ANALISIS PENGARUH LOAN TO VALUE DAN FINANCING TO VALUE TERHADAP PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI INDONESIA

(1)

ANALYSIS OF AFFECTING LOAN TO VALUE AND FINANCING TO

VALUE TOWARDS HOME FINANCING DEMAND IN INDONESIA

Oleh IRAKAWATI

20130430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(2)

(3)

TERHADAP PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI INDONESIA

ANALYSIS OF AFFECTING LOAN TO VALUE AND FINANCING TO

VALUE TOWARDS HOME FINANCING DEMAND IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh IRAKAWATI

20130430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(4)

(5)

(6)

MOTTO

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Ash-Sharh: 6-8)

“Bersabalahlah. Membangun sesuatu yang besar memerlukan waktu, tidak

bisa diselesaikan dalam waktu semalam.”

“Jika pikiran dapat memikirkannya, dan hati saya dapat mempercayainya,

maka saya dapat mencapainya” (Muhammad Ali)


(7)

1. Skripsi ini ku persembahkan yang pertama untuk dua malaikat tanpa sayapku, Ibu dan Bapak ku tercinta yang telah memberikan doa restu dan semuanya yang aku butuhkan yang tidak bisa diberikan oleh orang lain. 2. Yang kedua untuk kakak-kakak ku yang juga selalu memberikan doa,

semangat dan lain-lain yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

3. Yang ketiga untuk Dosen Pembimbing, Bapak Dimas yang senantiasa memberikan ilmu dan arahan selama penyusunan skrispsi dari awal sampai akhir.

4. Yang keempat untuk sahabat sesurgaku, icha yang sudah meluangkan waktu, memberikan dukungan, memberikan petuah-petuah untuk tetap semangat dan memberikan apapun itu yang tidak bisa disebutkan satu persatu dari pertama ketemu,kenal, akrab sampai sekarang, walaupun sering berselisih paham. Tetaplah jadi yang terhebat dan kejar apapun yang bisa dikejar.

5. Yang kelima untuk Andi’s Squad dan The Gengs yang sudah menemani dan membantu saat penyusunan skripsi dari pagi sampai larut malam dan meramaikan sosmed, untuk The Gens Thank you for everything.

6. Selanjutnya untuk Mas Mahrus yang sudah mengajarkan cara olah data sampai membaca data saat proses penyusunan skripsi.

7. Untuk teman-teman seangkatan Ilmu Ekonomi 2013, terimakasih atas pertemanan saat pertama jadi maba sampai saat ini dan seterusnya, “KITA TETAP MENJADI KITA”

8. Dan terakhir untuk Almamaterku tercinta, dan semua yang ada didalamnya, terimakasih.

Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan untuk kita semua. Amin Allahuma Amin.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II... 9

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Teori Keynes ... 9


(9)

3. Investasi Residensial... 12

B. Landasan Konsep ... 13

1. Operasional Bank ... 13

2. Kebijakan Makroprudensial ... 14

3. Instrumen Loan to Value dan Financing to Value ... 17

4. Indikator Makroekonomi ... 20

5. Kredit Pemilikan Rumah ... 22

C. Penelitian Terdahulu ... 24

D. Kerangka Penelitian ... 26

E. Hipotesis ... 28

BAB III ... 29

METODELOGI ... 29

A. Objek Penelitian ... 29

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Definisi Operasional ... 30

1. Definisi Variabel ... 30

2. Alat Analisis ... 32

E. Model Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 32

1. Analisis Linier Berganda ... 33

2. Uji Asumsi Klasik ... 34

3. Uji Hipotesis ... 36

BAB IV ... 39

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 39


(10)

2. Hasil Uji Hipotesis ... 44

B. Pembahasan ... 49

1. Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Permintaan KPR... 49

2. Pengaruh Loan to Value dan Financing to Value terhadap Permintaan KPR 55 BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

C. Keterbatasan Penelitian ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Lampiran 1 Data Indeks Produksi Industri, Suku Bunga Kredit, Bagi hasil, LTV, FTV, KPR

Lampiran 2 Uji Normalitas

Lampiran 3 Uji Heterokedastisitas Lampiran 4 Uji Multikolinearitas Lampiran 5 Uji Regresi Linier Berganda


(12)

DAFTAR TABEL

2.1 Instrumen Kebijakan Makroprudensial Indonesia ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 26

4.1Hasil Uji Autokorelasi Bank Konvensional ... 41

4.2 Hasil Uji Autokorelasi Bank Syariah ... 41

4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Bank Konvensional ... 42

4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Bank Syariah ... 43

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Bank Konvensional ... 44

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Bank Syariah ... 44

4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Bank Konvensional ... 45

4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Bank Syariah ... 45


(13)

1.1Perkembangan Kredit Properti Tahun 2012-2015 ... 5

1.2Alur Kerangka Kebijakan Makroprudensial ... 7

2.1 Kurva Penawaran Kredit ... 10

2.2 Hubungan Rumah Baru dengan Penyaluran KPR ... 12

2.3 Kerangka Penelitian ... 28

4.1 Hasil Uji Normalitas Bank Konvensional ... 40

4.2 Hasil Uji Normalitas Bank Syariah ... 40

4.3 Kurva Fungsi Konsumsi ... 51

4.4 Kurva Penerapan Fungsi Konsumsi ... 51

4.5 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) ... 60

4.6 Sumber Pembiayaan Konsumen ... 60

4.7 KPR & KPA dan Total Kredit ... 61


(14)

(15)

(16)

vii INTISARI

Krisis keuangan global yang menjadi problematika negara-negara di dunia ini, menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan keuangan. Banyak negara terkena dampak dari krisis keuangan global. Indonesia mengalami krisis keuangan global pada saat itu dan Bank Indonesia (BI) dengan baik merespon dengan menerapkan kebijakan makroprudensial agar dapat memitigasi risiko kredit, modal, dan

governance. Penelitian ini fokus pada instrumen kebijakan makroprudensial yang

mengatur risiko kredit pemilikan rumah (KPR) yaitu Loan to Value (LTV) dan

Financing to Value(FTV).

Dalam penelitian ini juga menggunakan indikator makroekonomi seperti, suku bunga kredit, bagi hasil dan IPI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Loan to Value danFinancing to Valueterhadap permintaan KPR di Indonesia. Subjek dalam penelitian adalah bank umum konvensional dan bank Syariah di Indonesia. Metode yang digunakana yaitu regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Loan to Value danFinancing to Value

berpengaruh positif terhadap permintaan KPR di Indonesia. Terbukti dengan penurunan NPL dan NPF masing-masing sebesar 2,4% dan 3,11% kemudian permintaan KPR mencapai 0,12% (qtq) dan juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi disektor riil. Variabel IPI berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan penyaluran KPR. Variabel suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah di Indonesia. Variabel bagi hasil tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit pemilikan rumah di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam penerapan kebijakan Loan

to Value danFinancing to Value terhadap permintaan kredit pemilikan rumah

bepengaruh positif baik pada bank konvensional maupun pada bank Syariah di Indonesia.


(17)

viii

at the time and the Bank Indonesia (BI) and either respond by implementing a policy of macro prudential in order to mitigate credit risk, capital, and

governance. This research focus on policy instruments governing the risk macro prudential home financing growth(KPR)Loan to Value (LTV) and Financing to Value (FTV).

In this study also used macroeconomic indicators such as real interest rates, for the results and IPI. This research aims to analyze the effect of Loan to Value and Financing to Valuehome financing growthdemand in Indonesia. Subjects in his study are public banks conventional and Islamic banks bank in Indonesia. The method used is multiple regression.

The research results show that Loan to Value and Financing to Value positive effecon demandhome financing growth in Indonesia. As evidenced by the decline in the NPL and NPF respectively amounted to 2.4% and 3.11% then home financing growth reaches 0.12% (qtq) and also able to encourage economic growth in the real sector. IPI varible has positive and significant effect on the toward home financing demand. Variable ineterst rates negative and significant effect againts the demand for home loans in Indonesia. Variable profit sharingno effest against the demand for home loans in Indonesia.The study concluded that in implementing policies Loan to Value and Financing to Value to demand home financing growth positive effect both on conventional banks and Islamic banks in Indonesia.

Keyword: Loan to Value, Finance to Value, TheMacro Indicators, Home Financing Growth, Indonesia


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia semakin pesat seiring dengan kemajuan perekonomian Indonesia, bisa dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan, apartemen, hotel, rumah, ruko, pusat perbelanjaan, dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini dibarengi dengan meningkatnya kredit konsumsi masyarakat termasuk disektor properti.Berdasarkan(Heratri, 2015), yang menyatakan bahwa sejak tahun 2011 industri properti terus menunjukkan tren peningkatan terutama pada sektor kredit konsumsi. Pertumbuhan sektor tersebut didominasi oleh kredit pemilikan rumah, yang mencapai angka 33,12% (yoy) melebihi pertumbuhan agregat sebesar 24,4% (yoy).

Pertumbuhan ini terus mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2012 sampai dengan pertengahan tahun 2013. Pertumbuhan kredit yang sangat tinggi yaitu pada segmen flat dan apartemen. Bulan Mei 2013 kredit pemilikan flat/apartemen tumbuh sebesar 87,4% dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Antara tahun 2011 sampai 2013, harga properti residensial meningkat sebesar 30% per tahun. Artinya, harga properti tidak mengalami tren penurunan yang signifikan pada tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan kredit perumahan relatif stabil.

Januari 2011 KPR untuk tipe > 70 m2mencapai 35,0%, dibulan yang sama tahun 2012 mengalami kenaikan mencapai 47,2%.


(19)

KPR tipe >70m² sempat mengalami penurunan di bulan Maret sampai dengan Juni 2013 dan mengalami tren meningkat di bulan Juli sebesar 25,5%. Sedangkan untuk pertumbuhan KPR tipe >70m² di bank Syariah tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp 79.817,00 dan tahun 2015 mengalami perlambatan sebesar Rp 77.167,00. Selain itu, dari sisi posisi pergerakan saham perumahan yang mengalami penurunan. Saham dibidang properti secara mayoritas selama tiga bulan terakhir mengalami penurunan 8,9%, nilai tukar yang mengalami depresiasi sampai menembus Rp 13.570,00 di ikuti dengan kenaikan suku bunga kreditdi triwulan III 2016 15,92% (Badan Pusat Statistik, 2016). Tentunya akan menambah besar resiko gagal bayar bagi kredit perumahan dan tidak mencerminkan harga yang sebenarnya.

Bercermin dari krisis global di Amerika Serikat pada tahun 2008 akibat dari subprime mortgage yaitu adanya pemberian kredit yang tidak kredibel oleh perbankan kepada debitur sehingga menimbulkan gelembung di sektor properti dan menimbulkan dampak yang sistemik di negara lain, termasuk Indonesia.Hal ini menyebabkan stabilitas dan sistem keuangan memburuk. Bagi pihak otoritas yaitu BI, krisis menjadi catatan penting dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan. Menjaga pertumbuhan perekonomian di Indonesia agar tetap berada pada momentum yang positif maka diperlukan upaya meningkatkan pembiayaan denganmendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan baik bank konvensional maupun bank Syariah.

Makroprudensial mulai dikenalkan sejak krisis di tahun 1990-an. Kebijakan ini dinilai lebih menyeluruh. Oleh karena itu dalam memperbaiki


(20)

3

perekonomian Indonesia pasca krisis 2008, Bank Indonesia semakin fokus pada kebijakan makroprudensial ini(Bank Indonesia, 2014). Kebijakan makroprudensial ada enam tahapan yaitu monitoring sistem keuangan, identifikasi risiko, penilaian risiko, pemberian sinyal risiko, desain dan implementasi kebijakan hingga evaluasi akhir atas efektivitas kebijakan yang diambil.

Berkaca dari krisis ekonomi pada tahun 2008 akibat dari hancurnya industri properti dan upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin akan ditimbulkan dalam penyaluran kredit, Bank Indonesia melalui penyesuaian terhadap kebijakan makroprudensial dengan menggunakan instrumennya yaituLoan to Value danFinancing to Valueyang dilakukan secara proporsional dan terukur. Saat properti mengalami permintaan yang tinggi dan memiliki kemungkinan akan terjadinya economic bubble, LTV dan FTV berguna untuk menurunkan permintaan tersebut dengan cara melakukan pengetatan rasio LTV dan FTV. Ketika,propertimelemah keduanya dapat menjadi penggenjot pertumbuhan properti dengan melakukan pelonggaran pada rasio keduanya.

Loan to Value danFinancing to Value merupakan rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberian kredit berdasarkan harga penilaian terakhir (Bank Indonesia, 2013). Dalam aturan disebutkan, untuk rasio di perbankan konvensional kredit rumah pertama tipe 70m² ke atas akan dikenakan LTV maksimal 70%, rumah kedua 60%, rumah ketiga dan seterusnya 50%. PerbankanSyariah, kredit rumah pertama


(21)

tipe 70m² ke atas dikenakan FTV maksimal 80%, rumah kedua 70%, rumah berikutnya 60%.

Tujuan pembatasan rasio LTV dan FTV untuk menjaga stabilitas sistem keuangan terutama di sektor kredit properti, karena permintaan kredit tinggi dan harga properti yang sangat tinggi merupakan salah satu risiko yang perlu dicermati. Di sisi lain, penarapan LTV dan FTV bertujuan untuk memberikan kesempatan besar bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah untuk memperoleh rumah yang layak huni serta meningkatkan aspek perlindungan konsumen disektor properti. Instrumen ini akan senantiasa dirubah oleh Bank Indonesia sesuai dengan fenomena yang terjadi dan kebutuhan ekonomi. LTV dan FTV sudah mengalami beberapa kali perubahan akibat dari fluktuasi pertumbuhan properti.

(Mankiw, 2014) menyatakan bahwa dalam teori permintaan (law of demand), permintaan suatu barang akan mengalami penurunan ketika harga barang tersebut mengalami kenaikan. Namun di teori ini tidak berlaku untuk properti. Harga properti semakin tahun semakin tinggi dibarengi dengan semakin tinggi pertumbuhan dari properti itu sendiri. Menurut Maisarah (2015), harga properti tidak mengalami penurunan disebabkan karena beberapa alasan, yaitu : Pertama, orientasi masyarakat Indonesia dan asing untuk investasi properti cukup tinggi, sehingga harga yang semakin naik tidak menyurutkan para investor untuk membeli properti di Indonesia. Kedua, demografi di Indonesia yang semakin naik mendorong terciptanya kebutuhan yang semakin besar terhadap konsumsi termasuk permintaan rumah.


(22)

5

Kenaikan pertumbuhan properti yang agresif meyebabkan kekhawatiran bagi pemerintahan khususnya Bank Indonesia, terhadap risiko bubble ekonomi. Pertengahan tahun 2013, BI melakukan revisi terhadap rasio LTV dan FTV dengan melakukan pengetatan tepatnya pada tanggal 24 September 2013. Tujuannya meminimalisir demandpembelian properti melalui perbankan konvensional dan Syariah. Pengetatan yang dilakukan pada September 2013 membuahkan hasil yang signifikan. Penyaluran kredit properti mengalami penurunan walaupun sempat mengalami kenaikan di tahun 2014 mencapai 25,86%. Namun sampai kuartal IV tahun 2015 pertumbuhan kredit properti semakin menurun (Budiyanti, 2015).

September 2015 Bank Indonesia menerbitkan surat edaran baru Peraturan Bank Indonesia No. 17/10/PBI/2015 tentang rasio Loan to Value dan rasio Financing to Value untuk kredit pemilikan rumah dan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor.

Gambar 1.1.

Perkembangan Kredit Properti tahun 2012-2015 Sumber :Bank Indonesia, 2015

Pelonggaran rasio LTV dan FTV ini juga diharapkan bisa membantu menekan rasio pembiayaan bermasalah atau kredit bermasalah.

2012 2013 2014 2015

Tot al Kredit (Rp Trilliun) 184.278 213.131 268.238 305.957 Pert um buhan Kredit (%) 26.56 15.66 25.86 14.06

0 100 200 300 400


(23)

Jika pembiayaan naik pembaginya lebih besar, NPL diharapkan bisa menurun. Penelitian (Hahm, 2011), tentang efektivitas penggunaan instrumen kebijakan makroprudensial di Korea Selatan menunjukkan bahwa Loan to Value (LTV), LDR dan GWM efektif untuk mengurangi siklus kredit. Bank merupakan sumber institusi penting dan utama dalam pembiayaan eksternal suatu bisnis dibanyak negara. Bahkan peran yang lebih besar lagi yaitu dapat membantu meningkatkan perekonomian suatu negara termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia(Mishkin, 2001). Saat ini peran tersebut tidak hanya dimonopoli oleh perbankan konvensional, tetapi perbankan Syariah sebagaiperbankan yang belum lama berkembang, telah turut menyumbangkan kiprahnya dalam perekonomian Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengulas pengaruh dan efektivitas LTV dan FTV di Indonesia maka penulis mengangkat judul “Analisis Pengaruh Loan to Value danFinancing to Value terhadap Permintaan KreditPemilikan Rumah di Indonesia”.

B. Batasan Masalah

Kebijakan LTV atau FTV ini ditujukan untuk lebih meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam penyaluran kredit properti. Hal ini juga telah mempertimbangkan ketika pertumbuhan kredit di sektor properti di Indonesia meningkat dan juga mempertimbangkan ketika penyaluran kredit melemah. Ketika BI melakukan pelonggran LTV dan FTV juga dibarengi dengan controling variabel makroekonomi melalui IPI, suku bunga kredit dan bagi


(24)

7

hasil. Sesuai dengan gambar 1.2yang akan digunakan yaitu tahap enam pada elemen dua, yaituevaluasi efektivitas kebijakan.

Elemen 2

Elemen 1 Survaillance

Gambar 1.2.

Alur Kerangka Kebijakan Makroprudensial Sumber : Harun, (2013)

C. Rumusan Masalah

Loan to Value dan Financing to Valuemerupakan instrumen kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas. Bank Indonesia menggunakan pendekatan counter cyclical, yaitu melakukan pengetatan regulasi dalam kondisi permintaan kredit yang tinggi untuk menjaga perekonomian tetap produktif dan mampu menghadapi tantangan disektor keuangan dimasa yang akan datang.Bank Indonesia menyadari bahwa ketika pelonggaran LTV dan FTVakan berpotensi peningkatan eksposur risiko kredit. Disisi lain, ketika pengetatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) cenderung mengalami trend menurun baik pada perbankan Syariah maupun perbankan konvensional.

M onit oring sist em Keuangan

Penilaian Risiko

Int rum en Kebijakan M akroprudensial

Ident ifikasi

Risiko CM P

Pem berian Sinyal Risiko Desain dan Im plem ent asi

Kebijakan

Evaluasi Efekt ivit as Kebijakan

1 2 3 4


(25)

Tinggi rendahnya permintaan kredit disektor perumahan tidak lepas dari pengaruh indikator makroekonomi yaitu IPI, suku bunga kredit dan bagi hasil. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu analisis pengaruh instrumen kebijakan yang telah ditetapkan pada perbankan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Apakahindikator makroekonomi berpengaruh terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia?

2. Apakah Loan to Value dan Financing to Valueberpengaruh terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh indikator makroekonomiterhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR)di Indonesia.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh Loan to Value dan Financing to Value terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Bank Indonesia (BI) sebagai refrensi dan bahan evaluasi bagi pembagian kebijakan dalam rangka mengukur pengaruh instrumen makroprudensial yaitu Loan to Value (LTV)dan Financing to Value (FTV) dan pengaruh variabel makroekonomi terhadap permintaan KPR di Indonesia.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Keynes.

Teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa “pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsi dan tingkat tabungannya. Sebaliknya, apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol (0). Dalam teori Keynes menggunakan hipotesis pendapatan absolut yang pada intinya menjelaskan bahwa ketika konsumsi seseorang secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.

Terdapat tiga dasar dalam teori ini yaitu; konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak sebesar pendapatan. MPC antara nol dan satu kemudian perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1). APC akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga pada setiap kenaikan pendapatan tabungan juga akan meningkat. Dan yang terakhir pendapatan adalah determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi, faktor lain tidak dianggap berarti.


(27)

2. Teori Penawaran Kredit.

Dalam pasar kredit, penawaran kredit ditentukan oleh jumlah kredit dan harga dari kredit yaitu tingkat suku bunga. Selain itu, penawaran kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti kondisi internal perbankan serta efisiensi perbankan.

Gambar 2.1. Kurva Penawaran Kredit Sumber : Sadono, (1999)

Kurva penawaran kredit bergerak dari kiri bawah ke kanan atas atau sebaliknya dari kanan atas ke kiri bawah. Berdasarkan kondisi tersebut maka kurva penawaran memiliki kemiringan/slope positif. Maka apabila tingkat suku bunga rendah maka jumlah dana pinjaman yang ditawarkan juga semakin rendah. Model kredit dalam sistem perbankan menurut Melitz dan Pardue dirumuskan sebagai berikut :

SK = g (S, ic, ib, BD) Keterangan :

SK = jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank S = kendala-kendala yang dihadapi bank ic = tingkat suku bunga kredit di bank


(28)

11

ib = biaya opurtunitas meminjam uang BD = biaya deposito bank

Berdasarkan teori Militz dan Pardue, penerapan aturan kebijakan Loan to Value pada penyaluran kredit properti khususnya kredit pemilikan rumah (KPR) merupakan kendala yang dihadapi bank dalam memberikan kredit kepada nasabah. Aturan tersebut membatasi bank dalam memberikan pinjaman terhadap nilai agunan sehingga menjadi kendala dalam bank memberikan kredit. Penawaran kredit bank memiliki hubungan positif terhadap kendala-kendala yang dihadapi bank. Hal ini dapat diaplikasikan bahwa apabila Loan to Value meningkat maka pinjaman yang diberikan bank semakin meningkat atau dengan kata lain bank memberikan pinjaman kredit pemilikan rumah (KPR) semakin meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa Loan to Value memiliki hubungan terhadap penawaran kredit sehingga mempengaruhi keputusan bank dalam memberikan kredit pemilikan rumah. Selain itu, berdasarkan teori Militz dan Pardue tingkat suku bunga kredit bank memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit bank adalah jangka waktu kredit. Jangka waktu kredit menentukan tingkat suku bunga yang dikenakan untuk nasabah. Hal ini disebabkan risiko yang ditanggung peminjam akan semakin besar apabila jangka waktu peminjam bertambah panjang. Semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan maka tingkat suku


(29)

bunga yang dikenakan juga semakin meningkat. Dalam hal ini dapat dikaitkan bahwa, jangka waktu kredit memiliki pengaruh terhadap penawaran kredit melalui tingkat suku bunga kredit.

3. Investasi Residensial.

Kredit pemilikan rumah (KPR) termasuk kredit konsumtif dengan penyaluran untuk individu. KPR dapat bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan primer sebagai kebutuhan tempat tinggal dan spekulasi sebagai investasi.

Gambar 2.2.

Hubungan Rumah Baru dengan Penyaluran KPR Sumber : Mankiw, (2000)

Berdasarkan gambar 2.2 dapat dilihat bahwa kenaikan harga rumah menyebabkan permintaan akan rumah menjadi lebih banyak. Hal ini mendorong pembangunan rumah baru sehingga jumlah rumah yang dibangun menjadi meningkat. Peningkatan harga rumah juga


(30)

13

mempengaruhi penyaluran kredit khususnya kredit pemilikan rumah (KPR). Peningkatan permintaan perumahan menyebabkan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) mengalami peningkatan. Apabila harga rumah naik maka permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan KPR merupakan sumber pembiayaan dari perbankan yang dapat dipergunakan dalam melakukan pembelian rumah. Kenaikan harga rumah menyebabkan penyediaan dana untuk pembelian rumah juga lebih besar sehingga diperlukan sumber pembiayaan seperti KPR dalam meringankan pembelian rumah.

B. Landasan Konsep 1. Operasional Bank.

Lembaga keuangan bernama bank bukan sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat. Keberadaan bank memiliki fungsi yang besar di kalangan masyarakat. Jika dulu bank hanya dikenal bagi pihak-pihak yang ingin menabung sebagian uangnya, saat ini fungsi bank dan kegiatan operasional bank semakin beragam. Mulai dari menstransfer dana secara real time antar rekening, pembayaran dan penerimaan gaji, pembayaran terhadap barang dan jasa, sampai melakukan investasi. Bank sekarang tidak hanya dimiliki oleh pemerintah namun juga pihak-pihak swasta, baik bank konvensional maupun bank Syariah.

Bank konvensional menurut pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu, bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu


(31)

lintas pembayaran.Bank umum merupakan bagian dari perbankan nasional yang memiliki fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta pemberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank Syariah adalah lembaga keuangan Syariah yang tugas pokoknya memberikankredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Akad yang dijalankan dalam bank Syariah secara umum ada beberapa yaitu, mudharobah, musyarakah, ijarah, istisnah.

Kegiatan operasional bank secara umum yaitu penghimpun dana dengan cara mengeluarkan berbagai produk keuangan, pemberian kredit ataupun pembiayaan diberikan dengan berbagai produk, mulai dari kredit pemilikan rumah (KPR) sampai kredit tanpa agunan, pemindahan dana berupa transfer antar daerah ataupun pengiriman uang ke luar negeri dan yang terakhir penyimpan barang dan surat berharga.

2. Kebijakan Makroprudensial.

Kebijakan makroprudensial sudah diterapkan di dunia sejak lama yang pada akhirnya membentuk definisi-definisi dengan banyak versi. Definisi kebijakan makroprudensial versi IMF (2011) adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko sistemik. Secara garis besar menurut Bank Indonesia (BI) bahwa kebijakan makroprudensial yang menjadi tugas utama BI adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Di Indonesia, ketika


(32)

15

risiko instabilitas sistem keuangan berasal dari tekanan inflasi dan volitalitas nilai tukar rupiah, maka kebijakan makroprudensial yang diambil oleh BI akan selalu mengarah pada usaha untuk menuntaskan kedua masalah tersebut dengan pengetatan moneter melalui suku bunga kreditacuan.

Ketika BI rate naik, bunga kredit bank juga akan naik. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan kredit tidak terlalu tinggi, terutama pada kredit konsumsi yang ditopang oleh kredit perumahan dan kendaraan. Disisi lain, BI juga senantiasa menjaga nilai tukar rupiah agar selalu stabil yang disesuaikan dengan kebutuhan. Risiko dalam makroprudensial mencakup dua dimensi yaitu dimensi time series dan dimensi cross section. Dimensi time series melihat risiko yang terdapat dalam sistem keuangan berevolusi sepanjang waktu. Dimensi ini mendeteksi ada tidaknya procyclicality yaitu, suatu kondisi dimana pelaku pasar memilih mengambil risiko atau menghindari risiko yang akan memperbesar simpangan siklus ekonomi (memperdalam economic downtown atau mempertinggi economic upturn).

Dimensi cross section melihat bagaimana suatu risiko terdistribusi dalam sistem keuangan pada satu periode tertentu yang disebabkan oleh kesamaan eksposur (concentration risk) dan/atau interlink dalam sistem keuangan (contagion risk). Karena suatu risiko yang terjadi pada sebuah institusi keuangan dapat berakibat negatif pada institusi lainnya dan juga


(33)

sistem, baik melalui saluran langsung ataupun tidak langsung (Bank Indonesia, 2015).

Kebijakan makroprudensial dimulai sejak tahap awal yaitu pemetaan dan pemantauan risiko, hingga berlanjut ketahap pemilihan instrumen kebijakan. Tahap terakhir evaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan yang diambil.Konsep dari makroprudensial memiliki dua konsep yang pertama, risiko diukur dari spillover dampak dan biaya yang ditimbulkan, termasuk interaksi dengan makroekonomi. Kedua yaitu, kesehatandan kinerja institusi keuangan tidak lagi menjadi syarat perlu bagi SSK, apabila kegagalan atau risiko pada satu institusi atau beberapa institusi tidak menimbulkan dampak signifikan pada sistem dan tidak lagi menjadi syarat cukup apabila terdapat common risk factor, concertration risk (Bank Indonesia, 2013).

Sesuai kewenangan BI yang tersirat dalam UU OJK pasal 7 dan 40 instrumen yang digunakan dalam kebijakan makroprudensial tersebut adalah sebagai berikut:


(34)

17

Tabel 2.1.

INSTRUMEN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL INDONESIA

Risiko Instrumen

Kredit Loan to Value (LTV) Financing to Value (FTV)

Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio (GWM LDR)

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)

Likuiditas Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio (GWM LDR)

Posisi Devisa Neto (PDN) Tata Kelola

(Governance)

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Modal Counter-Cyclical Capital Buffer (CCB)

Capital Surcharge Sumber : Bank Indonesia, (2015)

3. Instrumen Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV).

Instrumen yang berkaitan dengan pembatasan penyaluran kredit properti dan pembiayaan properti adalah LTV untuk perbankan konvensional dan FTV untuk perbankan Syariah. LTV merupakan angka rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan bank terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberian kredit berdasarkan harga penilaian akhir. FTV adalah rasio antara nilai pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank Syariah terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberian pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir (Peraturan Bank Indonesia No. 17/10/PBI/2015, 2015: 4).

Kebijakan ini mengatur besarnya jumlah kredit dan pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank kepada nasabah sesuai dengan rasio dan kategori atau jenis kredit yang akan dilakukan (Budiyanti, 2015: 13). Adapun tujuan diterapkannya kebijakan ini adalah untuk mendorong


(35)

kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan pembiayaan sehingga risiko kredit macet dan pembiayaan bermasalah dapat dicegah. Selain itu, untuk meningkatkan aspek perlindungan konsumen di sektor properti serta memberikan kesempatan kepada masyarakat menengah ke bawah untuk memperoleh rumah yang layak huni. Sebagaimana yang tertera dalam PBI No. 17/10/PBI/2015, dalam perhitungannya dalam rasio LTV, kredit ditetapkan berdasarkan plafon kredit yang diterima oleh debitur sesuai dengan perjanjian sedangkan nilai agunan dari properti ditentukan berdasarkan pada nilai taksiran yang dilakukan penilai intern bank atau penilai independen.

Instrumen FTV, dalam perhitungan pembiayaan ditetapkan sesuai dengan jenis akad yang digunakan yaitu:

a. Akad jual beli atau murabahah, merupakan KPR dimana bank menetapkan margin dari harga jual rumah. Besarnya margin ini ditentukan oleh jangka waktu cicilan yang telah disepakati. Cicilan setiap bulan yang dikenakan akan tetap sama dari awal sampai akhir masa cicilan. KPR ini paling umum digunakan dalam bank Syariah karena paling mudah dipahami oleh masyarakat.

b. Akad kepemilikan bertahap atau musyarakah mutanawisah (MMQ), yaitu KPR dengan konsep kepemilikan bertahap. Jadi bank dan nasabah sama-sama membeli rumah, kemudian porsi kepemilikan bank terhadap rumah akan berkurang secara bertahap seiring dengan pembayaran cicilan oleh nasabah pada bank.


(36)

19

c. Akad sewa beli atau ijarah muntahiya bittamlik (IMBT), adalah KPR dengan konsep sewa beli di mana nasabah dianggap menyewa rumah pada bank dan pada masa akhir cicilan nasabah memiliki pilihan untuk membeli rumah tersebut. Dengan demikian nilai yang dibayarkan nasabah pada bank setiap bulan seolah-olah adalah uang sewa yang dibayarkan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Uang muka KPR IMBT merupakan uang jaminan yang diperhitungkan sebagai tanda jadi pembelian. Bila pada masa akhir cicilan nasabah memilih untuk tidak membeli rumah tersebut, maka uang muka dikembalikan oleh bank dan rumah tetap menjadi milik bank.

Kemudian untuk nilai agunan juga ditetapkan berdasarkan pada nilai taksiran yang dilakukan oleh penilai intern bank Syariah atau penilai independen. Dalam rangka menjaga pertumbuhan perekonomian nasional diperlukan upaya untuk meningkatkan pembiayaan perkonomian dengan mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Upaya ini dilakukan oleh Bank Indonesia dengan membuat penyesuaian kebijakan makroprudensial dengan memberikan kelonggaran dalam ketentuan perkreditan khususnya dalam sektor properti dan kendaraan bermotor. Bentuk kebijakan yang diberikan yaitu dengan meningkatkan rasio Loan to Value (LTV) dan rasio Financing to Value (FTV) untuk kredit dan pembiayaan properti.


(37)

4. Indikator Makroekonomi. a. Suku Bunga Kredit.

Teori Karl dan Fair dalam Wicaksono (2010) mengatakan bahwa suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Menurut (Kasmir, 2007) ada dua macam suku bunga dalam kegiatan perbankan, yaitu : bunga simpanan dan bunga pinjaman. Suku bunga simpanan yaitu, bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya dibank, misal giro, bunga tabungan dan bunga deposito. Sedangkan suku bunga kredit atau bunga pinjaman yaitu, bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank sesuai dengan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh perbankan.

Jika suku bunga rendah, maka orang akan cenderung melakukan investasi jangka panjang, sedangkan ketika suku bunga mengalami kenaikan maka orang akan cenderung menunda investasi jangka panjang. Kenaikan suku bunga berdampak negatif terhadap permintaan kredit atau pembiayaan rumah, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan juga menurunkan laba bersih.


(38)

21

b. IPI.

Indeks produksi industri adalah indikator ekonomi yang menghitung tingkat output yang dihasilkan semua industri di suatu negara. Indeks Produksi Industri dihitung dengan mempertimbangkan beberapa komponen baik dari segi kapasitas output dan efisiensi hingga terbentuk menjadi indeks. Indeks produksi adalah indeks yang berhubungan langsung pada sektor riil. Peningkatan dan penurunan indeks dapat mengindikasikan keadaan perekonomian. Karena adanya pengaruh penawaran dan permintaan di pasar barang dan jasa.

c. Bagi Hasil.

Profit- loss sharing berarti keuntungan dan atau kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan ekonomi atau bisnis yang ditanggung secara bersama-sama. Dalam atribut nisbah bagi hasil tidak terdapat fixed and certainretrunsebagaimana bunga, tetapi dilakukan profit and sharing berdasarkan produktifitas nyata dari produk tersebut (Azwar, 2001). Dalam sistem Profit Loss Sharing harga modal ditentukan secara bersama dengan peran dari kewirausahaan. Price of capital dan enter preneurship merupakan kesatuan integratif yang secara bersama-sama harus diperhitungkan dalam menentukan harga faktor produksi. Dalam pandangan Syariah uang dapat dikembangkan hanya dengan suatu produktifitas nyata. Tidak ada tambahan atas pokok uang yang tidak menghasilkan produktifitas (Agunggunanto, 2011).


(39)

Dalam perjanjian, bagi hasil yang disepakati adalah proporsi pembagian hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Nilai nominal bagi hasil yang nyata-nyata diterima, baru dapat diketahui setelah hasil pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada (ex post phenomenon, bukan ex ente).

Nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama. Besarnya nisbah biasanya akan dipengaruhi oleh pertimbangan kontribusi masing-masing pihak dalam bekerja sama (share and partnership) dan prospekperolehan keuntungan (expected return) serta tingkat resiko yang mungkin terjadi (expected risk). (Anto, 2003).

5. Kredit Pemiikan Rumah (KPR).

Kredit adalah sistem peminjamana uang dengan pembayaran berjangka yang ditetapkan oleh kedua belah pihak antara peminjam (debitur) dan pemberi pinjaman (kreditur). Menurut UU No 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pada perbankan syariah kredit biasa disebut dengan pembiayaan.

Tujuan dari kredit ada dua yaitu pertama profitabilitas dimana kredit yang disalurkan dapat memperoleh keuntungan dari tingkat pengembalian yang ditentukan. Kedua safety yaitu, keamanan kredit yang diberikan benar-benar terjamin. Selain tujuan, fungsi kredit dalam


(40)

23

perekonomian adalah kredit dapat meningkatkan daya guna modal, kredit dapat meningkatkan daya guna barang, kredit sebagai alat stabilias perekonomian, dan kredit dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Dengan meningkatnya kredit baik untuk konsumsi atau produksi maka secara otomatis akan meningkatkan pendapatan nasional.

KPR atau kredit pemilikan rumah merupakan bagian dari fasilitas bank untuk membeli dan memiliki rumah dengan pendanaa atau kredit bank. Berdasarkan agunan maka, KPR dibedakan atas :

a. KPR multiguna atau KPR Refinancing, merupakan KPR yang menggunakan rumah yang sudah dimiliki sebagai agunan.

b. KPR bersubsidi, yaitu KPR yang disediakan bank sebagai bagian dari program pemerintah atau Jamsostek, dalam rangka memfasilitasi pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RSH) oleh masyarakat berpengahasilan rendah sesuai kelompok sasaran.

c. KPR non Subsidi atau konvensional, produk KPR yang disediakan oleh perbankan dengan persyaratan yang mengikuti ketentuan umum perbankan dan tingkat suku bunga reguler yang ditetapkan oleh perbankan.

d. KPR Syariah, program KPR ini tidak jauh berbeda dengan KPR non subsidi atau konvensional, tetapi yang membedakan terletak


(41)

pada transaksi yang menggunakan prinsip akad murabahah, musyarakah mutanaqisah dan IMBT .

C. Penelitian Terdahulu

R.r Anggraini Puspa Dewi, Universitas Brawijaya, Malang. Publikasi pada Agustus 2016 dengan judul “Analisis Permintaan Kredit Pemilikan RumahStudi kasus Bank Tabungan Negara”. Data yang digunakan dari triwulan I-2008 sampai dengan triwulan I-2015, menggunakan metode regresi linier berganda. Dengan hasil, variabel PDB rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan KPR. Sedangkan suku bunga kredit, inflasi dan dummy LTV tidak signifikan berpengaruh terhadap permintaan KPR (Dewi, 2016).

Neneng Ela Fauziyyah, Universitas UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Publikasi pada 23 November 2016 dengan judul “Analisis Dampak Kebijakan Pelonggaran Financing to Value (FTV) terhadap penyaluran Pembiayaan Properti di Perbankan Syariah dalam Kerangka Kebijakan Makroprudensial”. Data yang digunakan berupa periode bulanan dimulai dari 2010M01 sampai dengan 2016M04, metode yang digunakan adalah Vector Error Corection Model (VECM). Dengan hasil variabel FTV, IPI dan inflasi berpengaruh positif sedangkan BI rate berpengaruh negatif (Fauziyyah, 2016).

Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 38 No. 1 September 2016 dari Intan Wulandari, Muhammad Saifi, dan Devi Farah Azizah, di publikasikan pada September 2016 dengan judul “Analisis Kebijakan


(42)

25

Loan to Value sebagai Usaha Meminimalisir Kredit Bermasalah dalam Penyaluran KPR (Studi Kasus pada PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk kantor cabang Kediri). Berdasarkan hasil perhitungan dengan adanya pelonggaran rasio Loan to Value berdampak pada penawaran penyaluran fasilitas KPR yang disalurkan dan diikuti dengan penurunan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang dihasilkan (Intan Wulandari d. , 2016).

Dona Nove Lasmarohana, Universitas Brawijaya, Malang. Publikasi pada 3 Februari 2015 dengan judul “Analisis Pengaruh Loan to Value, Jangka Waktu Kredit, Tingkat Pendapatan dan Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah studi Kasus pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Malang”. Data yang digunakan adalah hasil dari observasi mulai Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 dengan 70 observasi, metode yang digunakan yaitu regresi logistik. Dengan hasil LTV dan tingkat pendapatan berpengaruh positif. Sedangkan tanggungan keluarga berpengaruh negatif dan jangka waktu kredit tidak berpengaruh(Lasmarohana, 2015).

Akhmad Kholisudi publikasi tahun 2012 dengan judul “Determinasi Permintaan Kredit Rumah Pada Bank Umum di Jawa Tengah Periode tahun 2006-2010”. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda dengan metode ordinary least square. Variabel suku bunga kredit, nilai tukar dalam pengujian hipotesis signifikan lebih besar dari 0,05 (∝=5%), sedangkan inflasi tidak signifikan. Secara simultan, variabel suku bunga kredit, inflasi dan nilai tukar berpengaruh


(43)

terhadap permintaan kredit rumah pada Bank Umum di Jawa Tengah tahun 2006-2010 (Kholisudin, 2012).

Tabel 2.2.

PENELITIAN TERDAHULU Variabel Suku bunga dan

Bagi Hasil

IPI LTV dan FTV

Permintaan KPR

-(Akhmad Kholisudi,2012)

+(Neneng Ela Fauziyyah, 2016)

+(Intan Wulandari, Muhammad Saifi, dan Devi Farah Azizah, 2016)

-(Neneng Ela Fauziyyah, 2016

+(Dona Nove Lasmarohana, 2015)

+(Neneng Ela Fauzziyah, 2016)

D. Kerangka Penelitian

Surveillance, sistem keuangan untuk evaluasiefektivitas dan pengaruh makroekonomi dan makroprudensial terhadap permintaan kredit. Melalui IPI, suku bunga kredit, bagi hasil. Kebijakan makroprudensial menggunakan instrumennya yaitu LTV dan FTV yang berhubungan positif terhadap permintaan kredit pemilikan rumah.

Variabel makroekonomi yaitu, IPI mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan kredit hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh R.r Anggraini Puspa Dewi ditahun 2016. Sesuai teori Keynes yang mengatakan bahwa C=Y, semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsi dan tingkat tabungannya juga akan bertambah.

Berkaca dari teori penawaran kredit, dalam pasar kredit ditentukan oleh jumlah kredit dan harga dari kredit yaitu tingkat suku


(44)

27

bunga. Menurut penelitian Akhmad Kholisudin ditahun 2012, yang menyatakan suku bunga berhubungan negatif terhadap permintaan kredit. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah jangka waktu kredit. Semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan maka tingkat bunga yang dikenakan juga semakin meningkat.

Ketika rasio Loan to Value danFinancing to Valuediketatkan artinya rasionya kecil dan DP (Down Payment) yang harus dibayarkan masyarakat kepada bank nilainya tinggi. Misalkan, pengetatan penerapan rasio dari 70% dengan DP 30% menjadi 60% dengan DP 40%, mengakibatkan permintaan kredit atau pembiayaan rumah menurun karena DP yang harus dibayarkan terlalu besar. Sebaliknya, ketika terjadi pelonggaran dari 70% dengan DP 30% menjadi 80% dengan DP 20% yang akan mengakibatkan permintaan rumah meningkat karena DP yang harus dibayarkan kecil.

Dalam penelitian ini, tipe rumah yang digunakan yaitu tipe rumah >70 m² karena paling banyak diminati dibandingkan tipe yang lain dan tipe > 70 m² yang terkena LTV diantara tipe dibawahnya. Intan Wulandari, Muhammad Saifi dan Devi Farah Azizah melakukan penelitian yang mengatakan bahwa LTV berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR).

Peneliti berusaha menjelaskan permintaan kredit rumahuntuk bisa menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dimana dalam permintaan KPR dipengaruhi oleh LTV dan FTV, kemudian variabel IPI, suku bunga


(45)

kredit, danbagi hasil. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat di gambarkan kerangkapemikiran sebagai berikut:

(+) (-)

(+)

Gambar 2.3. Kerangka Penelitian E. Hipotesis

1. Diduga indikator makroekonomiberpengaruh signifikan terhadap permintaan KPR di Indonesia :

a. IPIberpengaruh positif terhadap permintaan KPR, ketika IPI naik, permintaan KPR meningkat.

b. Suku bunga kredit, berpengaruh negatif terhadap permintaan KPR, ketika suku bunga kredittinggi, permintaan KPR menurun.

c. Bagi hasil berpengaruh negatif terhadap permintaan KPR, bagi hasil tinggi, permintaan KPR menurun.

2. Diduga LTV dan FTV berpengaruh positif terhadap permintaan KPR di Indonesiadan, ketika Loan to Value danFinancing to Value naik (dilonggarkan), permintaan KPR mengalami peningkatan dan sebaliknya.

Perm int aan Kredit Pem ilikan Rum ah (bank konvensional dan bank Syariah)

Indikator Makroekonomi

IPI (+)

m akroprudensial

bagi hasil (-)

SBK (-) LTV dan FTV (+)


(46)

29

BAB III

METODOLOGI

A. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek yang digunakan yaitu kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Subjek penelitian dari indikator makroekonomi yaitu IPIyang dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun, suku bunga kredit digunakan untuk acuan masyarakat dalam membayar kredit pada bank konvensional, sedangkan untuk bank Syariah menggunakan bagi hasil untuk menentukan pembagian hasil antara bank dan nasabah.Subjek penelitian lainnya yang termasuk dari instrumen makroprudensial yaitu,LTV dan FTV untuk mengontrol permintaan kredit atau pembiayaan rumah di Indonesia. B. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan diperoleh dengan tujuan bukan untuk penelitian yang sedang dilakukan tetapi data dikumpulkan untuk tujuan lain. Data sekunder didapatkan pada buku, literatur, jurnal, dokumen maupun dari berbagai lembaga seperti organisasi, badan pusat statistik, perusahaan, dan kantor pemerintahan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Data yang digunakan berupa data runtut waktu (time series) bulanan dengan membandingkan antara bank konvensional dan bank Syariah, dimulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan bulan September tahun 2016.


(47)

Karena, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) pertumbuhan industri perbankan mencapai posisi terendah sejak awal 2010 setelah krisis ekonomi global.

Sumber data didapat dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK). C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah studi kepustakaan dari publikasi dan dokumen data statistik lembaga resmi. Data ini diambil dari lembaga - lembaga resmi seperti Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Statistik Perbankan Indonesia (SPI). D. Definisi Operasional

1. Definisi Variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mencangkup variabel dependen (KPR) yaitu sejumlah dana yang dipinjam masyarakatdari pihak bank umum dengan tujuan pembelian rumah. Besarnya nominal (outstanding) seluruh kredit pemilikan rumah yang telah disalurkan dalam satuan rupiah, dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat menggambarkan pertumbuhan KPR di Indonesia yaitu:

a. Data Indeks Produksi Industri didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan periode tahun 20010M01 – 2016M09.

b. Suku bunga merupakan tingkat tambahan nilai yang ditetapkan oleh lembaga keuangan. Terdapat dua macam suku bunga menerut (Kasmir, 2007)yaitu, suku bunga simpanan dan suku bunga pinjam.Data suku


(48)

31

bunga kredityang di gunakan pada periode tahun 2010M01 sampai dengan 2016M09 yang diperoleh dari lembaga resmi yaitu Bank Indonesia (BI).

c. Bagi hasil merupakan proporsi pembagian hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Secara matematis dapat diformulasikan menjadi :

BH = f(S, p, 0) ... Keterangan :

BH = Bagi Hasil

S = share on partnership P = expected return 0 = expected risk

Data yang digunakan dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan September 2016 yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI). d. Loan to Value danFinancing to Value,kebijakan yang digunakan

sebagaipembatasan pengambilan kredit konsumsi di sektor kredit pemilikan rumah (KPR) yang diterapkan Bank Indonesia sejak bulan Juni tahun 2012. LTV sebutan untuk bank konvensional dan FTV digunakan dalam bank Syariah, untuk konsepnya sama hanya berbeda rasio dan akad. Pada bank Syariah menggunakan Financing to Value dengan akad murabahah, akad musyarakah mutanawisah (MMQ), dan akad ijarah muntahiya bittamlik (IMBT).


(49)

Data yang digunakan mulai dari periode sebelum diterapkan kebijakan LTV dan FTV yaitu, Januari tahun 2010 hingga bulan Mei tahun 2012 dan periode sesudah penerapan LTV dan FTV dimulai pada bulan Juni 2012 hingga bulan September 2016. Data diperoleh dari Bank Indonesia (BI).

2. Alat Analisis.

Dalam mengolah data sekunder, ada beberapa alat analisis statistik yang digunakan seperti Eviews 8.0 dan Microsoft Excel 2010. Masing-masing alat analisis dengan penggunaan yang berbeda, Eviews 8.0 digunakan mengolah data secara agregat untuk proses regresi dan Microsoft Excel 2010 digunakan untuk pengolahan dan pengumpulan data sebelum regresi.

E. Model Analisis Data dan Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakanmetode pangkat kuadrat terkecil biasa atau ordinary least square (OLS). Metode ini digunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukkan arah hubungan antar variabel, serta dipergunakan untuk melakukan prediksi. Analisis ini digunakan juga untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui secara sempurna, dan penggunaan analisis ini sebagai alat analisis untuk menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian.


(50)

33

1. Analisis Linier Berganda.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda karena variabel independennya lebih dari satu dan data berbentuk time series. Analisis regresi berganda adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarti, 1999). Dalam analisis regresi ini bukan hanya mengukur kekuatan hubungan antar variabel juga dapat melihat arah hubungan antar variabel.Dalam analisis regresi ini bukan hanya mengukur kekuatan hubungan antar variabel juga dapat melihat arah hubungan antar variabel.

Variabel dependen dalam model ini diasumsikan sebagai variabel yang mempunyai nilai tetap. Adapun bentuk persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :

Yt= α + β1X1t+ β2X2t+ β3X3t+... + εt Yt = KPR bank Konvensional (Variabel dependent)

α = Konstanta

X1t = Suku Bunga Kredit(Variabel Independen) X2t = Loan to Value(Variabel Independent)


(51)

εt = Error

Yt= α + β1X1t+ β2X2t + β3X3t+... + εt Yt = KPR bank Syariah (Variabel dependent)

α = Konstanta

X1t = Bagi Hasil (Variabel Independen)

X2t = Financing to Value(Variabel Independent) X3t = Indeks Produksi Industri(Variabel Independent)

εt = Error 2. Uji Asumsi Klasik.

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi pada hasil estimasi. Karena bila terjadi penyakit terhadap asumsi klasik maka pengujian terhadap koefisien baik uji-T atau uji-F tidak memberi manfaat secara statistik.

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Jadi uji ini tidak dilakukan pada setiap variabel independennya tapi hanya pada nilai residualnya. Cara melihat nilai residualnya terdistribusi dengan normal atau tidak dapat melihat nilai probabilitas jargue-beta (JB). Jika nilai probabilitas JB hitung yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka model tersebut terdistribusi dengan normal tapi apabila nilai probabilitas JB hitung kurang dari


(52)

35

0,05 maka model tersebut tidak terdistribusikan dengan normal(Yuliadi, 2015).

b. Uji Autokorelasi.

Uji autokorelasi adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya t-1. Model regresi yang baik adalah yang terhindar dari gangguan autokorelasi. Uji autokorelasi biasa digunakan untuk jenis data time series. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan autokorelasi ada 3, yaitu : uji durbin watson, run test, dan uji langrange multiplier. Dalam penelitian ini yang digunakan adalan uji langrange multiplier (LM-Tes)(Agus, 2015).

c. Uji Heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan lainnya. Model regresi yang seharusnya adalah model yang terdapat kesamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan lainnya atau disebut homokedastisitas. Penelitian ini pendekatan heterokedastisitas yang digunakan adalah uji white dan harvey. Apabila probabilitas obs > 0,05 maka model tersebut terbebas dari heterokedastisitas, tapi apabila probabilitas obs < 0,05 maka dalam model tersebut terdapat gangguan heterokedastisitas(Agus, 2015).


(53)

d. Uji Multikolinearitas.

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada hubungan korelasi yang tinggi antar variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya terganggu. Alat statistik yang digunakan untuk mengetahui gangguan multikolinearitas yaitu dengan cara melihat koefisien korelasi antara masing-masing variabel, jika lebih besar dari 0,8 maka terjadi gangguan multikolinearitas.(Gujarti, 1999).

3. Uji Hipotesis. a. Uji Statistik t.

Uji statistik t adalah uji yang menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji apakah suatu parameter (βi) sama dengan nol, dapat ditulis:

: = 0 setiap variabel independen bukan merupakan penjelas variabel dependen yang signifikan.

Dan hipotesis alternatifnya yaitu (Ha), yaitu parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, dapat ditulis :

: ≠0 setiap variabel independen merupakan penjelas variabel dependen yang signifikan.

Statistik t dapat dihitung dari formula:


(54)

37

Dimana S adalah standar deviasi. Setelah menentukan hipotesis, dalam uji t perlu menentukan level of significance α, apakah 5% atau 10%. Untuk menentukan hasil maka apabila t hitung > t tabel maka (Ho) ditolak, berarti variabel independen berpengaruh signifikan secara individual terhadap variabel dependen dan sebaliknya, apabila t hitung < t tabel maka (Ho) diterima, berarti variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji Statistik F.

Uji statistik F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen dalam model berpengaruh secara bersamaan terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji apakah semua parameter yang dipakai sama dengan nol, dapat ditulis :

: = = = = = 0 setiap variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen secara simultan.

Dan hipotesis alternatifnya yaitu (Ha), yaitu tidak semua parameter secara simultan yang dipakai sama dengan nol, dapat ditulis :

: = = = = = 0 setiap variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen secara simultan.

Setelah menentukan hipotesis maka perlu menentukan level of significance α, apakah 5% atau 10%. Untuk menentukan hasil maka apabila F hitung > F tabel maka (Ho) ditolak, berarti variabel


(55)

independen berpengaruh signifikan secara individual terhadap variabel dependen secara simultan. Sebaliknya, apabila F hitung < F tabel maka (Ho) diterima, berarti variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara simultan (Agus, 2015). c. Uji Determinasi.

determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam menganalisa digunakan nilai Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 yaitu 0 <Adjusted R2< 1. Nilai Adjusted R2 yang kecil mendekati 0 berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Apabila nilai Adjusted R2 yang besar atau mendekati 1 berarti kemampuan variabel independen merupakan variabel yang dapat memberikan gambaran informasi yang lebih terukur untuk memprediksi variabel dependen.


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi Klasik.

Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Dalam melakukan pengujian asumsi normalitas, data tersebut dilakukan dengan menggunakan pengujian Jarque Berra (JB), jika probabilitas JB hitung lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal, tetapi apabila lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi normal (Agus, 2015).


(57)

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Series: Residuals

Sample 2010M01 2016M09 Observations 81

Mean -3.26e-17

Median -0.001413

Maximum 0.437295

Minimum -0.421450

Std. Dev. 0.207753

Skewness 0.025564

Kurtosis 2.137163

Jarque-Bera 2.521466

Probability 0.283446

Gambar 4.1.

Hasil Uji Normalitas (bank konvensional) Sumber : Eviews 8

0 2 4 6 8 10 12 14 16

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Series: Residuals Sample 2010M01 2016M09 Observations 81

Mean 3.11e-15 Median 0.004789 Maximum 0.551405 Minimum -0.554816 Std. Dev. 0.234355 Skewness -0.023781 Kurtosis 3.581719 Jarque-Bera 1.149725 Probability 0.562782

Gambar 4.2.

Hasil Uji Normalitas (bank Syariah) Sumber : Eviews 8

Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas terlihat bahwa nilai probability Jarque-Berapada bank konvensionalsebesar 0,283446 dan 0,562782 untuk bank Syariah. Keduanya lebih besar dari 0,05 yang artinya bahwa, data variabel dari penelitian ini dinyatakan telah terdistribusi normal.


(58)

41

b. Uji Autokorelasi.

Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi non-autokorelasi. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antar gangguan pada setiap pengamatan. Autokorelasi juga dapat dikatakan kesalahan dari gangguan periode tertentu berkorelasi dengan gangguandari periode sebelumnya. Permasalahan autokorelasi hanya relevan digunakan jika data yang dipakai adalah time series. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Uji Lagrane Multiplier (LM-test).

Guna mendeteksi apakah dalam model yang digunakan dalam peneltian ini terdapat autokorelasi terhadap variabel-variabel bebas dengan variabel terikatnya yang dapat dilihat jika nilai signifikansi dari Prob*R < 0,05 maka model tersebut mengandung autokorelasi, dan sebaliknya(Agus, 2015).

Tabel 4.1.

HASIL UJI AUTOKORELASI (bank konvensional) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

F-statistic 0.216956 Prob.F(2,72) 0.8055 Obs*R-squared 0.472711 Prob.Chi-Square(2) 0.7895 Sumber : Eviews8

Tabel 4.2.

HASIL UJI AUTOKORELASI (bank Syariah)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

F-statistic 0.242152 Prob.F(2,72) 0.7856 Obs*R-squared 0.527246 Prob.Chi-Square(2) 0.7683 Sumber : Eviews8


(59)

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2, pengujian autokorelasi dengan menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM-test) dapat dilihat bahwa nilai probability Obs*R-squared 0,7895 pada bank konvensional dan 0,7683 pada bank Syariah. Artinya, keduanya lebih besar dari 0,05 sehingga dapatdisimpulkan bahwa data dalam variabel penelitian ini tidak terdapat autokeralasi.

c. Uji Heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas merupakan pelanggaran dari asumsi homoskedastisitas (semua gangguan yang muncul dalam persamaan regresi bersifat homoskedastik atau mempunyai varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan). Oleh karena itu, konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas dalam sistem persamaan bahwa penaksiran tidak lagi mempunyai varian yang minimum.

Cara mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengujian denganWhite danHarvey Heteroskedasticity no cross term. Jika signifikansi dari Prob*R < 0,05 maka model tersebut mengandung heteroskedastisitas (Agus, 2015).

Tabel 4.3.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (bank konvensional)

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.775755 Prob. F(4,76) 0.0881 Obs*R-squared 14.88272 Prob. Chi-Square (4) 0.0942 Scaled explained SS 7.646921 Prob. Chi-Square (4) 0.5701 Sumber : Eviews 8


(60)

43

Tabel 4.4.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (bank Syariah)

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 2.954942 Prob. F(4,75) 0.3378 Obs*R-squared 8.356655 Prob. Chi-Square (4) 0.3392 Scaled explained SS 12.97213 Prob. Chi-Square (4) 0.3747 Sumber : Eviews 8

Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pengujian heteroskedastisitas memilikiprobability Obs*R-Squared 0,0942pada bank konvensional dan 0,3392pada bank Syariah. Keduanya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam variabel penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinearitas.

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya hubungan antar variabel dalam penelitian ini dengan melihat koefisien korelasi antara masing-masing variabel, jika lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas dalam model regresi tersebut, tetapi apabila koefisien korelasi antara masing-masing variabel lebih kecil dari 0,8 maka terjadi multikoliniearitas dalam model regresi tersebut. Berikut pemaparan hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini (Agus, 2015).


(61)

Tabel 4.5.

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS (bank konvensional)

SBK LTV IPI

SBK 1.000000 0.411176 0.244980 LTV 0.411176 1.000000 0.751390 IPI 0.244980 0.751390 1.000000 Sumber : Eviews 8

Tabel 4.6.

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS (bank Syariah)

Bagi_hasil FTV IPI

Bagi_hasil 1.000000 0.046468 0.422268 FTV 0.046468 1.000000 0.730956

IPI 0.422268 0.730956 1.000000 Sumber : Eviews 8

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 di atas, memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan variabel bebas dengan nilai lebih dari 0,8. Data dikatakan teridentifikasi multikolinearitas apabila koefisien korelasi antar variabel bebas lebih dari 0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.

2. Hasil Uji Hipotesis.

Untuk mengetahui dan menguji hubungan antar variabel bebas (IPI, suku bunga kredit, bagi hasil, Loan to Value danFinancing to Value) terhadap variabel terikat yaitu permintaan kredit atau pembiayaan pemilikan rumah. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan Metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil regresi yang diperoleh nantinya akan dilakukan pengujian terhadap signifikansi


(62)

45

yang meliputi Uji-t dan Uji-F. Untuk pengolahan data digunakan program Econometric Views8(Eviews8) sebagai alat untuk pengukuran dan pengujiannya (Agus, 2015).Hasil estimasi dari model yang disajikan dalam tabel 4.7 dan 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.7.

PENGUJIAN REGRESI LINIER BERGANDA (bank konvensional)

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.860370 0.658442 10.41910 0.0000 SBK -0.126684 0.047468 -2.668821 0.0093 LTV 0.026824 0.001388 4.915606 0.0000 IPI 0.037650 0.004205 8.953277 0.0000

R-squared 0.909613

Adjusted R-squared 0.906091

F-statistic 258.2971

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Eviews 8

Tabel 4.8.

PENGUJIAN REGRESI LINIER BERGANDA (bank Syariah)

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.564661 0.487529 13.46516 0.0000 Bagi_hasil -0.015456 0.035289 -0.437981 0.6626 FTV 0.036334 0.006031 6.024838 0.0000 IPI 0.026250 0.001529 5.087590 0.0001

R-squared 0.873238

Adjusted R-squared 0.868299

F-statistic 176.8121

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Eviews 8

Persamaan regresi yang dibentuk dalam penelitian ini sebagai berikut : KPR_Kt= α + β1SBKt+ β2LTVt+ β3IPIt+εt


(63)

KPR_K =6,564661– 0,126684SBK + 0,026824LTV + 0,037650IPI+ε

KPR_S=6,564661– 0,015456Bagi hasil + 0,036334FTV + 0,026250IPI +ε

a. Uji F.

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau bersama-sama. Uji F dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program Eviews 8. Adapun penjelasan mengenai hasil uji F yang telah disajikan pada tabel 4.7dan tabel 4.8di atas bahwa hasil uji F pada penelitian ini memiliki nilai koefisien sebesar258,2971(bank konvensional) dan 176,8121 (bank Syariah) dengan prob (F-statistik) sebesar 0,000000 < 0,05.

Hasil ini memiliki arti bahwa Loan to Value, Financing to Value, IPI, suku bunga kredit dan bagi hasil (variabel bebas) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap permintaan kreditpemilikan rumah yang disalurkan oleh bank bank konvensional maupun bank Syariah.

b. Uji t.

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Uji t dalam penelitian ini dilakukan dengan program Eviews8. Adapun penjelasan mengenai


(64)

47

output regreresi linier berganda yang disajikan pada tabel 4.9 dan 4.10, sebagai berikut:

1) Suku bunga kredit.

Variabel suku bunga kredit menunjukkan pada koefisien alpha 5%, t-stat = -2,668821< 1,99006 dan probabilitasnya 0,0093<0,05. Maka artinya, variabel suku bunga kredit berpengaruh negatifterhadap permintaan kredit pemilikan rumah di Indonesia pada alpha 5%.

2) Bagi hasil.

Variabel bagi hasil menunjukkan pada koefisien alpha 5%, t-stat=-0,437981<1,99006 dengan probabilitas0,6626>0,05. Maka artinya variabel bagi hasil tidak berpengaruh terhadap permintaan kreditpemilikan rumah pada bank Syariah di Indonesia pada alpha 5%.

3) IPI.

Variabel IPI pada bank konvensional menunjukkan pada koefisien alpha 5%, t-stat =8,953277>1,99006 dengan probabilitas 0,0000 <0,05. Sedangkan pada bank Syariah, t-stat = 5,087590> 1,99006 dengan probabilitas 0,0001< 0,05. Maka artinya, variabel IPI berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah pada bank konvensional maupun bank Syariah pada alpha 5%.


(65)

4) Loan to Value.

Variabel LTV menunjukkan pada koefisien alpha 5%, t-stat=4,915606> 1,99006 dengan probabilitas 0,0000< 0,05. Maka artinya, variabel LTV berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah pada alpha 5%.

5) Financing to Value

Variabel FTV menunjukkan pada koefisien alpha 5%, t-stat = 6,024838 > 1,990066 dengan probabilitas 0,0000 < 0,05. Maka artinya, variabel FTV berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah di bank Syariah pada alpha 5%. c. Uji Determinasi.

Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel terikat secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antara variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai adjusted R square antara 0 <adjusted R2< 1. Jika nilai adjusted R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya.

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4.7 dan 4.8 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi untuk model regresi dengan variabel suku bunga kredit, bagi hasil, IPI, LTV dan FTV terhadap permintaan kredit pemilikan rumah pada bank konvensional


(66)

49

sebesar 0,906091. Nilai ini berarti bahwa sebesar 90,6091% permintaan kredit pemilikan rumah pada bank konvensional dipengaruhi oleh suku bunga kredit, IPI dan LTV, sedangkan 9,3909% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

Besaran yang mempengaruhi permintaan kredit pemilikan rumah pada bank Syariah yaitu, 0,868299 atau sebesar 86,8299% dipengaruhi oleh variabel bagi hasil, IPI dan FTV. 13,1701% permintaan kredit pemilikan rumah pada bank Syariah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Permintaan KPR. a. Pengaruh IPI terhadap permintaan KPR.

Dari pengujian hipotesis IPI, mendapatkan hasil analisis data yang membuktikan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan pada variabel IPI terhadap permintaan kredit pemilikan rumah pada bank konvensional dan bank Syariah di Indonesia. Masing-masing dengan nilai koefisien 0,037650% dan 0,026250% dengan signifikansi 0,0000 dan 0,0001. Artinya hipotesis pertama terjawab.

Peningkatan IPI mempengaruhi permintaan kredit pemilikan rumah. Hal ini disebabkan karenaindeks produksi industri (IPI) memiliki pengaruh positif terhadap kredit pemilikan rumah. Setiap kenaikan 1 satuan IPI maka permintaan kredit atau pembiayaan rumah


(67)

akan naik sebesar 0,037650% pada bank konvensional. Kenaikan 0,02625% pada bank Syariah.Dilihat dari koefisiennya jika dibandingkan antara bank konvensional dengan bank Syariah maka penggunaan IPI pada bank konvensional lebih berpengaruh terhadap permintaan kredit pemilikan rumah dari pada penggunaan IPI pada bank Syariah.

Kredit di perbankan memiliki hubungan sebab akibat dua arah dengan pertumbuhan ekonomi industri properti saat menjadi leading indicator bagi pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika penyaluran kredit meningkat terutama kredit rumah, industri properti akan meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara menyeluruh maupun menumbuhkan ekonomi disekitarnya. Setelah itu, ekonomi yang tumbuh juga akan meningkatkan minat pada investasi dengan melakukan permintaan kredit atau pembiayaan seiring dengan peningkatan pendapatan.

Seperti teori Keynes yang mengatakan hubungan antara konsumsi dan pendapatan yang dijelaskan pada grafik dengan asumsi bahwa titik di dalam fungsi agregat bila dihubungkan dengan pendapatan, maka bentuk fungsi konsumsinya adalah garis lurus.


(68)

51

C= a+bY

Gambar 4.3. Kurva Fungsi Konsumsi

Arah dari fungsi konsumsi yaitu b disebut pula MPC yang merupakan perubahan konsumsi akibat perubahan pendapatan. Nilai MPC selalu positif tetapi lebih kecil dari satu. Jika fungsi konsumsi dinyatakan dengan C= 100+ 0,75Y, maka fungsi tersebut sebagai berikut:

Gambar 4.4.

Kurva Penerapan Fungsi Konsumsi

Berdasarkan kurva di atas menggambarkan bahwa jika pendapatan sama dengan nol, konsumsi 100 milliar berarti setiap


(1)

Lampiran 2: Hasil Uji Normalitas 0 1 2 3 4 5 6 7

-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Series: Residuals

Sample 2010M01 2016M09 Observations 81

Mean -3.26e-17 Median -0.001413 Maximum 0.437295 Minimum -0.421450 Std. Dev. 0.207753 Skewness 0.025564 Kurtosis 2.137163 Jarque-Bera 2.521466 Probability 0.283446

0 2 4 6 8 10 12 14 16

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Series: Residuals

Sample 2010M01 2016M09 Observations 81

Mean 3.11e-15 Median 0.004789 Maximum 0.551405 Minimum -0.554816 Std. Dev. 0.234355 Skewness -0.023781 Kurtosis 3.581719 Jarque-Bera 1.149725 Probability 0.562782

Lampiran 3 : Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.216956 Prob. F(2,73) 0.8055

Obs*R-squared 0.472711 Prob. Chi-Square(2) 0.7895

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/17/17 Time: 21:22 Sample: 2010M02 2016M09 Included observations: 80


(2)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.055112 1.166026 -0.047264 0.9624

SBK 0.000257 0.066351 0.003870 0.9969

LTV -6.55E-06 0.000852 -0.007680 0.9939

IPI 1.35E-05 0.001812 0.007469 0.9941

AR(1) -0.000750 0.009883 -0.075895 0.9397

RESID(-1) 0.044873 0.117322 0.382478 0.7032

RESID(-2) 0.061010 0.117255 0.520316 0.6044

R-squared 0.005909 Mean dependent var -7.40E-11

Adjusted R-squared -0.075797 S.D. dependent var 0.056973 S.E. of regression 0.059093 Akaike info criterion -2.735992 Sum squared resid 0.254911 Schwarz criterion -2.527565 Log likelihood 116.4397 Hannan-Quinn criter. -2.652428

F-statistic 0.072319 Durbin-Watson stat 1.979437

Prob(F-statistic) 0.998451

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.242152 Prob. F(2,73) 0.7856

Obs*R-squared 0.527246 Prob. Chi-Square(2) 0.7683

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/17/17 Time: 14:44 Sample: 2010M02 2016M09 Included observations: 80

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.033418 0.465041 0.071860 0.9429

BAGI_HASIL -0.000336 0.008295 -0.040533 0.9678

IPI -0.000170 0.001168 -0.145392 0.8848

FTV 1.19E-05 0.000466 0.025646 0.9796

AR(1) 0.000156 0.006436 0.024306 0.9807

RESID(-1) -0.074959 0.121364 -0.617634 0.5387

RESID(-2) 0.031795 0.117695 0.270152 0.7878

R-squared 0.006591 Mean dependent var 9.82E-11

Adjusted R-squared -0.075060 S.D. dependent var 0.035175 S.E. of regression 0.036471 Akaike info criterion -3.701179


(3)

Sum squared resid 0.097099 Schwarz criterion -3.492751 Log likelihood 155.0471 Hannan-Quinn criter. -3.617614

F-statistic 0.080717 Durbin-Watson stat 1.998460

Prob(F-statistic) 0.997889

Lampiran 4 : Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 2.954942 Prob. F(3,76) 0.3378

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.775755 Prob. F(9,71) 0.0881

Obs*R-squared 14.88272 Prob. Chi-Square(9) 0.0942

Scaled explained SS 7.646921 Prob. Chi-Square(9) 0.5701

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 04/17/17 Time: 21:23 Sample: 2010M01 2016M09 Included observations: 81

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.828533 5.078858 1.541397 0.1277

SBK^2 0.060480 0.023489 2.574882 0.0121

SBK*LTV 0.001931 0.000854 2.260578 0.0269

SBK*IPI -0.002846 0.002501 -1.137990 0.2590

SBK -1.262775 0.654639 -1.928963 0.0577

LTV^2 -3.90E-05 3.25E-05 -1.198097 0.2349

LTV*IPI -2.68E-05 8.06E-05 -0.332702 0.7403

LTV -0.018317 0.010922 -1.677072 0.0979

IPI^2 0.000130 0.000110 1.177806 0.2428

IPI 0.007967 0.036006 0.221261 0.8255

R-squared 0.183737 Mean dependent var 0.042629

Adjusted R-squared 0.080267 S.D. dependent var 0.045741 S.E. of regression 0.043867 Akaike info criterion -3.300150 Sum squared resid 0.136628 Schwarz criterion -3.004539 Log likelihood 143.6561 Hannan-Quinn criter. -3.181547

F-statistic 1.775755 Durbin-Watson stat 1.582116


(4)

Obs*R-squared 8.356655 Prob. Chi-Square(3) 0.3392 Scaled explained SS 12.97213 Prob. Chi-Square(3) 0.3747

Test Equation:

Dependent Variable: LRESID2 Method: Least Squares

Date: 04/17/17 Time: 14:45 Sample: 2010M02 2016M09 Included observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.559201 5.499956 0.647133 0.5195

BAGI_HASIL -0.127636 0.398887 -0.319980 0.7499

IPI -0.109229 0.067846 -1.609968 0.1116

FTV 0.013131 0.017229 0.762133 0.4483

R-squared 0.104458 Mean dependent var -9.116251

Adjusted R-squared 0.069108 S.D. dependent var 2.785196 S.E. of regression 2.687234 Akaike info criterion 4.863609 Sum squared resid 548.8132 Schwarz criterion 4.982710 Log likelihood -190.5443 Hannan-Quinn criter. 4.911360

F-statistic 2.954942 Durbin-Watson stat 1.367591

Prob(F-statistic) 0.037756

Lampiran 5 : Hasil Uji Multikolineritas

SBK LTV IPI

SBK 1.000000 0.411176 0.244980

LTV 0.411176 1.000000 0.751390

IPI 0.244980 0.751390 1.000000

BAGI_HASIL FTV IPI

BAGI_HASIL 1.000000 0.046468 0.422268

FTV 0.046468 1.000000 0.730956

IPI 0.422268 0.730956 1.000000

Lampiran 6 : Pengujian Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: LOG(KPR_K) Method: Least Squares

Date: 04/17/17 Time: 21:20 Sample: 2010M01 2016M09


(5)

Included observations: 81

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.860370 0.658442 10.41910 0.0000

SBK -0.126684 0.047468 -2.668821 0.0093

LTV 0.026824 0.001388 4.915606 0.0000

IPI 0.037650 0.004205 8.953277 0.0000

R-squared 0.909613 Mean dependent var 9.920435

Adjusted R-squared 0.906091 S.D. dependent var 0.691027 S.E. of regression 0.211762 Akaike info criterion -0.218587 Sum squared resid 3.452918 Schwarz criterion -0.100342 Log likelihood 12.85277 Hannan-Quinn criter. -0.171146

F-statistic 258.2971 Durbin-Watson stat 0.643095

Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LOG(KPR_S) Method: Least Squares

Date: 04/17/17 Time: 14:43 Sample: 2010M01 2016M09 Included observations: 81

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.564661 0.487529 13.46516 0.0000

BAGI_HASIL -0.015456 0.035289 -0.437981 0.6626

IPI 0.036334 0.006031 6.024838 0.0000

FTV 0.026250 0.001529 5.087590 0.0001

R-squared 0.873238 Mean dependent var 10.94386

Adjusted R-squared 0.868299 S.D. dependent var 0.658231 S.E. of regression 0.238876 Akaike info criterion 0.022380 Sum squared resid 4.393766 Schwarz criterion 0.140624 Log likelihood 3.093612 Hannan-Quinn criter. 0.069821

F-statistic 176.8121 Durbin-Watson stat 0.392565


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

3 68 128

Pengaruh Price Earning Ratio, Price To Book Value, Dividend Yield, Dan Tingkat Bunga Deposito Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

3 98 75

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Price To Book Value Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return SahamPada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei

2 85 88

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio, dan Momentum Pada Perusahaan Perbankan di (BEI) Periode 2009-2011

1 50 98

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, Return On Investment, dan Total Assets Turn Over Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

2 60 97

Dampak Kebijakan Loan To Value Terhadap Permintaan Properti Di Kota Pematangsiantar

3 67 83

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price to Book Value Ratio (PBV) pada Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Jakarta.

4 64 65

Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014

1 29 90

Dampak Kebijakan Loan To Value Terhadap Permintaan Properti Di Kota Pematangsiantar

0 0 10