commit to user 32
penyimpanan dan neraca analitik. Untuk analisis kadar lemak tabung reaksi Soxhlet  dalam  thimble,  kondensor,  tabung  ekstraksi,  alat  destilasi  Soxhlet,
penangas  air,  oven,  botol  timbang.  Untuk  pengukuran  tekstur  mi  millet kering: Lloyd Universal Testing machine untuk pengukuran tekstur.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian  ini  menggunakan  Rancangan  Acak  Lengkap  RAL perlakuan  perbedaan  formulasi.  Variasi  formulasi  mi  millet  kering    pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Variasi Perlakuan Formulasi Mi Millet Kering
Formulasi Tepung terigu
Tepung Millet F1
80 20
F2 70
30 F3
60 40
F4 50
50
Dalam  rancangan  penelitian  ini,  terdapat  dua  faktor  penentu,  yaitu faktor  tetap  dan  faktor  tidak  tetap.  Faktor  tetapnya  yaitu  konsentrasi
penambahan tepung terigu dan tepung millet  pada pembuatan mi kering serta faktor  tidak  tetapnya  yaitu  kadar  air,  kadar  protein,  kadar  abu,  kadar  serat
kasar,  sifat  organoleptik  warna,  rasa,  kekenyalan,  dan  aroma  dan  umur simpan.
D. Tahapan Penelitian
1. Pembuatan Mi Kering
Penelitian  ini  terdiri  dari  2  tahapan  utama,  yaitu  tahapan  pertama penyiapan  tepung  millet  dengan  menggunakan  alat  penepung  kemudian
dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan 80 mesh. Selanjutnya dilakukan pembuatan mi millet kering.
commit to user 33
Adapun  gambar diagram alir proses pembuatan mi millet kering adalah
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Mi Millet Kering
Keterangan  : Sesuai dengan variasi formulasi mi millet kering pada Tabel 3.1
Pencampuran Bahan
Pengulenan Bahan ± 10-20 menit
Pembentukan Lembaran dan Mi
Pengukusan ± 10 mnt Tepung
komposit
Mi basah Garam, air
Pengeringan suhu 60 C,
selama 5,5 jam
Mi kering
commit to user 34
2. Penentuan Umur Simpan
a Pembuatan Kurva ISL
Pembuatan  kurva  ISL  menggunakan  metode  termogravimetri statis. Untuk keperluan ini digunakan larutan garam jenuh dengan RH
berbeda-beda.  Suhu  berpengaruh  terhadap  RH  larutan  garam  jenuh. Persamaan  regresi  yang  menunjukkan  pengaruh  suhu  terhadap  Aw
larutan garam jenuh ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Persamaan Regresi Pengaruh Suhu terhadap Aw Larutan
Garam Jenuh Garam
Persamaan Regresi R
2
MgCl
2
Ln a
w
= 303,35 1T – 2,13  0,995 K
2
CO
3
Ln a
w
= 145,00 1T – 1,30  0,967 NaNO
2
Ln a
w
= 435,96 1T – 1,88  0,974 NaCl
Ln a
w
= 228,92 1T – 1,04  0,961 KCl
Ln a
w
= 367,58 1T – 1,39  0,967 Sumber: Labuza, 1984
Keterangan : T = Suhu dalam K Satu sampai dua gram mi millet kering
yang mempunyai tingkat kesukaan  paling  tinggi  dihaluskan  kemudian  dimasukkan  dalam
cawan  alumunium  yang  sebelumnya  telah  dioven  sampai  berat konstan.  Selanjutnya,  cawan  alumunium  berisi  sampel  di  masukkan
toples  bening  yang  telah  terisi  oleh  larut  garam  jenuh  pada  berbagai Aw.
Kemudian
toples  ditutup  rapat  dan  disimpan  pada  suhu  kamar 28
o
C. Selama  penyimpanan,  perubahan  berat  sampel  dipantau  mulai
hari ke-7 dan selanjutnya ditimbang setiap hari sampai berat konstan. Pada  toples  dengan  larutan  garam  yang  mempunyai  RH  lebih  dari
60,  diberi  5  ml  toluena  yang  dimasukkan  dalam  cawan  tersendiri. Toluena yang ditambahkan dimaksudkan agar sample tidak ditumbuhi
jamur. Setelah  mencapai  berat  konstan,  maka  dilakukan  analisis  kadar
air db untuk masing-masing sample. Kadar  air  ini dinamakan kadar air  seimbang
equilibrium  moisture  content
.  Selanjutnya  data  kadar
commit to user 35
air  seimbang  dan  Aw  diplotkan  dalam  bentuk  grafik  dengan persamaan polynomial pangkat tiga. Grafik tersebut dinamakan kurva
ISL  dengan  Aw  sebagai  sumbu  X  dan  kadar  air  seimbang  sebagai sumbu Y dari kurva ISL tersebut dapat diketahui persamaan kurva ISL
menurut  Polinomial  pangkat  tiga  dengan  bentuk  umum  sebagai berikut:
M = A a
w 3
+ B a
w 2
+ C a
w
+ D
Keterangan: A, B, C merupakan konstanta - konstanta
. Mekanisme  yang  mengatur  kelembaban  relative  ruangan  agar
tetap  adalah  perubahan  konsentrasi,  karena  pada  suhu  tertentu kelarutan  bahan  tetap,  tetapi  konsentrasi  bias  berubah.  Kelarutan
adalah banyaknya bagian terlarut untuk setiap 100 bagian pelarut pada saat  larutan  mencapai  kondisi  tepat  jenuh.  Larutan  dikatakan  dalam
kondisi  tepat  jenuh  jika  dalam  larutan  tersebut  ditambah  bahan terlarut, maka bahan itu tidak akan larut. Pada proses adsorpsi, sampel
akan  menyerap  uap  air  dari  lingkungan  sehingga  uap  air  dalam lingkungan berkurang. Untuk mengganti uap air yang diserap sampel,
terjadi  penambahan  uap  air  dari  larutan  garam  sehingga  RH  ruangan tetap.
b Penentuan Kadar Air Lapis Tunggal BET.
Data yang didapat dari penentuan kurva ISL adalah a
w
dan kadar air  seimbang.  Untuk  menentukan  kadar  air  lapis  tunggal  BET
diperlukan  data  [a
w
1-a
w
M].  Selanjutnya  dibuat  kurva  regresi  linier dengan  a
w
sebagai  sumbu  X  dan  [a
w
1-a
w
M]  sebagi  sumbu  Y.  dari kurva tersebut didapat persamaan garis lurus.
Kadar  air  lapis  tunggal  BET  ditentukan  dengan  menggunakan rumus Labuza, 1984:
S I
Mo +
= 1
commit to user 36
Keterangan :  Mo = Kadar air lapis tunggal BET,
berat kering db I
= Intersep kurva regresi linier S
= Slope kurva regresi linier c
Penentuan Permeabilitas Kemasan Terhadap Uap Air Kemasan  yang  digunakan  adalah  polietilen  dengan
ketebalan  0,08  mm.  Untuk  menentukan  permeabilitas  kemasan, digunakan  desikan  berupa  silica  gel.  Silica  gel  dimasukkan  dalam
kemasan  yang  akan  ditentukan  permeabilitasnya  terhadap  uap  air. Silica gel beserta kemasannya ditimbang untuk mengetahui berat awal
dan  selanjutnya  di  masukkan  dalam  toples  kaca  tertutup  yang  berisi larutan  NaCl  jenuh.  Penentuan  permeabilitas  kemasan  ini  dilakukan
pada suhu 28
o
C dan RH 75,62. Untuk mengatur RH ruangan dalam toples  kaca  agar  mencapai  75,62  maka  digunakan  larutan  NaCl
jenuh. Selanjutnya  setiap  sehari  sekali,  silica  gel  dan  kemasannya
ditimbang  untuk  mengetahui  perubahan  berat  silica  gel.  Perubahan berat tersebut menunjukkan bahwa ada uap air yang diserap oleh silica
gel.  Untuk  menentukan  permeabilitas  kemasan  terhadap  uap  air diperlukan  minimal  lima  data.  Setelah  didapatkan  lima  data.,  maka
dibuat grafik dengan berat total silica gel dan kemasan sebagai sumbu Y,  sedangkan  waktu  pengamatan  sebagai  sumbu  X.  Dari  grafik
tersebut  nantinya  dapat  diketahui  slope.  Untuk  menghitung permeabilitas kemasan, maka digunakan rumus di bawah ini Labuza,
1984:
AxPout W
x k
q D
D =
commit to user 37
Keterangan   kx   = permeabilitas kemasan
g H
2
Ohari.m
2
.mmHg ∆W∆Ө
= Slope g H
2
O hari A
= Luas penampang kemasan m
2
P
out
= Tekanan uap air pada suhu
penyimpanan x RH mmHg d
Penentuan Umur Simpan. Pada  penentuan  umur  simpan  diasumsikan  bahwa  selama
penyimpanan,  suhu  dan  RH  tetap,  yaitu  pada  28
o
C  dan  RH  = 75.Penentuan    umur  simpan  tepung  gaplek  menggunakan  rumus
yaitu :
Ket: Me
=  Kadar air pada kondisi seimbang dengan suhu dan RH udara luarg air  100 g bahan kering
berdasarkan perkiraan garis  lurus Mi
=  Kadar air awal produk g air  100g Mc
=  Kadar air kritis g air  100 g bahan kering Kx  =  Permeabilitas kemasan g air  hari. M
2
mm Hg A
=  Luas permukaan kemasan m
2
Ws =  Berat produk dalam kemasan g
Po =  Tekanan uap air murni pada suhu pengujian
mmHg b
= Slope kurva ISL di daerah operasi penyimpanan ө      =  Umur simpan hari
Labuza 1984.
E. Analisa