Identifikasi Masalah Batasan Masalah Tinjauan Pustaka

Namun dengan adanya kendala waktu dan ketidakmampuan mengolah data yang cukup banyak, petugas delivery sewaktu-waktu mengambil keputusan di mana ia memuaskan dirinya dengan pilihan yang cukup memuaskan atau “cukup baik”. Pang, Grantham et al, 1995. Oleh karena kondisi ini perankingan terhadap rute dari masing- masing outlet perlu dilakukan demi tercapainya delivery dengan waktu minimum. Penentuan prioritas dalam penugasan delivery berdasarkan kriteria rute merupakan salah satu masalah Multi-Criteria Decision Making MCDM, karena pengambil keputusan memiliki sekumpulan preferensinya tersendiri terhadap kriteria- kriteria yang terdapat pada rute yang tersedia. Pengambil keputusan akan memberikan penilaian subjektifitasnya berupa nilai prioritas dalam pemilihan rute untuk menetapkan outlet yang akan menjalankan proses delivery. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan Multi-Criteria Decision Making adalah Analytic Hierarchy Process. Analytic Hierarchy Process AHP digunakan karena kemampuannya menyelesaikan masalah yang memuat data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Secara tradisional oleh penemunya, AHP menggunakan skala bilangan crisp. Seringnya pengambil keputusan mengalami ketidakpastian dan lebih yakin memberikan penilaian dalam interval merupakan suatu faktor yang tidak dapat diakomodasi oleh AHP dengan bilangan crisp. Untuk mengatasi kelemahan itu, bilangan fuzzy digunakan, dengan demikian adanya ketidakpastian dan ketidakpresisian yang dialami pengambil keputusan dalam merepresentasikan penilaian untuk menetapkan alternatif rute terbaik dapat ditanggulangi.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana menentukan urutan prioritas outlet terbaik untuk menangani delivery berdasarkan kriteria rute dengan pendekatan fuzzy- AHP. Universitas Sumatera Utara

1.3 Batasan Masalah

Tulisan ini dibatasi pada tahap pemilihan outlet yang akan menangani delivery berdasarkan rute terpendek dari masing-masing outlet ke satu asal pemesan dengan sekumpulan entitas yang terdapat pada rute tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah Fuzzy-AHP.

1.4 Tinjauan Pustaka

Grantham Pang et al. 1995 dalam jurnalnya menyatakan bahwa setiap pengendara memiliki sekumpulan preferensi dalam memilih rute. Misalnya, jika pengendara ingin tiba di tempat tujuan secepat mungkin, faktor dominan yang mungkin adalah jarak perjalanan. Namun pengendara juga dapat memikirkan faktor lain, misalnya kenyamanan dan tingkat kesusahan dari rute yang akan dilalui. Seringnya seorang pengendara akan mencoba untuk memilih rute yang optimum dengan preferensinya terhadap referensi yang tersedia. Menangani adanya subjektifitas dalam pemilihan rute tersebut digunakan Fuzzy Decision Rules untuk perankingan rute. Sistem fuzzy ini digunakan untuk menginterpretasikan informasi dan mengurangi stress dari pengendara dan menentukan rute optimum. Teck H. Ho 2003 menyatakan bahwa pelanggan akan merasa puas jika waktu delivery nyatanya lebih singkat dari yang diekspektasikan. Pelanggan akan tertarik pada waktu maksimal delivery yang terendah dan kualitas delivery yang tinggi. Sementara itu kualitas delivery terbatas dalam masalah waktu. Retno Kuswandari 2004 menyatakan bahwa ketidakmampuan AHP untuk mengatasi ketidakpresisian dan subjektifitas dalam proses perbandingan berpasangan telah teratasi dalam fuzzy-AHP FAHP. Dibandingkan bilangan crisp, fuzzy-AHP FAHP menggunakan nilai interval untuk menanggulangi ketidakpastian dari pengambil keputusan. Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan Penelitian