasi khalayak sesuai perpektifnya. Dengan kata lain framing adalah pendekatan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perpektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut Nugroho, Eryanto, Surdiasis, 1999:21.
Rumusan tentang perangkat framing juga diberikan oleh McCauley dan Frederick dinyatakan pula oleh William A. Gamson dan Andre Modigliani.
Rumusan ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media; berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang
mengandung konstruksi makna tertentu. Studi awal Gamson mengenai framing pertama kali juga berkaitan dengan
studi mengenai gerakan sosial. Menurut Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak bagaimana peristiwa dibingkai sehingga menimbulkan tindakan
kolektif. Untuk menunculkan tindakan kolektif tersebut dibutuhkan penafsiran dan pemaknaan simbol yang bisa diterima secara kolektif. Dalam pandangan
gamson, seseorang berfikir dan mengkomunikasikannya melalui citra dan diterima sebagai kenyataan. Makna di sini bukan sesuatu yang tetap dan pasti,
melainkan secara terus menerus dinegosiasikan. Citra dan simbol itulah yang bisa membangkitkan perasaan bersama khalayak.
Gagasan Gamson dan Andre Modigliani menyatakan sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide,
yang membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan sebuah isu. Sebuah frame pada umumnya menunjukkan dan menggambarkan range posisi, bukan
hanya satu posisi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame dipandang sebagai cara bercerita story line atau gugusan ide-ide yang tersusun
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media khususnya
berita terdiri atas sejumlah kemasan package melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak
kemana berita tersebut dibawa, Gamson Modigliani menyebut cara pandang tersebut sebagai kemasan package Eriyanto, 2005 :223-224. Dalam praktik,
analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki kebijakan politis tersendiri.
Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi
elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang sedang dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua
sub-struktur, yaitu framing devices dan reasoning devices. Seperti dijelaskan Gamson, framing devices terdiri atas: methapor, exemplars, catchphrase,
depiction, dan visual image. Sedangkan reasoning devices terdiri atas: root analisis kausal, consequencies efek-efek spesifik, dan appeals to principle
klaim-klaim moral.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN