sini sponsor adalah mereka-mereka yang dimintai keterangan oleh media berkaitan dengan isu-isu tertentu.
Mengenai sumber berita, shoemaker dan reese Hidayat, 1999:409 menguraikan beberapa dimensi karakter tyaitu dimensi effectiveness, dimana
sumber memiliki efek yang besar terhadap isi media dan karena itu dalam melaporkan reportasenya, reporter harus mencantumkan sumber dari fakta yang
diperolehnya. Serta dimensi multi acces yaitu untuk mengetahui objektivitas berita, dimana media melalui repoterjurnalisnya berhubungan dengan peristiwa
dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan atas peristiwa yang diliput.
Namun, dalam konteks media massa yang berlaku name make news atau pewawancarfa terhadap tokoh penting maka seringkali bahwa proses produksi
dan reproduksi struktur sosial lebih banyak didominasi oleh elit sumber. c. Media Practices Kegiatan media
Berkaitan dengan sumber, maka jurnalis atau wartawan seringkali secara tidak sadar telah memberi ruang pada elit sumber tetapi hal tersebutlah yang
nantinya akan membuat suatu keragu-raguan apakah berita tersebut akan benar atau salah. Beberapa pengamat telah menuliskan bahwa betapa cerdikhalusnya
dan secara tidak sadarnya proses ini berlangsung gamson-modigliani, 1989:7. Disini awak media sangat berperan penting dalam kaitannya dengan penyuguhan
berita. Mereka lazim menguraikan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri, menjabarkan skemata interpretasinya sendiri, serta mendistribusikan
retorika-retorika untuk meneguhkan keberpihakan atau kecenderungan tertentu Sudibyo, 2001:187.
II.2 Konstruksi Realitas Sosial Media Massa
Konstruktivisme membantu kita mengerti stuktur konstruksi sebuah objek. Konstruktivisme bukan membuat kita mengerti akan sebuah realitas secara
ontologis, namun hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.Realitas bagi konstrukstivisme tidak terpisah dari pengamat. Realitas
Universitas Sumatera Utara
yang kita ketahui bukan suatu realitas “di sana” yang berdiri sendiri, melainkan kenyataan sejauh dipahami oleh yang menangkapnya. Menurut Shapiro, ada
banyak bentuk kenyataan dan masing-masing terbentuk pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri
Ardianto,2007:154. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah
yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka.
Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:
1. Faktaperistiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif
wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda
Gans, dalam Eriyanto, 2002:19 2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia
juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai; media dapat menyebut mahasiswa
sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai perusuh. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang
kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik
4. Berita bersifat subjektifkonstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan
subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai
partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial.
Universitas Sumatera Utara
6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa
yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah
bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.
7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran sendiri yang bisa saja
berbeda dari pembuat berita Zamroni, 2009:95 Konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu
untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Dan konstruksivisme
semacam inilah yang oleh Berger dan Luckmann 1990 disebut dengan konstruksi sosial Bungin, 2011:14.
Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya
yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966.
Berger dan Luckman mengatakan: “ institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
masyarakat dan institusi sosial terlihat obyektif namun pada kenyataannya semua dibangun dalam defenisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa
terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki defenisi subyektif sama. Teori konstruksi sosial realitas berpandangan
bahwa masyarakat yang memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makna yang berlangsung terus-menerus. Secara umum, setiap hal akan memiliki
makna yang sama bagi orang-orang yang memiliki kultur yang sama. Tanda larangan berhenti di jalan, misalnya, memiliki makna yang akan
sama bagi setiap orang. Berger dan Luckman menyebut tanda larangan itu memiliki simbol makna objektif karena orang kerap menginterpretasikan secara
Universitas Sumatera Utara
biasa-biasa saja. Namun, ada beberapa hal lain yang merupakan makna subjektif, hal ini disebut tanda. Dalam konstruksi realitas, mobil adalah lambang simbol
mobilitas, namun mobil dengan merek-merek tertentu, seperti Cadillac atau Mercedes Benz merupakan tanda kemakmuran atau kesuksesan Morissan, dkk,
2010:135 . Proses dialektika ini, menurut Berger dan Luckmann berlangsung dengan tiga
momen simultan yaitu: 1.
Eksternalisasi yakni individu melakukan penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia.
2. Objektivasi yakni interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif
yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi, produk sosial berada pada proses institusionalisasi. Individu memunculkan
dirinya dalam produk-produk kegiatan manusia baik bagi
produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dunia bersama. Hal terpenting pada tahap ini adalah terjadinya pembuatan
tanda-tanda sebagai isyarat bagi pemaknaan subjektif. 3.
Internalisasi yaitu proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu
menjadi anggotanya. Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari berger dan
Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi
sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah
fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas. Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan
Luckmann telah direvisi dengan menambahkan variabel atau fenomena media
Universitas Sumatera Utara
massa yang sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai konstruksi sosial media
massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan
sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung
sinis Bungin, 2008: 203. Ketika teori ini diterapkan kepada komunikasi massa, teori ini akan membuat
asumsi yang serupa dengan interaksionisme simbolik, yaitu asumsi bahwa khalayak adalah aktif. Khalayak tidak secara pasif mengambil dan menyimpan
informasi di dalam laci mereka; mereka secara aktif mengolah informasi, mengubahnya, dan menyimpannya hanya yang mereka butuhkan secara kultural.
Mereka aktif bahkan ketika aktifitas ini hanya menguatkan apa yang sudah mereka tahu untuk membuat mereka lebih percaya dan bertindak berdasarkan
pandangan mengenai dunia sosial yang dikomunikasikan oleh media kepada mereka. Dengan demikian, media dapat bertindak sebagai cara yang penting bagi
lembaga sosial untuk menyiarkan kebudayaan kepada kita Davis, 2010:384. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media
massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi Bungin, 2008:
188-189. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini
yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat
berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: 1 konstruksi realitas pembenaran; 2 kedua kesediaan dikonstruksi
oleh media massa; 3 sebagai pilihan konsumtif. 4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun
penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi
Segala bentuk realitas sosial termasuk isi media merupakan realitas yang sengaja dikonstruksi. Komunikasi sebagai bentuk interaksi tidak lepas dari
konstruksi realitas sosial. Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan
media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksikan. Pembuatan berita di media pada dasarnya
tak lebih dari penyusuanan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita Tuchman, 1980.
Berkenaan dengan hal tersebut, media lazim melakukan berbagai tindakan dalam mengkonstruksi realitas di mana hasil akhirnya berpengaruh kuat terhadap
pembentukan makna atau citra tentang suatu realitas. Beberapa cara yang dilakukan melalui seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar
lebih bermakna, menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki
makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu
mengkostruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi
Universitas Sumatera Utara
sosialnya.
Gambar 1: Proses Konstruksi Sosial Media Massa
II.3 Surat Kabar dan Berita