Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio, dan Momentum Pada Perusahaan Perbankan di (BEI) Periode 2009-2011

(1)

SKRIPSI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET RATIO, DAN MOMENTUM TERHADAP

RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI 2009-2011

OLEH : RINI MASYITAH

090503038

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Book To Market Ratio, dan Momentum Pada Perusahaan Perbankan di (BEI) Periode 2009-2011” dengan baik. Tidak lupa pula shalawat beriringkan salam juga penulis curahkan kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntasi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Terselasaikannya skripsi ini tentu tak terlepas berbagai pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, baik dukungan moril maupun materil. Terutama Ibunda tercinta Hj. Roslila, yang selalu melimpahkan doa dan mendukung penulis dengan sepenuh hati serta memotivasi penulis dengan tiada henti untuk menjadi yang terbaik. Tanpa dukungan, motivasi dan doa dari Ibunda, penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang sarjana. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kerja keras dan ketulusan hati Ibunda dengan Surga-Nya. Penulis juga mempersembahkan


(3)

skripsi ini untuk Almarhum Papa tersayang Burhanuddin yang telah tiada. Begitu juga kepada Rizal Darmawan, Amd. selaku abang penulis atas doa, kasih sayang dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis juga ingin mengungkapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.E.c.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Bapak Keulana Erwin SE, Msi, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini. Serta Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak. selaku dosen pembaca yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Sahabat yang selalu mau mendengarkan keluh kesah, memberikan saran, menghibur, membantu dalam masa belajar, Wika Ditia, Novia Chairani, Galuh Somara, Renita Johanisyah, Maricella, dan Selli A.P.

6. Teman terbaik, Espinoza yang sangat membantu penulis dalam belajar, khususnya dalam menyelesaikan skripsi penulis. Tak lupa pula teman-teman di


(4)

departemen Akuntansi 2009 yang begitu banyak jumlahnya, sulit untuk menyebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua hal yang telah kita lalui bersama.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelasaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Amin.

Medan, Juni 2013 Penulis

( Rini Masyitah ) NIM. 090503038


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio, dan Momentum Pada Perusahaan Perbankan di (BEI) Periode 2009-2011“ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini,saya besedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan,

( Rini Masyitah ) NIM : 090503038


(6)

ABSTRACT

Return is one of the investor’s motive in investment decision making. Investment decision associate with whether to sell or buy stocks. This research aims at studying the fundamental variables that can be used as predictors short return on investment. The variables studied are Firm Size, Book to Market Ratio and Momentum. Analytical techniques used in this study is the multiple linear regression.

This research was conducted with quantitative methods to the financial statements banking companies of listed in BEI during the period 2009-2011. The total study sample was 23 banking companies of listed during observed period are determined through purposive sampling method. Method of hypothesis testing using different test t-test and multiple linear regression.

The results showed Firm Size has no significant positive effect on portfolio stock returns. Book to Market Ratio has no significant negative effect on portfolio stock returns. Momentum has no significant positive effect on portfolio stock returns on banking companies of listed in BEI on trust rate 95%.

Key words : Portfolio Stock Return, Firm Size, Book to Market Ratio, and Momentum.


(7)

ABSTRAK

Return merupakan salah satu yang mendasari keputusan investor dalam berinvestasi. Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan apakah akan membeli atau menjual saham. Penelitian ini bertujuan mempelajari variabel fundamental yang dapat dijadikan alat prediksi singkat pengembalian investasi. Variabel-variabel yang diteliti adalah Firm Size, Book to Market Ratio, dan Momentum. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif terhadap laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan yang listing selama periode pengamatan yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis menggunakan uji beda t-test dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukan Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Momentum berpengaruh positif dan tidak signifikan tehadap return portofolio saham pada perusahan perbankan yang terdaftar di BEI pada tingkat kepercayaan 95%.

Kata kunci: Return portofolio saham, Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep ... 13

2.1.1 Saham ... 13

2.1.2 Return Saham... ... 16

2.1.3 Ukuran Perusahaan (firm size) ... 18

2.1.4 Book To Market Ratio... ... 20

2.1.5 Momentum ... 22

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24


(9)

2.4 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.5.1 Variabel Independen ... 35

3.5.2 Variabel Dependen ... 35

3.5.3 Indikator ... 35

3.6 Metode Analisis Data ... 37

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 37

3.6.1.1 Uji Normalitas Data ... 38

3.6.1.2 Uji Multikolonearitas ... 40

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.6.1.4 Uji Autokolerasi ... 41

3.6.2 PengujianAnalisis Koefisien Korelasi dan koefisien Determinasi ... 42

3.6.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43

3.6.3.1 Metode Regresi Linear berganda ... 43

3.6.3.2 Uji Signifikan Simultan ( Uji- F ) ... 43


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 46

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 46

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 46

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 48

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 49

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas ... 53

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.2.2.4. Uji Autokorelasi ... 56

4.3. Analisis Regresi ... 57

4.4. Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.1. Uji Signifikan (t-test) ... 61

4.4.2. Uji Signifikan Simultan (f-test) ... 64

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 70

5.3. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel ... 36

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi ... 56

Tabel 4.5 Analisis Regresi ... 57

Tabel 4.7 Uji Statistik t ... 62


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 4.1 Histogram ... 51

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data ... 52


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

Lampiran ii Data Ukuran Perusahaan ... 76

Lampiran iii Data Book to Market Ratio Perusahaan ... 77

Lampiran iv Data Momentum Perusahaan ... 78

Lampiran v Data Return Saham ... 79

Lampiran vi Statistik Deskriptif ... 80

Lampiran vi Uji Normalitas ... 80

Lampiran vii Uji Multikolinieritas ... 82

Lampiran vii Uji Heteroskedastisitas ... 82

Lampiran viii Uji Autokorelasi ... 83


(14)

ABSTRACT

Return is one of the investor’s motive in investment decision making. Investment decision associate with whether to sell or buy stocks. This research aims at studying the fundamental variables that can be used as predictors short return on investment. The variables studied are Firm Size, Book to Market Ratio and Momentum. Analytical techniques used in this study is the multiple linear regression.

This research was conducted with quantitative methods to the financial statements banking companies of listed in BEI during the period 2009-2011. The total study sample was 23 banking companies of listed during observed period are determined through purposive sampling method. Method of hypothesis testing using different test t-test and multiple linear regression.

The results showed Firm Size has no significant positive effect on portfolio stock returns. Book to Market Ratio has no significant negative effect on portfolio stock returns. Momentum has no significant positive effect on portfolio stock returns on banking companies of listed in BEI on trust rate 95%.

Key words : Portfolio Stock Return, Firm Size, Book to Market Ratio, and Momentum.


(15)

ABSTRAK

Return merupakan salah satu yang mendasari keputusan investor dalam berinvestasi. Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan apakah akan membeli atau menjual saham. Penelitian ini bertujuan mempelajari variabel fundamental yang dapat dijadikan alat prediksi singkat pengembalian investasi. Variabel-variabel yang diteliti adalah Firm Size, Book to Market Ratio, dan Momentum. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif terhadap laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan yang listing selama periode pengamatan yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis menggunakan uji beda t-test dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukan Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Momentum berpengaruh positif dan tidak signifikan tehadap return portofolio saham pada perusahan perbankan yang terdaftar di BEI pada tingkat kepercayaan 95%.

Kata kunci: Return portofolio saham, Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Krisis keuangan pada tahun 2007-2008, disebut sebagai “the credit crunch” atau “krisis kredit”. Pertama mulai muncul di permukaan pada 9 Agustus 2007, ketika investor mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai sekuritasi mortgage di Amerika Serikat yang berakibat pada krisis likuiditas yang berujung pada injeksi capital atas pasar financial oleh federal reserve dan European Central Bank. Hal ini mengakibatkan kegagalan di lembaga keuangan dan pembekuan dari pasar modal, dengan efek yang sangat signifikan pada ekonomi riil baik di Negara maju dan berkembang. Pemulihan atas dampak tersebut tampaknya sedang berlangsung. Krisis ini juga telah menunjukkan bahwa lembaga keuangan dan pasar saling berhubungan erat baik di dalam negeri maupun di seluruh Negara (Damartriadi, 2009)

Namun hal ini tidak sebanding dengan minat investor yang melakukan Perburuan saham perbankan yang dilakukan oleh investor yang berhasil mengantar indeks menyentuh level 4.500 (IHSG 2013) untuk pertama kalinya dan juga merupakan level tertinggi sepanjang sejarah bursa. Sentimen negatif dari tingginya inflasi bulan Januari 2013 serta turunnya kinerja ekspor tidak menghalangi kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia. Melonjaknya saham sektor perbankan di atas 2 persen yang diikuti sektor lainnya mampu mendongkrak indeks. Pada perdagangan sesi pertama Jumat, 1 Februari 2013, indeks saham melambung 64,115 poin (1,44 persen) ke level 4.517,818 dan investor asing kembali


(17)

mencatat pembelian bersih Rp 553 miliar. Volume perdagangan mencapai 3,15 miliar saham dengan nilai Rp 3,13 triliun serta frekuensi 94 ribu kali transaksi lebih. Harga 153 saham, 64 saham turun, serta 98 saham lainnya stagnan (Muhammad Alfatih, 2012)

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, (Muhammad Alfatih) menjelaskan ekspektasi tumbuhnya kinerja perbankan 2012 dan prospek di tahun 2013 membuat saham perbankan kembali diborong pemodal. Sebagai contoh, saham Bank BNI (BBNI) naik 8,3 persen menjadi Rp 4.250, Bank Mandiri (BMRI) 4,4 persen ke Rp 9.450, serta Bank BCA juga menguat 3,9 persen menjadi Rp 9.950 per saham. Meskipun sudah naik cukup kencang, potensi kenaikan masih ada walau sudah mulai terbatas. Tetap tumbuhnya perekonomian domestik membuka peluang tumbuhnya kredit perbankan. Fokus investor tertuju pada laporan keuangan emiten. “Saham- saham yang diperkirakan masih mencatat pertumbuhan kembali diakumulasi pemodal dan untuk saat ini sektor perbankan,” tuturnya.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pasal 1 ayat 2). Pada dasarnya falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri dari pemilik atau pemegang saham. Oleh sebab itu, pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut


(18)

untuk menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya.

Secara umum semakin tinggi kinerja suatu bank semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik (Koetin, 2002 : 89). Meskipun demikian, perusahaan yang memiliki kinerja baik harga saham nya bisa saja turun karena keadaan pasar yang jelek (bearish) yang menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang, namun saham ini tidak akan sampai hilang jika kepercayaan pemodal kembali pulih.

Defenisi saham menurut para ahli adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5). Saham dapat disebut juga sebagai equity securities. Equity securities merupakan bukti kepemilikan perusahaan. Investor yang memiliki sejumlah equity securities (saham) perusahaan berhak atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan (Fabozzi, 2002). Baik perusahaan kecil maupun besar menerbitkan saham sebagai upaya memperoleh tambahan dana dalam rangka menambah kapasitas produksi barang dan jasa.


(19)

Dividend menurut Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”, sedangkan menurut Skousen et al (2001:757) ”Deviden adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Dividen dibagikan berdasarkan kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan yang menentukan jumlah laba perusahaan yang dibagikan kepada investor yang berupa dividen atau dapat menyimpannya sebagai laba ditahan. Yield adalah presentase dividen dengan harga saham pada periode sebelumnya. Capital gain atau

capital loss merupakan selisih dari harga sekarang relatif dengan harga yang sebelumnya. Adapun Return total dari portofolio saham sangat diperhitungkan investor untuk memaksimalkan keuntungan. Return total adalah saham yang berasal dari capital gain ditambah dividend yield (Jones, 2007). Capital gain atau capital loss

merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu (Jogiyanto, 2003). Dalam investasi saham capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham periode lalu maka investor dapat dikatakan memperoleh keuntungan modal (capital gain), sebaliknya jika harga saham sekarang lebih rendah dari harga saham periode lalu maka investor mengalami kerugian modal (capital loss).


(20)

Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998:109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu, return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa yang akan datang dan masih bersifat tidak pasti.

Firm size juga digunakan investor sebagai indikator apakah mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih tahan krisis sehingga akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Perusahaan besar dinilai kurang memberikan laba yang besar tetapi memilki kepastian dalam hal memperoleh keuntungan. Firm size mempengaruhi keputusan investor karena adanya faktor resiko bisnis. Perusahaan kecil cenderung menggunakan keuntungannya untuk melakukan ekspansi. Dalam keadaan tersebut tentunya perusahaan akan meningkatkan laba ditahan yang akan berdampak pada menurunnya jumlah dividend yang dibagikan bahkan tidak sama sekali (Fama dan French, 1992).

Dariush Foroghi dan Bahare Khorsandifar dari University of Isfahan Iran dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul The Effectt of Size, Book to Market Value


(21)

Ratio and momentum on Stock Return on Listed Companies in Teheran Stock Exchange (2011), menemukan hasil yang sama bahwa perusahaan dengan rasio Book to Market Ratio yang tinggi menunjukkan return yang tinggi pula dan memiliki pengaruh positif. Book to market ratio (B/M ratio) merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya.

Menurut Robert Ang (1997) menyatakan bahwa book to market ratio

merupakan

rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relative lebih rendah dari pada nilai buku perusahaan. Secara teoritis book to market ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi book to market ratio suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan book to market ratio rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi,

sedangkan Fama dan French (1992) menyatakan nilai book to market ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan cenderung mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau mempunyai prospek yang kurang baik. Fama dan French (1992) berkesimpulan bahwa book to market ratio

mempunyai hubungan negatif terhadap return,yang artinya semakin besar nilai book to market ratio maka semakin kecil return saham suatu perusahaan dan juga sebaliknya. Selain melihat dari nilai pasar suatu saham, investor menggunakan momentum sering dijadikan indikator apakah mampu menghadapi krisis dalam


(22)

menjalankan usahanya,hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan.

Penelitian tentang strategi momentum mula-mula diperkenalkan oleh Jegadeesh dan Titman (1993). Mereka menemukan pembelian saham pemenang (winners) periode yang lalu dan menjual saham pecundang (losers) pada periode yang lalu memperoleh abnormal return yang signifikan. Abnormal return sendiri disebabkan perubahan harga saham yang sangat drastis. Griffin, Ji, dan Martin (2005) menemukan bahwa dengan menggunakan strategi pendapatan dan keuntungan harga momentum ditambah return dan pendapatan masa lalu memperoleh return yang lebih tinggi dibanding hanya menggunakan salah satu strategi saja. Penelitian mereka pun menyimpulkan keuntungan momentum tidak didorong hanya pada jangka pendek tetapi dengan mengambil return masa lalu yang tinggi untuk mengalahkan pertumbuhan indeks pasar telah menghasilkan return jangka panjang pembelian terus menerus untuk melebihi indeks pasar.

Joseph Nicholson menyatakan bahwa volume merefleksikan semua aktivitas perdagangan di pasar modal, “volume is the business of the market itself; the buying and selling of shares”. Volume merefleksikan aktivitas perdagangan di pasar modal, karenanya volume menjadi indikator yang penting dalam menganalisis aktivitas pasar. Volume bisa tinggi atau rendah, mengukur tingkat ketertarikan investor.

Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara membeli saham-saham perusahaan (emiten) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(23)

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah sektor perbankan. Sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, para investor tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. Informasi-informasi tersebut diperlukan untuk dapat memprediksi besarnya return saham yang akan diterima dari investasi yang dilakukan. Informasi yang dimaksudkan terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dan memiliki pengaruh terhadap return saham.

Hasil penelitian Derry Darusman (2012) menunjukan bahwa

Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan. Momentum terjadi pada minggu ke-2, 4, dan 8 setelah pembentukan harga saham. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa investor cenderung spekulatif dalam melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kinerja suatu bank semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Untuk mengetahui

return saham Bank public yang terdaftar di BEI yang 24 saham diantaranya diperdagangkan di bursa efek Jakarta, maka peneliti memasukkan variabel seperti

firm size, book to market ratio dan momentum. Variabel tersebut merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja bank dan bagi investor sebagai informasi untuk mengetahui return saham perusahaan tersebut. Dengan demikian penelitian ini diberi


(24)

judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To-Market Ratio dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI ) 2009-2011”.

1.2 Perumusan masalah

Dari temuan penelitian terdahulu tersebut dapat diambil rumusan pertanyaan penelitian yaitu :

1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham?

2. Apakah Book To Market Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham?

3. Apakah Momentumberpengaruh secara signifikan terhadap Return saham? 4. Apakah Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio dan Momentum

berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalahdiatas, maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:


(25)

1. Menganalisis pengaruh portofolio saham berdasarkan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. Menganalisis pengaruh portofolio saham berdasarkan book to market ratio terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Menganalisis pengaruh portofolio saham berdasarkan momentum terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Menganalisis pengaruh portofolio saham berdasarkan ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti

Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti pada bidang keuangan khususnya mengenai pasar saham.


(26)

Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian serupa yang nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya kesempurnaan baik teori dan hasil penelitian sebelumnya.

3. Investor

Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam menerapkan strategi di pasar modal khususnya saham.

4. Emiten

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dalam pasar modal untuk memaksimalkan capitalization market dan kebijakan harga saham.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep

2.1.1 Saham

Pengertian saham di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan . pengertian investasi ini berbeda dengan pengertian investasi di dalam manajemen keuangan atau pembelanjaan yaitu investasi berarti penanaman modal atau dana pada berbagai jenis aktiva perusahaan.

Dalam menentukan perubahan harga saham terdapat dua teori yang menetukan, yaitu:

1. Teori Random Walk

Istilah random walk merupakan istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di Nature yang membahas mengenai bagaimana strategi yang optimal untuk mencari orang mabuk yang ditinggalkan di tengah lapangan. Caranya adalah dengan mulai mencari di tempat pertama kali orang mabuk itu ditempatkan sebab orang tersebut akan berjalan dengan arah yang tidak tertebak dan acak (Mills, 1999).

Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa


(28)

perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama (Mills, 1999).

Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin seorang

2. Teori Elliott wave

dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Artinya volatilitas saham tidak akan mempunyai tren yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

The Wave Principle merupakan penelitian Ralph Nelson Elliott (1938) bahwa

Pola-pola tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, (Murphy, 1999)

atau masa mempunyai tren yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu diperhatikan adalah walaupun bersifat repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Selain itu pola yang dikemukakannya merupakan bagian dari pola yang lebih besar, yang pada akhirnya merupakan bagian dari pola yang lebih besar lagi dan seterusnya.


(29)

1) Gelombang satu

Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik.

2) Gelombang dua

Pada saat itu harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham tersebut. Dampaknya adalah tekanan terhadap harga saham turun. Namun penurunan harga ini tidak sampai membuat through gelombang 2 serendah through

gelombang 1 karena investor menilai saham tersebut menjadi murah lagi. 3) Gelombang tiga

Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang paling lama dan kuat sebab didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi untuk mengambil keuntungan dari tren menanjak sehingga perdagangan menjadi ramai. Harga saham pada saat ini naik sampai melewati harga tertinggi pada gelombang 1

4) Gelombang empat

Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini, dimana dalam pola koreksi ini volatilitas harga saham


(30)

cenderung menurun, namun gelombang ini lemah sebab masih banyak investor yang masih menginginkan saham tersebut.

5) Gelombang lima

Pada gelombang ini sebagian besar investor sudah memegang saham ini dan sebagian besar merupakan investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 sebab investor yang berpartisipasi hanya sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada saat ini saham dapat bergerak kembali ke gelombang 1 atau mulai mengkoreksi diri

6) Gelombang ABC

Pada kondisi ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan sedang dalam tahap istirahat

2.1.2 Return Saham

Investasi merupakan menanamkan sesuatu yang nantinya memperoleh hasil (Reilly dan Brown, 2004). Investor menginginkan keuntungan dari modal yang mereka sertakan pada perusahaan yaitu berupa return saham. Pemegang saham dalam investasinya memperoleh return yang ditawarkan suatu saham dalm bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang dengan harga


(31)

saham periode lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan pada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan pada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Biasanya deviden yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan deviden kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. ini berarti jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun deviden saham

Menurut Jogiyanto (98:109) return saham dibedakan menjadi dua yaitu, return

realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return)

1. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang 2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan

masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan resiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula resikonya sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan resiko.


(32)

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Jogiyanto (2003) menjelaskan return total dinyatakan sebagai berikut ini. :

Return saham = ��−( ��−1) ��−1 Keterangan :

Pt =Harga saham pada periode sekarang. Pt-1 =Harga saham pada periode sebelumnya.

2.1.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan adalah ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini. Bentuk logaritma natural digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu.

Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih daro 100 milyar rupiah’.


(33)

Menurut Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2002), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yan ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi rata-rata perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hamya dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural.Menurut Trisnadewi (2012 :58) ukuran perusahaan juga dapat di hitung dengan :


(34)

2.1.4 Book To Market Ratio

Book to market ratio merupakan factor resiko yang harus diperhatikan oleh para investor , Karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indicator bahwa perusahaan tersebut masih under value. Fama dan French (1995) mendefinisikan book to market equity sebagai “book common equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divide by market equity at the end December of the year (t-1)” . book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi

Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor.

Rumus book to market ratio adalah:

����������������� = �����������������

������������������� Atau

����������������� = ��������������������������

ℎ������ℎ����������� Fabozzi (2002) menjelaskan nilai buku terdiri dari :

1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan.


(35)

2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan

Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Fitriatri, 2002):

1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi

discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.

2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue

atau sudah overvalue.

3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan

book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif.


(36)

2.1.5 Momentum

Momentum adalah harga saham yang meningkat akan tetap meningkat dan saham yang harganya menurun akan tetap menurun. Campbell (2004) mendefenisikian momentum sebagai kecendrungan harga saham untuk terus bergerak ke arah yang sama selama beberapa bulan setelah impuls awal. Menurut Fabbozi (2004), momentum dikatakan sebagai relative strength of a stock. Relative strength of a stock

di ukur dengan rasio harga saham dengan beberapa harga indeks. Harga indeks bisa dibentuk dari harga saham dalam industry tertentu atau indeks semua saham terluas. Jika kenaikan rasio jatuh, maka diduga bahwa saham dalam kecendrungan untuk menurun terhadap indeks.

Dalam investopedia momentum dikatakan juga sebagai perubahan tingkat laju harga atau volume sekuritas yang merupakan kelanjutan dari tren. Investor akan membeli saham ketika harga terus naik dan menjual sahamnya ketika pergerakan naiknya telah melemah dan berbalik arah. Indicator yang digunakan yaitu nilai penutupan hari ini terhadap nilai penutupan sebelumnya, jika indicator tersebut bernilai positif, berarti telah terjadi kenaikan. Perilaku ini disebut juga sebagai market timing investment strategy. Sedangkan Jaggadesh dan Titman (1953) mendefenisikan efek momentum sebagai efek dari saham winner atau (losser) dimasa lalu yang terus menunjukkan kinerja yang baik (buruk).


(37)

momentum menurut Darusman (2012:31) dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:

Momentum = CP – CN

Keterangan :

CP = Close price pada periode saat ini.


(38)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Dery Darusman (2012)

Analisis Pengaruh Firms size,Book to MarketRatio,Price Earning Ratio dan Momentum terhadap Return Portofolio Saham.

Portofolio saham

dengan Book To

Market Ratio yang tinggi menghasilkan

return yang lebih

tinggi dari portofolio saham dengan Book To Market Ratio rendah. Portofolio saham pemenang akan tetap meningkat return

sahamnya dan portofolio saham pecundang akan tetap menurun return

sahamnya. Portofolio saham dengan Firm

Size kecil

menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan

portofolio saham dengan Firm Size

besar. 2 Ding du

(2009)

Momentum dan Pembalikannya pada Return Portofolio Industri.

Momentum dalam jangka panjang dapat dijabarkan dengan

autocorreclations

sedangkan dalam jangka pendek lebih dapat dijabarkan dengan serial


(39)

um tidak selalu menunjukan

pembalikan dalam jangka panjang.

3 Fitriati (2010)

Analisis Hubungan Distress Risk,Firm Size dan Book to Market Ratio dengan Return

Saham.

Hubungan negatif antara distress riskdengan return

saham. Hubungan negatif antara firm size

dengan return saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return

saham. 4 Suhardiyah

(2002)

Pengaruh Price Earning Ratio

dan Risiko Terhadap Return

Saham

Price earning ratio

secara individual tidak berpengaruh terhadap

return saham. Risiko yang diukur dari

variable beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh per dan risiko secara bersama-sama sangat kecil terhadap return saham.


(40)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa diantara ke empat penelitian terdahulu, terdapat perbedaan yang signifikan, urain dibawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai perbedaan yang akan di amati oleh peneliti :

1. Perbedaan penelitian yang dilakukan Dery Darusman (2012) dengan peneliti adalah Variabel-variabel yang diteliti adalah Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Penelitian ini bertujuan mempelajari variabel fundamental yang dapat dijadikan alat prediksi singkat pengembalian investasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif terhadap laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian adalah 27 perusahaan yang secara konsisten terdaftar dalam 7 (tujuh) periode pengamatan dalam indeks LQ 45 dan 27 perusahaan yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis menggunakan uji beda t-test dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan.

2. Perbedaan penelitian yang dilakukan Ding Du (2009) dengan peneliti yaitu, meneliti momentum dan pembalikannya pada return portofolio Industri. Variabel yang digunakan adalah momentum. momentum tersebut dihitung


(41)

melalui pendapatan mingguan saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh momentum pada saham di setiap sektor industri dalam jangka pendek dan jangka panjang. Momentum dalam jangka pendek dilihat selama 1 minggu. Sedangkan momentum jangka panjang dihitung selama 26 minggu atau 6 bulan. Sampel yang digunakan sebanyak 30 saham dari tahun 1963-2006. Hasil penelitian menunjukan momentum dalam jangka panjang dapat dijabarkan dengan autocorrelations sedangkan dalam jangka pendek lebih dapat dijabarkan dengan serial correlations. Momentum tidak selalu menunjukan pembalikan dalam jangka panjang.

3. Perbedaan penelitian yang dilakukan Fitriati (2010) dengan peneliti yaitu, dalam penelitiannya tentang analisis hubungan distress risk, firm size, dan

book to market ratio dengan return saham. Variabel yang digunakan distress risk, firm size dan book to market ratio. Metode yang digunakan adalah korelasi sederhana dengan mengambil sampel 20 saham perushaan manufaktur yang listed di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel tersebut terhadap return saham. Hasil penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara distress risk dengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return

saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return saham. 4. Perbedaan penelitian yang dilakukan Suhardiyah (2002) dengan peneliti yaitu,

meneliti tentang pengaruh price earning ratio dan risiko terhadap return


(42)

ini menggunakan analisis regresi tunggal dan berganda (multiple Regression Analysis). Sampel penelitian diambil secara purposive sampling sebanyak 134 perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini menemukan price earning ratio

secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham. Risiko yang diukur dari variabel beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh PER dan risiko secara bersama-sama sangat kecil terhadap return saham


(43)

Return Saham

( Y )

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara ukuran perusahaan, book to market ratio, momentum dan return

saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Ukuran Perusahaan ( X1)

Book To-Market Ratio


(44)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Return saham.

H2 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham.

H3 : Momentumberpengaruh terhadap Return saham.

H4 : Ukuran perusahaan,book to market ratio dan momentum berpengaruh terhadap


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian hipotesis. Menurut Nazir penelitian asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau hubungan kausal (hubungan yang bersifat sebab akibat)

Menurut Sugiono (2004:1) penelitian asosiatif adalah peleitian yang bertujuan untuk mengentahui hubungan antara dua variabel ataupu lebih. Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol suatu gejala.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah dikelola lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain ( Umar, 2001:69 ). Data yang diperolah adalah data time series yaitu data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan tahunan. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendowload melalui situs


(46)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono ( 2005: 267 ), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebanyak 30 perusahaan.

Menurut Sugiyono ( 2005 : 267 ), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dalam penelitisn ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan tertentujudgment sampling( Jogiyanto,2004:9 ).

Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009, 2010 dan 2011.

2. Perusahaan yang tidak delisting dalam jangka waktu tiga tahun berturut-turut. 3. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki kelengkapan data yang

meliputiasset,liabilities,market capital dan close price yang valid sepanjang tahun pengamatan yaitu 2009,2010 dan 2011.


(47)

Setelah melakukan uji purposive sampling, maka perusahaan yang lolos uji adalah:

No. Kode Nama Perusahaan

1. AGRO Bank Agroniaga Tbk

2. INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk

3. BBKP Bank Bukopin Tbk

4. BNBA Bank Bumi Arta Tbk

5. BABP Bank Capital Indonesia Tbk

6. BBCA Bank Central Asia Tbk

7 BNGA Bank Niaga Tbk / Bank CIMB Niaga Tbk

8. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

9. BEKS Bank Ekonomi Raharja Tbk,

10. SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

11. BNII Bank Internasional Indonesia Tbk

12 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk

13. MAYA Bank Mayapada Tbk

14. MEGA Bank MEGA Tbk

15. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk

16. NISP Bank NISP Tbk / Bank OCBC NISP Tbk

17. BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk

18. PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

19. BNLI Bank Permata Tbk

20. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

21. BSWD Bank Swadesi Tbk

22. BTPN Bank Tabungan pensiunan Indonesia Tbk


(48)

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi.

1. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu, melalui sumber-sumber dokumen. Dari metode ini diharapkan akan diperoleh catatan mengenai data-data yang ada hubunganya dengan penelitian ini yaitu laporan keuangan.

2. Metode studi kepustakaan

Metode telaah kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersifat teoritis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode ini dilakukan untuk menunjang kelengkapan data dengan menggunakan buku-buku literatur yang berhubungan dengan return portofolio saham.


(49)

3.5.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1.Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar,2003:50). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran perusahaan,book to market ratio dan momentum. Variabel independen disimbolkan dengan “ X1” ( Ukuran perusahaan ), “X2” ( book to market ratio), “X3” ( Momentum ).

3.5.2.Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhui oleh independen ( Umar, 2003:50 ). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham, dimana variabel dependen disimbolkan dengan “Y”.

3.5.3.Indikator

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.


(50)

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator Ukuran Perusahaan (X1) Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan

log�total asset

Book to Market

Ratio (X2)

Perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. ����������������� ������������������� Momentum (X3) Indikator yang digunakan dengan melihat selisih nilai penutupan pada

periode yang ditentukan terhadap

nilai penutupan pada periode sebelumnya yang ditentukan.


(51)

Return

Saham (Y)

return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu.

��– (�� −1)

�� −1

3.6.Metode Analisis Data

Penelitian analisis data ini menggunakan bantuan SPSS versi 17.0. Penelitian ini melalui dua tahapan pengujian, yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari: Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji Autokorelasi.

2. Uji Hipotesis yang terdiri dari: Metode Regresi Linear Berganda, Uji Signifikan Simultan ( Uji-F ), Uji t ( uji secara parsial )

3.6.1.Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi sederhana. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, Uji Heterokeditas, dan Uji Autokolerasi.


(52)

3.6.1.1.Uji Normalitas Data

Menurut Erlina (2007:103 ) “ Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distibusi normal.

Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk melakukan uji, penulis mendasarkan pada uji grafik dan uji statistik.

a.Uji Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residu adalah dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikain dengan melihat histrogram hal ini dapat menyebabkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat norma probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan data ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(53)

Pada sumbu diagoanal atau grafik atau dengan melihat histrogram residulanya. Dasar pengambilan keputusan:

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya tidak menunjukan pola distibusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b.Uji Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, pada hal secra statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametik. Kolomogrov-Smirnov. Jika nilai Asymp.sig > nilai signifikansi (0,05) maka data berdistribusi normal.


(54)

3.6.1.2 Uji Multikolonearitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang pertama adalah adanya multikolenearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya, antara variable independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna.

Konsekuensi yang sangat penting bagi model regresi yang mengandung multikolenearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cendrung meningkat dengan bertambahnya variable independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan probabilitas menerima hipotesis yang salah (kesalahan � ) juga akan semakin besar. Akibatnya, model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir nilai variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonearitas didalam model regresi ini dengan melihat nilai

Variance Inflation Factor ( VIF ), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai VIF > 10. Apabila nilai VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolonearitas ( Ghozhali, 2005:92 ).


(55)

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji ini adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (tidak efisien).

Model regresi yang baik adalah terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dengan cara melihat grafik plot.

a.Melihat Grafik Scatterplot

Dasar analisis heteroskedasitas adalah sebagai berikut:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titk menyebar diatas dan dibawah angka nol pola sumbu Y, maka tidak terjadi. 3.6.1.4 Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya.


(56)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Santoso ( 2002:218 ) dengan cara melihat besaran Durbin-Waston ( D-W ) sebagai berikut:

• Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

• Angka D-W diantara -2 sampai +2 berati tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2 PengujianAnalisis Koefisien Korelasi dan koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( R2 ) menun jukkan seberapa besar variable independen menjelaskan variable independennya. Nilai R2 adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, maka variable-variabel indepedant member ikan semua informasi yangdibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen semakin terbatas.Nilai R2 memiliki kelemahan yaitu nilai R2 akan meningkat setiap ada penambahan satu varibel independen meskipun varibel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(57)

3.6.3 Pengujian Hipotesis Penelitian 3.6.3.1 Metode Regresi Linear berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menemukan hubungan linear antar bebrapa variabel bebas yang biasa disebut X1,X2,X3 dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y ( Situmorang, 2008:109 ). Model persamaannya adalah sebagian berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan:

Y = Return Saham Α = konstanta

X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Book to Market Ratio

X3 = Momentum β1, β2, β3 = Koefisien Regresi e = error ( pengganggu )

3.6.3.2 Uji Signifikan Simultan ( Uji- F )

Menurut Ghozali ( 2005:84 ) uji statistik F dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang


(58)

dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secra bersama-sama terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujian adalah Ho: bi = b2 = ... = bk = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dan Ha: b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ b3 = 0, artinya semua variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen atau dengan kata lain semua variabel independen tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan ketentuan jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Jika signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak Serta membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ha diterima dan sebaliknya.

3.6.3.3 Uji t ( uji secara parsial )

Uji secara parsial adalah untuk menguji apakah setiap variabel bebas atau independen memilki pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah Ho: bi = 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan siginifikansi t hitung dengan ketentuan Jika Signifikansi < 0,05 maka Ha


(59)

diterima dan Jika signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak serta dengan membandingkan nilai statistic t dengan t tabel, apabila nilai statistik t > t tabel maka Ha diterima sedangkan nilai statistic t < t tabel maka Ha ditolak.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2011. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 23 perusahaan. Daftar perusahaan yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.

4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi. Statistik des kriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ukuran Perusahaan 69 7.34 13.22 10.4175 1.71410 Momentum 69 -9800.00 9300.00 292.1159 1929.48907 Book To Market 69 -280.51 29.02 -3.4616 35.40800 Return Saham 69 75.00 13199.00 2217.3333 2703.59199 Valid N (listwise) 69


(61)

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :

1.Rata-rata dari ukuran perusahaan (log total aset) adalah 10.4175 dengan standar deviasi 1.71410 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai tertinggi log total aset adalah 13,22 sedangkan nilai terendah adalah 7,34. Tabel tersebut menerangkan korelasi antara return saham dan ukuran perusahaan. Besarnya korelasi antara return saham dan ukuran perusahaan 0,591 (korelasi positif) dan signifikan pada alfa 5%. Nilai koefisien korelasi ini menunjukkan derajat keeratan hubungan antara return saham dengan ukuran perusahaan.

2. Rata-rata dari momentum adalah dengan standar deviasi 1929.48907dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai momentum tertinggi adalah 9300.00 sedangkan nilai terendah adalah -9800.00. Besarnya korelasi antara return saham dan momentum 0,455 (korelasi positif) dan signifikan pada alfa 5%. Nilai koefisien korelasi ini menunjukkan derajat keeratan hubungan antara return saham dengan momentum.

3. Rata-rata dari Book to Market Ratio adalah -3.4616 dengan standar deviasi 35.40800 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai tertinggi Book to market Ratio adalah 29,02 sedangkan nilai terendah adalah -280.51. Besarnya korelasi antara return saham dan book tomarket ratio -177 (korelasi negatif) dan tidak signifikan pada alfa 5%. Nilai koefisien korelasi ini menunjukkan tidak adanya derajat keeratan hubungan antara return saham denganbook to market ratio.


(62)

4. Rata-rata dari Return saham adalah 2217.3333 dengan standar deviasi 2703.59199 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai tertinggi Return saham

adalah 13199.00 sedangkan nilai terendah adalah 75,00. Adanya korelasi positif dan signifikan antara return saham dan ukuran perusahaan, dengan nilai korelasi 0,591 dan adanya korelasi yang signifikan antara return saham dengan momentum, yaitu 0,455. Sementara itu adanya korelasi negatif antara return saham dengan book to market ratio dengan nilai korelasi -177.

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik

Salah satu satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak biasa dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ini.

• Berdistibusi normal.

Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.


(63)

Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.2.1. Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:

1. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,

2. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Data residual berdistribusi normal, dan Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :


(64)

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.92925944E3 Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .115

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .955

Asymp. Sig. (2-tailed) .321

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov

seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai Kolmogrov–Smirnov sebesar 0,955 dan signifikan lebih dari 0,05 karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,321 > dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histrogram dan plot data yang terdistribusi normal.


(65)

Gambar 4.1 Histogram

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang ditampilkan pada Gambar 4.2


(66)

Gambar 4.2 Uji Normalitas data

Menurut Ghozali (2005), pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal. Hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan menggunakan histogram bahwa data telah terdistribusi normal. Karena secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya.


(67)

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas

Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1) nilai tolerence dan lawannya, 2) Variance Inflatin Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2005).

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6792.393 1499.262 -4.530 .000

Ukuran Perusahaan 850.074 142.866 .539 5.950 .000 .955 1.047

Momentum .532 .125 .379 4.238 .000 .977 1.023

Book To Market .361 6.869 .005 .053 .958 .968 1.033


(68)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas. Hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkannya dengan nilai Tolerence atau VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerence yang lebih besar dari 0,10. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(69)

2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.

Gambar 4.3 Scatterplot

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(70)

berdasarkan masukan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya

time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson. Menurut Sunyoto (2009), Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:

1) angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .701a .491 .467 1973.27863 2.411

a. Predictors: (Constant), Book To Market, Momentum, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Return Saham


(71)

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujiannya dapat dilihat bahwa terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal tersebut dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 2,411. Angka D-W di antara -2 sampai +2 yang mengartikan bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4.3. Analisis Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi sebagai berikut :

Tabel 4.5 Analisis regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6792.393 1499.262 -4.530 .000

Ukuran Perusahaan 850.074 142.866 .539 5.950 .000 .955 1.047

Momentum .532 .125 .379 4.238 .000 .977 1.023

Book To Market .361 6.869 .005 .053 .958 .968 1.033 a. Dependent Variable: Return Saham


(72)

Berdasarkan table 4.5 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y= -6792,393+ 850,074 (X1) – 0,532 (X2) – 0,361 (X3) - + e dimana:

Y = Return on Asset a = Konstanta

b1,b2,b3 = Parameter koefisien regresi X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = momentum X3 = book to market

e = Pengganggu

Penjelasan dari nilai a, b1, b2 dan b3 pada Unstandardized Coefficients tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.

• Nilai B Constant (a) = -6792,393=konstanta

Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum maka nilai return saham yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar -6792,393.

• Nilai b1 = 850,074 = ukuran perusahaan

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 satuan, maka perubahan return saham yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 850,074 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.


(73)

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan momentum sebesar 1 satuan, maka perubahan return saham yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,532 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

• Nilai b3 = 0,361= book to market ratio

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan book to market ratio

sebesar 1 satuan, maka perubahan return saham yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,361 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

4.4. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda yaitu Uji Koefisien Determinasi / Regresi (R). Uji regresi digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila data nilai R berada diantara 0,5 dan mendekati 1. Nilai R Square adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R Square semakin mendekati 1, maka variabel-variabel independen mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R Square maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Dalam kenyataannya nilai Adjusted R Square (Adj R2) bernilai positif. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.6.


(74)

Tabel 4.6 Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .701a .491 .467 1973.27863 2.411

a. Predictors: (Constant), Book To Market, Momentum, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013

Pada tabel 4.6, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan. Nilai R sebesar 0,701 menunjukkan bahwa korelasi atau keeratan hubungan Retun saham dengan ukuran perusahaan, momentum dan book to market ratio mempunyai hubungan cukup erat yaitu sebesar 70,1%. Menurut Sugiyono (2006), jika angka R berada diantara 0,40 dan 0,80 maka hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya cukup erat.

Nilai Adjusted R Square (Adj R2) sebesar 0,467. Angka ini bernilai positif. Hal ini berarti ada variasi atau perubahan dalam return saham dapat dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan, momentum dan book to market ratio sebesar 46,7%, sedangkan sisanya (53,3%) dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Standar Error of Estimate (SEE) adalah 1973,27863 semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.


(1)

Lampiran v

DATA RETURN SAHAM PERUSAHAAN

No

KODE

PERUSAHAAN

NAMA PERUSAHAAN

TAHUN PENELITIAN SAMPEL

2009

2010

2011

1

AGRO

Bank Agro Niaga Tbk.

140

167

117

2

INPC

Bank Artha Graha Internasional Tbk.

75

106

95

3

BBKP

Bank Bukopin Tbk.

374

649

579

4

BNBA

Bank Bumi Artha Tbk.

132

163

138

5

BABP

Bank Capital Indonesia Tbk.

97

101

159

6

BBCA

Bank Central Asia Tbk.

4849

6399

7999

7

BNGA

Bank Niaga Tbk/Bank CIMB Niaga Tbk.

709

1909

1219

8

BDMN

Bank Danamon Indonesia Tbk.

4549

5699

4099

9

BEKS

Bank Ekonomi Raharja Tbk.

2699

2499

2049

10

SDRA

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.

279

289

219

11

BNII

Bank Internasioan Indonesia Tbk.

329

779

105

12

BMRI

Bank Mandiri (Persero)Tbk.

4699

6499

6749

13

MAYA

Bank Mayapada Tbk.

1669

1329

1429

14

MEGA

Bank MEGATbk.

2299

3174

3499

15

BBNI

Bank Negara IndonesiaTbk.

1979

3874

3799

16

NISP

Bank NISP Tbk / Bank OCBC NISP

Tbk.

999

1699

1079

17

BBNP

Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

1299

1229

1299

18

PNBN

Bank Pan Indonesia Tbk.

941

1139

779

19

BNLI

Bank Permata Tbk.

799

1789

1359

20

BBRI

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

7649

10499

6749

21

BSWD

Bank Swadesi Tbk.

599

599

779

22

BTPN

Bank Tabungan Pensiunan Indonesia

Tbk.

3899

13199

3399


(2)

Lampiran vi

Uji Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ukuran Perusahaan 69 7.34 13.22 10.4175 1.71410

Momentum 69 -9800.00 9300.00 292.1159 1929.48907

Book To Market 69 -280.51 29.02 -3.4616 35.40800

Return Saham 69 75.00 13199.00 2217.3333 2703.59199

Valid N (listwise) 69

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.92925944E3

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .115

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .955

Asymp. Sig. (2-tailed) .321

a. Test distribution is Normal.


(3)

(4)

Uji Multikolinearitas

Lampiran vii

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6792.393 1499.262 -4.530 .000

Ukuran Perusahaan 850.074 142.866 .539 5.950 .000 .955 1.047

Momentum .532 .125 .379 4.238 .000 .977 1.023

Book To Market .361 6.869 .005 .053 .958 .968 1.033


(5)

Uji Autokelorasi

Lampiran viii

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .701a .491 .467 1973.27863 2.411

a. Predictors: (Constant), Book To Market, Momentum, Ukuran Perusahaan

b. Dependent Variable: Return Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6792.393 1499.262 -4.530 .000

Ukuran Perusahaan 850.074 142.866 .539 5.950 .000 .955 1.047

Momentum .532 .125 .379 4.238 .000 .977 1.023

Book To Market .361 6.869 .005 .053 .958 .968 1.033

a. Dependent Variable: Return Saham


(6)

Lampiran ix

Uji Hipotesis

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .701a .491 .467 1973.27863 2.411

a. Predictors: (Constant), Book To Market, Momentum, Ukuran Perusahaan

b. Dependent Variable: Return Saham

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.439E8 3 8.131E7 20.883 .000a

Residual 2.531E8 65 3893828.534

Total 4.970E8 68

a. Predictors: (Constant), Book To Market, Momentum, Ukuran Perusahaan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 197 83

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Price To Book Value Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return SahamPada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei

2 85 88

Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 56 82

Pengaruh Laba Per Lembar Saham, Ukuran Perusahaan, Perbandingan Nilai Buku Terhadap Nilai Pasar Perusahaan, dan Momentum Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bei (2009-2011)

0 42 107

Pengaruh ukuran perusahaan, book to market, beta, earning dan financial distress terhadap subsequent return saham : pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2009 – 2013

1 24 206

Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 3 81

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Analisis Pengaruh Leverage Dan Market To Book Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bei Tahun 2009-2011.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Leverage Dan Market To Book Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bei Tahun 2009-2011.

0 0 6

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Analisis Pengaruh Leverage Dan Market To Book Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bei Tahun 2009-2011.

0 2 15

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11