Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014
SKRIPSI
PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2010 – 2014
OLEH
NANDA ARISTIA 110502008
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE TAHUN 2010 – 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh variabel
Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Data diuji dengan menggunakan metode analisi linier berganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempakDistress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio berpengaruh signifikan terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Uji parsial menunjukkan bahwa Distress Risk, Firm
Size, dan Book to Market Ratio masing-masing berpengaruh positif dan signifikan
terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Distress Risk adalah variabel yang dominan berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa hubungan antara Distress Risk, Firm Size, dan Book to
Market Ratio memiliki hubungan yang kuat terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
(3)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF DISTRESS RISK, FIRM SIZE, AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN OF THE MANUFACTURE
INDUSTRY WAS LISTED IN INDONESIAN DIRECTORY EXCHANGE
PERIOD2010 – 2014
This research aims to identify and analyze the influence of Distress Risk,
Firm Size, Book to Market Ratio and Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX). The population in this
research are Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange
(IDX). Analytical techniques used is multiple linear regression methodwith
significance level of 5%. The result showed that simultaneously Distress Risk,
Firm Size, Book to Market Ratio has significant on Stock ReturnStock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).
Partial test showed that Distress Risk, Firm Size, Book to Market Ratio variable has positive and significant on Stock Return of the Manufacture Industry was
listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).Distress Risk is dominant variable
affect the Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian
Directory Exchange (IDX).Based on the calculation of R-square showed that the
relationship between Distress Risk, Firm Size, and Book to Market Ratio variable have a strong link to Stock Return of the Manufacture Industry was listed in
Indonesian Directory Exchange (IDX).
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta Alm. Papa Suparmin dan Mama Suarniserta keluarga besar yang selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Isfenty Sadalia, S.E., M.E. dan Dra. Marhayanie, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si. dan Dra. Friska Sipayung, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(5)
4. Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan kepada Peneliti, dan Beby Kendida
HSB, SE ,M.Si. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.
6. Abang dan Kakak terkasih yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan skripsi.
7. Sahabat terkasih, Ade Aryyani,Elfika Anggraini, Azhari Hidayat, yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan semangat selama proses penyusunan skripsi.
8. Terima kasih kepada Novita Sari Silalahi, Lestari Teacher Siagian, Elsa Agustiani Yunita, Rahmad Jogi Y.P., Risky Trisnadian Pratama, Nanda Riski Tanjung, dan Yuni Shara Harahap.
9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Jurusan S1- Manajemen Reguler 2011 yang telah memberikan semangat, harapan dan motivasi yang besar terhadap peneliti sampai selesainya skripsi ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan anugerah dan Kasih-Nya atas cinta kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka.
Medan, Oktober 2015 Peneliti,
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Masalah ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Uraian Teoritis ... 14
2.1.1 Return Saham ... 14
2.1.2 Distress Risk ... 15
2.1.3 Firm Size ... 18
2.1.4 Book to Market Ratio ... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
2.4 Hipoteis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Tempat dan Watu Penelitian ... 28
3.3 Batasan Operasional ... 28
3.4 Definisi Operasional... 28
3.4.1 Distress Risk ... 29
3.4.2 Firm Size ... 29
3.4.3 Book to Market Ratio ... 30
3.4.4 Return Saham ... 30
3.5 Skala Pengukuran ... 32
3.6 Populasi dan Sampel ... 32
3.7 Jenis Data ... 33
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.9 Teknik Analisis Data ... 34
3.9.1 Linier Berganda ... 34
3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 35
3.9.2.1 Pengujian Secara Simultan (Uji-F) ... 35
(7)
3.9.3Uji Asumsi Klasik ... 36
3.9.3.1Uji Normalitas Data ... 36
3.9.3.2Uji Autokorelasi... 37
3.9.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37
3.9.3.4 Uji Multikolinieritas ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014... . 39
4.1.1 Profil PT. Gudang Garam Tbk... 40
4.1.1.1 Visi Dan Misi PT. Gudang Garam Tbk ... 40
4.1.2 Profil PT. Sepatu Bata Tbk ... 40
4.1.2.1 Visi Dan Misi PT. Sepatu Bata Tbk ... 42
4.1.3 Profil PT. Indocement Tunggal Tbk ... 43
4.1.3.1 Visi Dan Misi PT. Indocement Tunggal Tbk .. 44
4.1.4 Profil PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 45
4.1.4.1 Visi Dan Misi PT. Goodyear Indonesia Tbk .. 47
4.1.5 Profil PT. Unilever Indonesia Tbk ... 47
4.1.5.1 Visi Dan Misi PT. Unilever Indonesia Tbk .... 48
4.1.6 Profil PT. Rig Tenders Indonesia Tbk ... 49
4.1.6.1 Visi Dan Misi PT. Rig Tenders Indonesia Tbk 51 4.2 Uji Asumsi Klasik ... 51
4.2.1 Uji Normalitas ... 51
4.2.2 Uji Autokorelasi ... 54
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.2.4 Uji Multikolinieritas ... 58
4.3 Analisis Linier Berganda... 59
4.4 Uji Hipotesis ... 61
4.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 61
4.4.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 63
4.2.3Pengujian Koefesien Determinasi (R2) ... 65
4.5 Pembahasan ... 66
4.5.1 Pengaruh Distress Risk Terhadap Return Saham ... 66
4.5.2Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham ... 67
4.5.3Pengaruh Book To Market Ratio Terhadap Return Saham ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Saran ... 70
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan
Return Saham Perusahaan Manufaktur Periode
2010 - 2014 ... 9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 31
Tabel 4.1 Uji Kolmogrov Smirnov ... 54
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi ... 55
Tabel 4.3 Uji Glejser ... 58
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas ... 59
Tabel 4.5 Variabel Entered/removedb ... 59
Tabel 4.6 Analisis Linier Berganda... 60
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 62
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 64
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Pengujian Normalitas Histogram ... 52
Gambar 4.2 Pengujian Normalitas P-P Plot ... 53
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan Return Saham Perusahaan Manufaktur
Periode 2010 - 2014... 74 2 Output Uji Asumsi Klasik ... 75 3 Output Analisis Linier Berganda ... 77
(11)
ABSTRAK
PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE TAHUN 2010 – 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh variabel
Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Data diuji dengan menggunakan metode analisi linier berganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempakDistress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio berpengaruh signifikan terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Uji parsial menunjukkan bahwa Distress Risk, Firm
Size, dan Book to Market Ratio masing-masing berpengaruh positif dan signifikan
terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Distress Risk adalah variabel yang dominan berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa hubungan antara Distress Risk, Firm Size, dan Book to
Market Ratio memiliki hubungan yang kuat terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
(12)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF DISTRESS RISK, FIRM SIZE, AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN OF THE MANUFACTURE
INDUSTRY WAS LISTED IN INDONESIAN DIRECTORY EXCHANGE
PERIOD2010 – 2014
This research aims to identify and analyze the influence of Distress Risk,
Firm Size, Book to Market Ratio and Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX). The population in this
research are Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange
(IDX). Analytical techniques used is multiple linear regression methodwith
significance level of 5%. The result showed that simultaneously Distress Risk,
Firm Size, Book to Market Ratio has significant on Stock ReturnStock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).
Partial test showed that Distress Risk, Firm Size, Book to Market Ratio variable has positive and significant on Stock Return of the Manufacture Industry was
listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).Distress Risk is dominant variable
affect the Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian
Directory Exchange (IDX).Based on the calculation of R-square showed that the
relationship between Distress Risk, Firm Size, and Book to Market Ratio variable have a strong link to Stock Return of the Manufacture Industry was listed in
Indonesian Directory Exchange (IDX).
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Investasi adalah penanaman sejumlah uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Hasil atau
keuntungan yang diperoleh dari investasi disebut return. Investasi dapat
didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam
produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2003). Ada
beberapa bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, salah satunya
adalah investasi dalam bentuk penyertaan modal atau biasa dikenal dengan
investasi saham. Saham merupakan instrument yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Pada dasarnya, dalam melakukan investasi, investor akan
mempertimbangkan return total yang akan diperoleh. Return total merupakan
return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return
total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss
merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang
lalu (Jogiyanto, 2003). Dalam investasi saham capital gain (loss) dapat terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Jika harga saham
(14)
dikatakanmemperoleh keuntungan modal (capital gain), sebaliknya jika harga
saham sekarang lebih rendah dari harga saham periode lalu maka investor
mengalami kerugian modal (capital loss).
Selain capital gain yang merupakan keuntungan dari apresiasi harga
investasi, investor juga memperoleh yield yang merupakan presentase penerimaan
peiodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk
investasi saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode
sebalumnya. Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
deviden saham tersebut.
Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen
risikonya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat diperkirakan
sebelumnya, sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Pembayaran dividen
yang naik dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat
keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat
diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik. Akhirnya
harga saham cenderung mengikuti naik turunnya nilai dividen yang dibayarkan.
(15)
dapat diketahui secara pasti oleh investor. Jadi, secara umum investor tidak dapat
mengetahui secara pasti besarnya total return yang akan diperoleh dari investasi
saham. Dalam investasi saham, besarnya return yang diperoleh investor dari
masing-masing perusahaan berbeda satu sama lain. Besarnya return saham tidak
lepas dari kinerja dan karakteristik perusahaan. Untuk dapat memprediksi
besarnya total return yang akan diperoleh, investor dapat melakukan analisis
terhadap kinerja dan karakteristik perusahaan.
Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menganalisis laporan
keuangan perusahaan tersebut. Pada prinsipnya, dalam analisis laporan keuangan
terdapat empat macam rasio yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan
aktivitas. Beberapa peneliti menemukan metode analisis lebih lanjut untuk menilai
kinerja keuangan dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Salah satunya adalah
metode yang diperkenalkan oleh Altman dimana analisis ini mengacu pada
rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka
rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Munawir 1998:64) sedang
yang digunakan dalam analisis yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba.
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari tingkat
(16)
(Z-Score) suatu perusahaan menandakan tingginya risiko kebangkrutan (distress
risk) perusahaan tersebut.
Risiko kebangkrutan harus selalu diwaspadai oleh perusahaan, karena jika
terjadi kebangkrutan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut benar-benar
mengalami kegagalan usaha dengan menanggung kerugian yang sangat besar.
Untuk itu, perusahaan harus melakukan analisis sedini mungkin, terutama analisis
mengenai risiko kebangkrutan. Dengan melakukan analisis diharapkan perusahaan
dapat mendeteksi adanya risiko financial distress lebih awal serta berguna untuk
memutuskan kebijakan yang akan ditempuh untuk mengantisipasinya. Disamping
itu, financial distress hendaknya juga diperhatikan investor untuk memprediksi
seberapa besar return saham yang akan diperoleh dari investasi pada perusahaan
tertentu. Hal ini terkait dengan asumsi bahwa perusahaan dengan distress risk
yang tinggi akan membayarkan dividen yang lebih rendah kepada para investor
atau bahkan tidak sama sekali.
Distress risk yang tinggi dapat mengakibatkan perusahaan mempunyai
prospek keuntungan yang kurang baik. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran
dividen yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang
baik, serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai
dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya
total return yang diterima investor dalam investasi saham. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa secara umum distress risk memiliki hubungan negatif dengan
(17)
Selain faktor distress risk, karakteristik perusahaan juga dapat
mempengaruhi besarnya total return yang diperoleh investor dalam investasi
saham. Fama dan French (1992) membagi perusahaan berdasarkan ukurannya
(firm size) yaitu besar (big) dan kecil (small) serta berdasarkan perbandingan nilai
buku terhadap nilai pasar perusahaan (book to market rasio) yaitu tinggi (high)
dan rendah (low). Firm size atau ukuran suatu perusahaan dapat dinilai dari
beberapa aspek seperti total aset dan kapitalisasi pasar (market capitalization).
Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size yang didasarkan
atas jumlah saham yang beredar dan harga per lembar saham tersebut. Fama dan
French (1992) menempatkan saham-saham ke salah satu dari sepuluh portofolio
setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasarkan ukuran perusahaan
kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio tersebut dari Juli 1963 –
Desember 1990, ternyata hasilnya adalah terdapat hubungan terbalik antara
ukuran perusahaan dengan return rata-rata (average return). Perusahaan dengan
firm size kecil cenderung mempunyai return yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan dengan firm size yang lebih besar, fenomena ini biasa disebut dengan
size effect. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai
kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang
lebih besar. Jadi secara umum, dapat dinyatakan adanya suatu hubungan negatif
(18)
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham pada suatu perusahaan,
sering kali para investor juga memperhatikan book to market ratio.
Book-to-market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai
pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan,
dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang
dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis
dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis
adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah
harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Analisis book to market ratio
diperlukan bagi investor karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan
indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan
dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam
kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan bagi para
investor yang telah menanamkan modalnya.
Menurut Ang (1997), book to market ratio merupakan rasio yang
digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga
pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa
pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan.
Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return
saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan
maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya
dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return
(19)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
distress risk, firm size, book to market ratio dan return saham. Zaretzky dan
Zumwalt (2007) melakukan penelitian mengenai hubungan distress risk, book to
market ratio dan return premium. Objek dalam penelitian tersebut adalah
perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam NYSE-AMEX stock
dan NASDAQ stock pada periode tahun 1984 sampai dengan 1995. Hasil yang
ditemukan adalah terdapat hubungan negatif signifikan antara distress risk dan
return premium.
Sedangkan Fama dan French (1992) menyatakan nilai book to market ratio
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan
cenderung mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau mempunyai
prospek yang kurang baik. Fama dan French (1992) berkesimpulan bahwa book to
market ratio mempunyai hubungan negatif terhadap return. Artinya, semakin
besar nilai book to market ratio maka semakin kecil return saham suatu
perusahaan. Dalam penelitian lain, Fama dan French (1993) menyatakan bahwa
firm size dan book to market ratio memiliki sensitivitas terhadap faktor risiko
yang juga merupakan faktor penentu pada variasi stock return dan membantu
menjelaskan cross sections of average return. Bukti-bukti pada penelitian mereka
menunjukkan bahwa firm size dan book to market ratio berhubungan dengan
keuntungan yang diperoleh. Selanjutnya, Fama dan French (1995) menemukan
bahwa terdapat hubungan positif antara faktor market dan size terhadap return,
(20)
Dichev (1998) secara langsung menyelidiki hubungan di antara distress
risk, size, B/M dan return, dengan mempergunakan bankruptcy risk sebagai satu
proksi untuk distress risk. Dichev (1998) menemukan bahwa suatu
equal-weighted portfolio pada perusahaan dengan distress yang tertinggi memiliki rasio
B/M dan return rendah.
Hasil lain ditemukan oleh Harowitz Loughran, Savin (2000) yang
melakukan pengujian hubungan ukuran perusahaan (firm size) dengan return.
Dengan menggunakan metode analisis Sp line regression, cross sectional
regression dan annual compound return, diketahui bahwa dari 3 metode
pengukuran tersebut tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara ukuran
perusahaan dengan return.
Penelitian pada objek lain juga dilakukan oleh (Charitou dan
Constantinidis, 2004) yang melakukan penelitian terhadap Japanese Stock Market
periode 1992 – 2001 untuk menguji perilaku laba, dalam hubungannya dengan
size dan book to market equity. Dari hasil penelitian tersebut, mereka menyatakan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara market, size, book to market equity
dan expected stock return pada pasar Indonesia
Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara
membeli saham-saham perusahaan (emiten) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah
(21)
dibandingkan sektor lain. Perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur
jugamerupakan emiten yang sahamnya paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia. Sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, para investor
tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. Informasi-informasi tersebut
diperlukan untuk dapat memprediksi besarnya return saham yang akan diterima
dari investasi yang dilakukan. Informasi yang dimaksudkan terkait dengan
faktor-faktor yang berhubungan dan memiliki pengaruh terhadap return saham.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, distress risk, firm size dan book to
market ratio adalah beberapa faktor yang diduga memiliki hubungan dengan return saham yang dihasilkan.
Tabel 1.1
Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan Return Saham Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014
No EMITEN Tahun Distress
Risk Firm Size
Book to Market Ratio
Return Saham 1 PT. Gudang Garam Tbk. 2010 0,259700 1.158.796 0,1045870 0,0245860
2011 0,387570 1.163.485 0,1198530 0,0398700 2012 0,485700 1.115.680 0,1124580 0,0256370 2013 0,658900 1.256.986 0,1204850 0,0399870 2014 1,766380 1.321.919 0,189118 0,0717500 2 PT. Sepatu Bata Tbk. 2010 0,698310 39.650 0,1563280 0,0532600 2011 0,699450 39.940 0,1659830 0,0543250 2012 0,708960 41.683 0,1885603 0,0568900 2013 0,756800 42.510 0,1926774 0,0593580 2014 1,007430 49.092 0,1995283 0,1109270 3 PT. Indocement Tunggal Tbk. 2010 0,638900 1.189.760 0,0634560 0,0245890 2011 0,679642 1.308.645 0,0653280 0,0193580 2012 0,738905 1.338.936 0,0663487 0,0296590 2013 0,834919 1.339.380 0,0673584 0,0369450 2014 1,364384 1.458.615 0,0766369 0,0889630 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 2010 0,653968 69.358 0,1559835 0,0125360 2011 0,669358 72.340 0,1563284 0,0129830 2012 0,670347 74.001 0,1593568 0,0130250
(22)
2013 0,673980 74.150 0,1613247 0,0151690 2014 0,701987 81.201 0,1805046 0,0133850 5 PT. Unilever Indonesia Tbk. 2010 6,789010 1.287.254 0,0101254 0,0458670 2011 6,893140 1.232.890 0,0103586 0,0483560 2012 6,900560 1.394.258 0,0115681 0,0499320 2013 7,005910 1.338.900 0,0114587 0,0504870 2014 7,582480 2.061.136 0,0203982 0,0906300
6 PT. Rig Tenders Tbk. 2010 1,589325 105.890 0,198546 0,0123990 2011 1,602590 108.970 0,203684 0,0136070 2012 1,639897 110.840 0,209876 0,0140280 2013 1,668720 111.015 0,219289 0,0144690 2014 1,763308 118.355 0,26505 0,0204890
Sumber : Data ICMD Yang Diolah
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa pada saham-saham perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2010-2014 tidak terdapat
pola hubungan yang konsisten antara distress risk, firm size dan book to market
ratio dengan return saham yang dihasilkan.
Seperti yang telah diuraikan di awal, analisis Z-Score dapat digunakan
untuk menilai tingkat distress risk perusahaan. Semakin rendah Z-Score
menandakan semakin tinggi distress risk suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya
Z-Score yang tinggi menandakan rendahnya distress risk perusahaan atau bisa
dikatakan semakin baik kesehatan perusahaan tersebut. Pada kolom Z-Score dan
return terlihat tidak terdapat pola hubungan yang konsisten diantara keduanya.
Saham PT. Goodyear Indonesia Tbk. yang memiliki tingkat distress risk tertinggi
dibanding dengan perusahaan lain, yaitu dengan Z-Score 3,36964 memberikan
return sebesar 0,065077 lebih rendah dari return saham PT. Sepatu Bata Tbk.
yang memiliki Z-Score 3,87095 yaitu sebesar 0,33466. Akan tetapi pada saham
PT Gudang Garam Tbk yang memiliki Z-Score 3,55825 tidak mampu
(23)
Barber (1996) melakukan penelitian mengenai hubungan firm size dengan
return saham dan hasilnya ditemukan bahwa terdapat kecenderungan
saham-saham perusahaan yang berukuran kecil memberikan return yang lebih besar
dibandingkan dengan return yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar,
teori ini dikenal dengan anomali size effect. Akan tetapi, pada perusahaan
manufaktur di Indonesia teori tersebut tidak selamanya berlaku. Adakalanya
saham perusahaan besar justru memberikan return yang lebih besar dibandingkan
dengan saham perusahaan kecil. Saham perusahaan besar PT Unilever Indonesia
Tbk dapat memberikan return sebesar 0,28527 sedangkan saham perusahaan yang
lebih kecil seperti PT Rig Tenders Tbk memberikan return yang jauh lebih kecil
bahkan bernilai negatif.
Fenomena tersebut juga terjadi pada hubungan antara book to market ratio
dan return saham, Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market
merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja
perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan
semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Dari pernyataan
tersebutdapat dikatakan bahwa secara teoritis book to market ratio memiliki
pengaruh negatif terhadap return saham, akan tetapi pada kenyataan yang terjadi
di perusahaan manufaktur di Indonesia terjadi ketidak konsistenan teori tersebut.
Tidak selamanya book to market ratio berpengaruh negatif terhadap return saham.
Misalnya pada saham PT. Sepatu BataTbk. yang memiliki nilai book to
market ratio yang relatif tinggi (sebesar 0,903077) memiliki return saham yang
(24)
Unilever Indonesia Tbk yang hanya sebesar 0,28527 dengan nilai book to market
ratio yang juga lebih rendah (sebesar 0,06391).
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu (research gap) serta
perbedaan realita dan teori (fenomena gap) , maka perlu diadakan penelitian
mengenai hubungan antara distress risk, firm size, book to market ratio dengan
return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010 - 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah apakah distress risk,
firm size, dan book to market ratio berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhdistress
risk, firm size, dan book to market ratio terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan Investor dalam
melakukan investasi pada saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di
(25)
2. Bagi Emiten
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi
emiten dalam pengelolaan investasi yang telah dilakukan perusahaan.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian umumnya di bidang manajemen keuangan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian serupa yang
nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya kesempurnaan baik teori
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Teoritis
2.1.1. Return Saham
Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi
utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return
(kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return
(kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan
investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan
datang.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003).
Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah
satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu
investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total terdiri dari capital gain
(loss) dan yield sebagai berikut ini :
Return=Capital gain (loss)+Yield
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu :
Capital gain atau capital loss= Pt-(Pt-1) Pt-1
(27)
Jika harga investasi sekarang (�� ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (�� −1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah
persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi,
yield adalah prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi
periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai
berikut ini.
Return=Pt-�Pt-1�
Pt-1
+
YieldUntuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar�� rupiah per-lembarnya, maka yield adalah sebesar��/�� −1dan return total dapat dinyatakan sebagai :
Return saham
=
Pt-�Pt-1�Pt-1 + Dt
Pt-1
Capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
saham di pasar sekuner sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan penerbit saham (emiten) atas keuntungan yang
dihasilkan perusahaan.
2.1.2. Distress Risk
Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan
operasi atau usahanya (Altman,1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat
(28)
ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang
tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan
pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti
tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari
arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat
berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien.
Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang
membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam
pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap
gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor
financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada
perusahaan.
Financial distress merupakan kondisi di mana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.
Kebangkrutan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana
perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada
debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk
menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin
dicapai oleh perusahaan dapat dicapai. Kondisi financial distress pada suatu
perusahaan mengindikasikan adanya risiko kebangkrutan (distress risk) pada
(29)
Risiko kebangkrutan harus selalu diwaspadai oleh perusahaan, karena jika
terjadi kebangkrutan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut benar-benar
mengalami kegagalan usaha dengan menanggung kerugian yang sangat besar.
Untuk itu, perusahaan harus melakukan analisis sedini mungkin, terutama analisis
mengenai risiko kebangkrutan. Distress risk pada suatu perusahaan dapat
diketahui dengan menganalisis rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan
memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan.
Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya
pada dasarnya bersifat penyimpangan (univariate) yang artinya setiap rasio di uji
secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan analisis tersebut, maka
Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan
teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang
memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa
pengelompokan yang bersifat apriori (Weston & Copeland, 1995:287).
Dalam penelitiannya (Altman:1968) mengambil satu sampel yang terdiri
dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami bangkrut. Altman
memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling
berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman
pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1995:288) :
�= 1,2 �1+1,4�2 + 3,3 �3 + 0,6 �4 + 0,5 �5 Dimana :
Z = Z-score
(30)
�2= Retained earnings/total assets
�3= Earning before interest and taxes/total assets
�4= Market value of equity/book value of total liabilities
�5= Sales/total assets
Dengan melakukan analisis diharapkan perusahaan dapat mendeteksi
adanya risiko financial distress lebih awal serta berguna untuk memutuskan
kebijakan yang akan ditempuh untuk mengantisipasinya. Disamping itu, financial
distress hendaknya juga diperhatikan investor untuk memprediksi seberapa besar
return saham yang akan diperoleh dari investasi pada perusahaan tertentu. Distress
risk yang tinggi dapat mengakibatkan perusahaan mempunyai prospek
keuntungan yang kurang baik. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen
yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik,
serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai dividen,
maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya total
return yang diterima investor dalam investasi saham. Dari sini dapat terlihat
bahwa secara teori distress risk memiliki hubungan negatif terhadap total return.
2.1.3. Firm Size
Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasar firm size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan small
(kecil).Dengan kata lain, firm size merupakan market value dari sebuah
perusahaan. Market value dapat diperoleh dari perhitungan harga pasar saham
dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value (nilai
(31)
Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size perusahaan di mana
perusahaan bisa saja mengalami kegagalan maupun kesuksesan. Dengan kata lain,
market capitalization adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada,
perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan banyaknya saham yang
beredar dengan harga pasar saat ini.
Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah
banyak dilakukan. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya suatu teori yang
dapat secara jelas menjelaskan fenomena pengaruh firm size terhadap berbagai
faktor yang ada. Banz (1981) menemukan adanya hubungan negatif yang kuat
antara average return dan size perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar kecil mempunyai tingkat
pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi
pasar besar. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan
nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat
menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan
firm size yang lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan,
Hamao dan Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan
kapitalisasi kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada
saham berkapitalisasi besar.Penelitian Keim dalam Elton, et all (2003)
mempunyai kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz.
Perusahaan kecil mempunyai tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif
(32)
dikarenakan earning yang diperoleh pada perusahaan kecil cenderung lebih
rendah sehingga peningkatan earning pada tahun berikutnya lebih mudah
dilakukan. Sedangkan pada perusahaan besar dengan earning yang besar,
pertumbuhan relatif lebih rendah karena earning periode sebelumnya cenderung
sudah tinggi.
Fama dan French (1992) menempatkan saham-saham ke salah satu dari
sepuluh portofolio setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasar
ukuran perusahaan, kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio
tersebut dari Juli 1963 – Desember 1990. Tetapi ternyata hasilnya adalah terdapat
hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan return rata-rata (avarage
return).
Pada umumnya, saham perusahaan yang lebih kecil cenderung memiliki
return yang lebih besar dibandingkan dengan saham perusahaan yang lebih besar,
fenomena ini biasa disebut dengan size effect. Dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Barber (1996) juga menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap return saham. Barbee (1996) mengukur ukuran
perusahaan melalui nilai pasar ekuitas (market value equity, MUE).
Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size
berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995) menyatakan
bahwasecara parsial firm size berpengaruh signifikan terhadap return. Saham
perusahaan kecil mempunyai kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih
rendah daripada saham perusahan besar. Size effect di dalam pendapatan terjadi
(33)
kecil terutama setelah resesi di Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun
1980-an, perusahaan berkapitalisasi besar mempunyai return tahunan (annual
returns) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil.
Hasil ini menyebabkan perdebatan apakah perbedaan ini hanya sementara atau
akan terjadi pada jangka waktu panjang. Beberapa peneliti telah berusaha untuk
meneliti asal dari premium perusahaan kecil. Kesimpulan yang didapat antara lain
adalah :
a. Perusahaan berkapitalisasi pasar sangat kecil (microcap company)
mempunyai returns yang lebih kecil dibandingkan perusahaan
berkapitalisasi yang lebih besar. Banyak perusahaan kecil mempunyai
harga yang rendah dan tidak likuid, serta tidak adanya equity research
analyst.
b. Pada perusahaan berkapitalisasi kecil, returns yang lebih besar terjadi pada
bulan Januari. Sedangkan pada bulan Februari hingga Desember tidak ada
premium.
c. Perusahaan berkapitalisasi kecil diduga mempunyai return yang lebih
baik, ketika suku bunga jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan
jangka panjang dan juga ketika inflasi tinggi.
Beberapa peneliti juga meneliti hubungan antara annual returns dengan
jumlah analis dan institutional holding. Mereka menemukan, bahwa
returnscenderung meningkat, seiring dengan menurunnya jumlah analis pada
(34)
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa besar
kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan merupakan faktor risiko yang patut
diperhitungkan dalam menghitung tingkat pengembalian (return) saham. Secara
umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif
antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size).
2.1.4. Book to Market Ratio
Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan oleh
para investor, karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator
bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Rasio book to market equity
menyatakan perbandingan book equity terhadap market equity perusahaan. Fama
dan French (1995) mendefinisikan book to market equity sebagai “book common
equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divied by market equity at the end of December of the year (t-1)”. Book to market ratio dihitung dengan
membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun),
untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market
ratio rendah dan tinggi.
Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio
yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui
harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan
dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di
padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
(35)
menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham
dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan
total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total
ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan
baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam
menganalisis investasi antara lain :
1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan
dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi
discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam
memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to
market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada
satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue
atau sudah overvalue.
3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan
menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan
book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih
sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif.
Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap
return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu
(36)
sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki
tingkat return saham yang relatif lebih tinggi.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Nama Peneliti Variabel Penelitian Judul Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Darusman (2012) Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum Analisis Pengaruh Firm
Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, Dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham Analisis Linier Berganda
Firm Size dan Book to Market Ratio
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap return saham. Price Earning Ratio
berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return
portofolio saham perusahaan. Momentum
terjadi pada minggu ke-2, 4, dan 8 setelah pembentukan harga saham. Fitriati
(2005)
Distress risk, firm size, dan book to market ratio
Analisis Hubungan
Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham Analisis Linier Berganda Hubungan negatif antara distress risk dengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara
book to market ratio dengan return saham
(37)
Nama Peneliti Variabel Penelitian Judul Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Suhardiyah (2002) Price earning ratio, dan risiko
Pengaruh Price
Earning Ratio dan Risiko Terhadap Return Saham Analisis regresi berganda Price earning
ratio secara
individual tidak berpengaruh
terhadap return
saham. Risiko yang diukur dari variable beta berpengaruh
positif dan signifikan.
Pengaruh per dan risiko secara bersama-sama
sangat kecil terhadap return
saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai
pengaruhdistress risk, firm size, danbook to market ratio terhadapreturn saham,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan
operasi atau usahanya (Altman:1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor finansial. Dalam hal
ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang
tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan
pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti
tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari
arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor finansial dapat
(38)
Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang
membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam
pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap
gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor
finansial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada
perusahaan.
Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai
kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang
lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan, Hamao dan
Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi
kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada saham
berkapitalisasi besar.Penelitian Keim dalam Elton, et all (2003) mempunyai
kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz.
Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio
yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui
harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan
dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di
padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka model kerangka
(39)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipoteis
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah distress risk, firm size, danbook to market ratioberpengaruh
signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
DISTRESS RISK
RETURN SAHAM FIRM SIZE
BOOK TO MARKET RATIO
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya, demikian juga pemahaman
kesimpulan penelitian, akan lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik,
bagan, gambar, atau tampilan lain (Suharsimi, 2002: 10).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs
DIRECTORY (ICMD). Penelitian ini dilakukanpada bulan Mei sampai dengan
bulan Juli 2015.
3.3. Batasan Operasional
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : Distress risk(�1), FirmSize (�2), Book-to-market ratio (�3)
b. Variabel terikat : Return saham (Y)
3.4. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(41)
3.4.1. Distress Risk
Distress risk merupakan salah satu faktor risiko yang berkaitan dengan
kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan kepada
investor dan debitur. Distress risk dapat dijadikan sebagai indikator kinerja
perusahaan sehingga perlu dilakukan analisis mengenai tingkat distress risk
perusahaan. Altman (1968), merupakan penelitian awal yang mengkaji
pemanfaatan analisis rasio-rasio keuangan sebagai alat atau indikator awal untuk
memprediksi risiko kebangkrutan (distress risk) perusahaan.
Dalam penelitian ini, tingkat distress risk perusahaan diproksikan dengan
Z-score yang dalam penelitian Profesor Edward I Altman (1968) diformulasikan
sebagai berikut :
�= 1,2 �1+ 1,4 �2 + 3,3 �3 + 0,6 �4 + 0,5 �5 Dimana :
Z = Z-score
�1= Working capital/total assets
�2= Retained earnings/total assets
�3= Earning before interest and taxes/total assets
�4= Market value of equity/book value of total liabilities
�5= Sales/total assets
3.4.2. Firm Size
Firm size merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran
(42)
kapitalisasi pasar (market value equity / MVE) diukur dengan menggunakan
jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham pada saat itu (Ang, 1997).
Market value diperoleh dari harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang
diterbitkan (outstanding shares). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Vs = Ps x Ss
Di mana :
��= Market value (nilai pasar) ��= Market price (harga pasar)
��= Outstanding shares (jumlah saham yang diterbitkan) 3.4.3. Book to Market Ratio
Adalah perbandingan antara nilai buku saham dengan nilai pasar saham.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan, sedangkan
formula dari rasio book to market adalah (Damodaran, 2002) :
Book to Market Ratio = Nilai Buku Ekuitas
Nilai Pasar Saham
3.4.4. Return Saham
Return saham pada dasarnya adalah keuntungan yang dinikmati oleh
investor atas investasi saham yang dilakukannya. Konsep return realisisi saham
dalam penelitian ini adalah total return yang terdiri dari capital gain (loss) yang
merupakan perbandingan antara selisih harga saham saat ini dengan harga saham
(43)
yang merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga saham
periode sebelumnya.
Untuk menghitung besarnya return saham tahunan yang diperoleh
investor, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai closing price
tahunan pada periode tahun 2009-2014 serta dividen final per tahun pada periode
tahun 2010-2014. Closing price dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung
capital gain (loss) sedangkan dividen digunakan untuk menghitung yield.
Secara matematis return saham dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto,
2003) :
��1−��
��
Dimana :
�
�+1=
Harga saham periode tahun depan�
�=
Harga saham periode saat iniTabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Distress risk(�1)
merupakan salah satu faktor risiko yang berkaitan dengan kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan kepada investor dan debitur
Z= 1,2�1+1,4�2+3,3�3+0,6�4+0,5�5
Rasio
Firm Size
(�2)
ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan
(44)
Variabel Definisi Indikator Skala Book to
Market Ratio
(�3)
perbandingan antara nilai buku saham dengan nilai pasar saham
Book to Market Ratio = Nilai Buku Ekuitas
Nilai PasarSaham Rasio Return Saham (Y) Keuntungan investor atas investasi saham yang dilakukannya
��1−��
�� Rasio
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengkuantifikasi informasi yang diberikan (Noor, 2011:125). Skala pengukuran
dalam penelitian ini adalah skala rasio.
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2014 dengan sampel
sebanyak 6 perusahaan.Sampel penelitian dipilih dari seluruh populasi dengan
menggunakan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Termasuk dalam sektor industri manufaktur sesuai dengan klasifikasi yang
ada dalam Indonesian Capital Market Directory selama 5 tahun yakni
mulai tahun 2010 sampai dengan 2014.
2. Memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan yang
sudah diaudit selama 4 tahun berturut-turut.
3. Konsisten membayarkan dividen tunai kepada shareholder selama periode
(45)
4. Perusahaan sampel tidak melakukan corporate action (stock split, stock
devidend, dan right issue) selama periode pengamatan. Kriteria ini diambil
dengan alasan untuk menghindari adanya bias pada harga saham yang
disebabkan oleh corporate action.
Sampel dibatasi hanya pada perusahaan yang berada dalam kelompok
industri manufaktur. Pembatasan ini dimaksudkan untuk mengendalikan
variabilitas sifat asset perusahaan yang disebabkan oleh karakteristik industri
sehingga tidak dapat menggambarkan sifat pertumbuhan perusahaan dengan tepat.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan dengan periode pengamatan
masing-masing perusahaan selama 4 tahun maka pada penelitian ini terdapat 80 observasi.
3.7. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu
berupa data time series untuk semua variabel yaitu return saham dan data tentang
rasio book to market, kapitalisasi pasar, yang diperoleh dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) tahun 2010 dan 2014.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan dua metode, antara lain :
1. Riset kepustakaan, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan
mengkaji berbagai literatur pustaka seperti berbagai jurnal dan
(46)
2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.9. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan adalah:
3.9.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk
menyajikan data dalam bentuk angka. Pada metode ini peneliti menggunakan
metode analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya
hubungan dan pengaruh variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel
dependen (Y). Analisis data menggunakan rumus:
Y = a + b1�1+ b2�2+ b3�3+ e Keterangan :
Y = Return saham
a = Konstanta
b1−3 = Koefisien arah regresi
X1 = Distress risk
X2 = Firm Size
X3 = Book to Market Ratio
(47)
3.9.2. Pengujian Hipotesis
3.9.2.1. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji-F)
Uji-F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel bebas
(independent) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent). Kriteria adalah sebagai
berikut :
Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya, distress risk, firm size, dan book to market ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H1 : b1≠b2≠b3 ≠ 0, artinya, distress risk, firm size, dan book to market ratio
berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F :
Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel pada � = 5% Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada � = 5%
3.9.2.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)
Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas, yaitu distress risk,
firm size, dan book to market ratio secara parsial berpengaruh secara signofikan
terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh
(48)
Ho : bi = 0, artinya distress risk, firm size, dan book to market ratio secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap return pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H1 : bi ≠ 0, artinya distress risk, firm size, dan book to market ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t :
Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel pada � = 5% Ho ditolak jika t hitung hitung > t tabel pada � = 5%
3.9.3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi harus memenuhi syarat
asumsi klasik, hal ini untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan
efisien (Best, Linier, Unbiased, Efficient estimator/BLUE). Pengujian asumsi
klasik meliputi : uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji
multikolinearitas.
3.9.3.1. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmograv Smirnov. Dengan
(49)
signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Muslich, Syafrizal,
2012:100).
3.9.3.2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan ntuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
anggota serangkaian data yang diobservasi dan dianalisis menurut ruang atau
menurut waktu, cross section atau time series (Wibowo, 2012:101). Model
regresiyang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan
uji Lagrange Multiplier (LM Test).
3.9.3.3. Uji Heterokedastisitas
Adanya varians variabel independent adalah konstan untuk setiap nilai
tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji
Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen, maka akan ada nilai indikasi terjadi
heterokedastisitas. Jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan
5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas.
Uji heterokedastisitas juga pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. (Muslich,
(50)
3.9.3.4. Uji Multikolinearitas
Istilah kolineritas ganda (multicollinearity) diciptakan oleh Ragner Frish di
dalam bukunya : Statistical Confluence Analysis By Means Of Complete
Regression Sistem. Aslinya istilah ini berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam
model regresi multikolinear sempurna muncul ketika jumlah obesrvasi nol,
sedangkan multikolinear tak sempurna muncul ketika jumlah observasi lebih kecil
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014
4.1.1 PT. Gudang Garam Tbk
PT Gudang garam Tbk adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer
asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan tanggal 26 Juni 1958 oleh Suryo
Winowidjojo, yang merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek.
Suryo Winowidjojo adalah seorang pengusaha Indonesia yang merupakan
pendiri Gudang Garam, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Sebelum
mendirikan Gudang Garam, ia sempat bekerja di pabrik rokok “93” milik
pamannya. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapat promosi dan
akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut.
Suryo Winowidjojo kemudian keluar dari pabrik rokok “93” dan pada usia 35
tahun ia mendirikan perusahaannya sendiri yaitu pabrik rokok Gudang Garamdi
Kediri, Jawa Timur. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai memproduksi
rokoknya sendiri diawali dengan rokok kretek dari klobot. Gudang Garam
didirikannya pada tahun 1958, dan kemudian berkembang pesat dengan jumlah
karyawan mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek
setiap bulannya. Pada tahun 1958, Gudang Garam telah tercatat sebagai pabrik
(52)
Produk Gudang Garam diantaranya adalah Gudang Garam International,
Surya 12, Surya 16, Surya Slims, Surya Signature, Surya Profesional, Surya Pro
Mild, Gudang Garam Nusantara, Gudang Garam Mild, Gudang Garam Merah,
Gudang Garam Djaja, Nusa, Taman Swedari dan Sigaret Kretek Klobot.
4.1.1.1 Visi dan Misi PT. Gudang Garam Tbk
a. Visi
Menjadi perusahaan besar yang terpandang, menguntungkan dan
memiliki peran dominan dalam industri rokok domestik.
b. Misi
Menyediakan produk-produk inovatif bermutu tinggi yang memenuhi,
bahkan melebihi harapan konsumen sekaligus memberikan manfaat bagi
semua Stakeholder.
4.1.2 PT. Sepatu Bata Tbk
Sepatu Bata T
BATA berlokasi di Jl. RA. Kartini Kav. 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430,
dan fasilitas produksi terletak di Purwakarta.BATA adalah anggota Bata Shoe
Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne, Switzerland.
BSO merupakan produsen terbesar penghasil sepatu di dunia yang beroperasi di
banyak negara, menghasilkan serta menjual jutaan pasang sepatu setiap tahun.
Bata merupakan produsen dan riteler produk alas kaki global untuk
(53)
ini memiliki tiga unit perusahaan yaitu Bata Eropa, yang berbasis di Italia, Bata
Emerging Pasar (Asia, Pasifik, Afrika dan Amerika Latin), yang berbasis di
Singapura, dan Bata Protective (operasi B2B di seluruh dunia), yang berbasis di
Belanda. Toko ritelnya ada di lebih dari 70 negara dan fasilitas produksinya ada di
26 negara. Dalam sejarahnya Bata telah menjual lebih dari 14 miliar pasang
sepatu dan dianugerahi Guinness World Record sebagai "Largest Shoe Retailer
and Manufacturer". Kini Bata mempekerjakan lebih dari 30.000 karyawan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, BATA adalah bergerak di
bidang usaha memproduksi sepatu kulit, sepatu dari kain, sepatu santai dan olah
raga, sandal serta sepatu khusus untuk industri, impor dan distribusi sepatu serta
aktif melakukan ekspor sepatu. Merek-merek utama yang dimiliki BATA,
diantaranya terdiri dari Bata, North Star, Power, Bubblegummers, Marie Claire,
dan Weinbrenner.
Pada tanggal 06 Februari 1982, BATA memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BATA
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.200.000 saham dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham serta harga penawaran Rp1.275,- per saham. Seluruh saham
Perusahaan telah didaftarkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 24 Maret
1982.
Dalam sejarahnya, perusahaan ini awalnya bernama A. Bata dan didirikan
di Zlín oleh Tomáš Bata dengan kakaknya dan istrinya, Antonin dan Anna.
Keluarga mereka telah menjadi tukang sepatu selama bertahun-tahun. Awalnya,
(54)
dengan jadwal tetap. Pada saat itu sistem kerja seperti ini belumlah lazim dan
masih langka.
Pada musim panas 1895, Tomáš menghadapi kesulitan keuangan, dan
utang berlimpah. Kemudian, Tomáš memutuskan untuk menjahit sepatu yang
berasal dari kanvas untuk mengganti bahan kulit. Sepatu jenis ini menjadi sangat
populer dan membantu pertumbuhan perusahaan hingga akhirnya perusahaan
mampu mempekerjakan 50 karyawan. Empat tahun kemudian, Bata
menggunakan mesin uap pertama mereka sebagai pertanda diawalinya periode
modern.
Pada 1904 Tomáš Bata memperkenalkan teknik produksi mekanik yang
memungkinkan Bata Shoe Company menjadi salah satu produsen sepatu massal
pertama di Eropa. Produk besar pertamanya "Batovky," adalah sepatu kulit dan
tekstil yang segmennya merupakan para pegawai. Sepatu ini begitu dikenal karena
kesederhanaan, gaya, keringanan dan harga yang terjangkaunya. Kesuksesan ini
membantu perkembangan perusahaan hingga pada tahun 1912, perusahaan telah
memiliki 600 pekerja penuh dan ditambah lagi beberapa ratus pegawai yang
bekerja dari rumah mereka.
4.1.2.1 Visi Dan Misi PT. Sepatu Bata Tbk
a. Visi
Memperkuat posisi Bata sebagai pemimpin bisnis alas kaki di Indonesia dan
(55)
b. Misi
Mampu bersaing dan berkembang sehat dalam menghadapi tantangan masa
kini dan masa depan.
4.1.3 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Perusahaan) didirikan di Indonesia
pada tanggal 16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No.
227. Akta pendirian tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2876HT.01.01.Th.85 tanggal 17 Mei
1985, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 946,
Tambahan No. 57 tanggal 16 Juli 1985. Anggaran dasar Perusahaan telah
beberapa kali mengalami perubahan, perubahan terakhir dengan akta notaris
Amrul Partomuan Pohan, S.H., LLM No. 3 tanggal 3 Mei 2007 mengenai, antara
lain, perubahan batas-batas wewenang anggota dewan direksi Perusahaan.
Perubahan ini telah dilaporkan kepada dan dicatat di dalam “database” Sistem
Administrasi Badan Hukum (SISMINBAKUM) Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia No.W7-HT.01.04-7590 tanggal 29 Mei
2007.Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1985.
Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan, antara lain, pabrik semen dan bahan-bahan bangunan, konstruksi dan
perdagangan. Saat ini Perusahaan dan Anak Perusahaan bergerak dalam beberapa
bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti)
(56)
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl.
Jend. Sudirman Kav. 70-71, Jakarta. Pabriknya berlokasi di Citeureup – Jawa
Barat, Cirebon – Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan Selatan.
Usaha semen meliputi operasi dari dua belas (12) pabrik Perusahaan yang
berlokasi di tiga lokasi berbeda, yaitu sembilan pabrik semen terpadu di Citeureup
– Bogor, dua pabrik semen terpadu di Palimanan – Cirebon dan satu pabrik semen
terpadu di Tarjun – Kalimantan Selatan, dengan jumlah keseluruhan kapasitas
produksi sekitar 17,1 juta ton semen per tahun. Usaha pabrikasi beton siap pakai
dan tambang agregat meliputi operasi dari tiga anak perusahaan.
Berdasarkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) tanggal 2
Oktober 1989 yang diaktakan dalam akta notaris Amrul Partomuan Pohan, S.H.,
LLM., No. 4, para pemegang saham menyetujui, antara lain, penawaran umum
kepada publik sebesar 59.888.100 saham.Pada tanggal 31 Desember 2007 dan
2006, Perusahaan dan Anak Perusahaan masing-masing memiliki 6.433 dan 6.637
karyawan tetap (tidak diaudit).
4.1.3.1 Visi dan MisiPT. Indocement Tunggal Tbk a. Visi
Pemain utama dalam bisnis semen domestic dan pemimpin pasara dibidang
beton siap-pakai, agregat, dan bisnis pasir dijawa
b. Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan
(1)
Fitriati. 2005. Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, Dan Book To Market
Ratio dengan Return Saham, Universitas Padjajaran, Bandung.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometric, Mc. Graw Hill, New York.
Husnan, Suad, 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,
Yogyakarta: UPP AMP YKPI.
Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta : BPFE
John M. Griffin dan Michael L. Lemmon, 2002, Book-to-Market Equity, Distress
Risk and Stock Return, The Journal of Finance, Vol. LVII, No.5
Suhardiyah, 2002. Pengaruh Price Earning Ratio Dan Risiko Terhadap Return
Saham, Universitas Andalas, Padang.
Syafrizal Helmi dan Muslich Lutfi, 2012. Analisis Data Untuk Riset Manajemen
dan Bisnis, Edisi 2, USU Press, Medan.
Van Horne, James C, dan Wachowicz, John M, 2007, Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan, Jakarta : Salembe Empat
Wibowo, Agung Edy, 2012, Aplikasi Praktis SPSS dalam penelitian, Penerbit
Gava Media, Yogyakarta.
Zaretzky, Kaylene, dan Zumwalt, J. Kenton, 2007, Relation Between Distress
Risk, Book-To-Market Ratio And Return Premium, Journal of Managerial
Finance, Vol. 33, No. 10, 2007, 788-797
(2)
Lampiran 1. Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan ReturnSaham
Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014
No
EMITEN
Tahun
Distress
Risk
Firm Size
Book to
Market
Ratio
Return
Saham
1
PT. Gudang Garam Tbk.
2010
0,259700
1.158.796 0,1045870
0,0245860
2011
0,387570
1.163.485 0,1198530
0,0398700
2012
0,485700
1.115.680 0,1124580
0,0256370
2013
0,658900
1.256.986 0,1204850
0,0399870
2014
1,766380
1.321.919
0,189118
0,0717500
2
PT. Sepatu Bata Tbk.
2010
0,698310
39.650
0,1563280
0,0532600
2011
0,699450
39.940
0,1659830
0,0543250
2012
0,708960
41.683
0,1885603
0,0568900
2013
0,756800
42.510
0,1926774
0,0593580
2014
1,007430
49.092
0,1995283
0,1109270
3
PT. Indocement Tunggal Tbk.
2010
0,638900
1.189.760 0,0634560
0,0245890
2011
0,679642
1.308.645 0,0653280
0,0193580
2012
0,738905
1.338.936 0,0663487
0,0296590
2013
0,834919
1.339.380 0,0673584
0,0369450
2014
1,364384
1.458.615 0,0766369
0,0889630
4
PT. Goodyear Indonesia Tbk.
2010
0,653968
69.358
0,1559835
0,0125360
2011
0,669358
72.340
0,1563284
0,0129830
2012
0,670347
74.001
0,1593568
0,0130250
2013
0,673980
74.150
0,1613247
0,0151690
2014
0,701987
81.201
0,1805046
0,0133850
5
PT. Unilever Indonesia Tbk.
2010
6,789010
1.287.254 0,0101254
0,0458670
2011
6,893140
1.232.890 0,0103586
0,0483560
2012
6,900560
1.394.258 0,0115681
0,0499320
2013
7,005910
1.338.900 0,0114587
0,0504870
2014
7,582480
2.061.136 0,0203982
0,0906300
6
PT. Tenders Tbk.
2010
1,589325
105.890
0,198546
0,0123990
2011
1,602590
108.970
0,203684
0,0136070
2012
1,639897
110.840
0,209876
0,0140280
2013
1,668720
111.015
0,219289
0,0144690
2014
1,763308
118.355
0,26505
0,0204890
(3)
Lampiran 2. Output Uji Asumsi Klasik
Regression
Variables Entered/RemovedModel
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Book_To_Market _Ratio,
Firm_Size, Distress_Riska
. Enter
a. All requested variables entered.
Coefficient Correlationsa
Model
Book_To_Market
_Ratio Firm_Size Distress_Risk
1 Correlations Book_To_Market_Ratio 1.000 .301 .475
Firm_Size .301 1.000 -.273
Distress_Risk .475 -.273 1.000
Covariances Book_To_Market_Ratio .007 .002 .001
Firm_Size .002 .006 .000
Distress_Risk .001 .000 .001
a. Dependent Variable: Return_Saham
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) Distress_Risk Firm_Size
Book_To_Market _Ratio
1 1 2.794 1.000 .01 .03 .03 .01
(4)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 90,276.66 757,437.19 387,822.00 154,950.712 30
Std. Predicted Value -1.920 2.385 .000 1.000 30
Standard Error of Predicted Value
62982.703 122626.242 81219.919 14722.068 30
Adjusted Predicted Value 59,655.65 695,273.19 384,607.11 157,061.201 30
Residual -289,078.031 632,663.438 .000 213,929.332 30
Std. Residual -1.279 2.800 .000 .947 30
Stud. Residual -1.352 3.032 .007 1.011 30
Deleted Residual -322,931.844 741,510.563 3,214.894 244,152.557 30
Stud. Deleted Residual -1.375 3.697 .037 1.100 30
Mahal. Distance 1.287 7.576 2.900 1.463 30
Cook's Distance .000 .395 .035 .075 30
Centered Leverage Value .044 .261 .100 .050 30
(5)
Lampiran 3. Output Analisis Linier Berganda
Regression
Casewise DiagnosticsaCase
Number Std. Residual Return_Saham Predicted Value Residual
1 -.699 245,860 403,770.43 -157,910.425
2 -.207 398,700 445,423.19 -46,723.194
3 -.753 256,370 426,551.61 -170,181.611
4 -.339 399,870 476,565.58 -76,695.579
5 1.756 717,500 320,721.09 396,778.908
6 .754 532,600 362,201.88 170,398.123
7 .706 543,250 383,806.38 159,443.622
8 .593 568,900 434,867.91 134,032.090
9 .650 593,580 446,752.19 146,827.811
10 2.800 1,109,270 476,606.58 632,663.425
11 -.406 245,890 337,674.06 -91,784.057
12 -.751 193,580 363,213.10 -169,633.096
13 -.341 296,590 373,571.63 -76,981.633
14 -.051 369,450 381,078.30 -11,628.303
15 1.948 889,630 449,566.54 440,063.458
16 -1.055 125,360 363,829.74 -238,469.740
17 -1.045 129,830 365,909.91 -236,079.908
18 -1.074 130,250 372,973.68 -242,723.684
19 -1.000 151,690 377,575.36 -225,885.364
20 -1.279 133,850 422,928.03 -289,078.025
21 -.479 458,670 566,911.27 -108,241.267
22 -.357 483,560 564,289.82 -80,729.823
(6)
28 .075 140,280 123,223.94 17,056.063
29 .079 144,690 126,905.02 17,784.977
30 .507 204,890 90,276.66 114,613.340
a. Dependent Variable: Return_Saham
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 90,276.66 757,437.19 387,822.00 154,950.712 30
Residual -289,078.031 632,663.438 .000 213,929.332 30
Std. Predicted Value -1.920 2.385 .000 1.000 30
Std. Residual -1.279 2.800 .000 .947 30