commit to user 37
Keterangan kx = permeabilitas kemasan
g H
2
Ohari.m
2
.mmHg ∆W∆Ө
= Slope g H
2
O hari A
= Luas penampang kemasan m
2
P
out
= Tekanan uap air pada suhu
penyimpanan x RH mmHg d
Penentuan Umur Simpan. Pada penentuan umur simpan diasumsikan bahwa selama
penyimpanan, suhu dan RH tetap, yaitu pada 28
o
C dan RH = 75.Penentuan umur simpan tepung gaplek menggunakan rumus
yaitu :
Ket: Me
= Kadar air pada kondisi seimbang dengan suhu dan RH udara luarg air 100 g bahan kering
berdasarkan perkiraan garis lurus Mi
= Kadar air awal produk g air 100g Mc
= Kadar air kritis g air 100 g bahan kering Kx = Permeabilitas kemasan g air hari. M
2
mm Hg A
= Luas permukaan kemasan m
2
Ws = Berat produk dalam kemasan g
Po = Tekanan uap air murni pada suhu pengujian
mmHg b
= Slope kurva ISL di daerah operasi penyimpanan ө = Umur simpan hari
Labuza 1984.
E. Analisa
a. Uji Sensoris
Uji yang dilakukan adalah uji kesukaan metode skoring dengan parameter warna, rasa, kekenyalan, dan aroma yang berguna untuk
commit to user 38
mengetahui tingkat kesukaan terhadap mi millet kering dan menentukan mi yang terbaik berdasarkan tingkat kesukaannya.
b. Analisa Sifat Fisik, Kimia, dan Sensoris Mi Millet Kering
Analisa sifat fisik mi kering meliputi pengujian serat pangan, tekstur serta umur simpan. Analisa sifat kimia mi kering meliputi analisa
kadar air, kadar karbohidrat, kadar abu, kadar protein, lemak.
Adapun metode analisa dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.3. Metode Analisa pada Penelitian
No Macam uji
Metode Analisa Sifat Kimia Mi Kering
1 Kadar air
Thermogravimetri Sudarmadji, dkk., 1989 2
Karbohidrat
by different
Apriantono, 1989
3 Abu
Penentuan Abu Total Cara Kering Sudarmadji, dkk., 1989
4 Protein
Kjeldahl Sudarmadji, dkk., 1989
5 Lemak
Soxhlet Sudarmadji, dkk., 1989
Analisa Sifat Fisik Mi Kering
1 Tekstur
Llyod Instrumen Testing Machine 2
Serat kasar Perlakuan Asam Basa Panas
Analisa Sensoris
1 Sensoris
Multiple Comparison Kartika dkk., 1988
Analisa Prediksi Umur Simpan Mi Kering
1 Penentuan Umur
simpan Metode ASLT Model Kadar Air Kritis
Labuza, 1984
F. Pengolahan Data
Penelitian menggunakan pola rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu pengaruh substitusi tepung millet pada mi millet kering.
Masing-masing perlakuan dua kali ulangan. Data dari uji sensoris dianalisis secara statistik dengan ANOVA, apabila hasil yang diperoleh
ada beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT dengan tingkat signifikasi 0,05. Dari uji sensoris diperoleh mi millet kering terbaik,
kemudian dianalisa sifat kimia dan fisik. Data analisa sifak kimia dan fisik dari mi terigu kering dan mi millet kering terbaik dibandingkan
menggunakan
T-test
.
commit to user 39
G. Rancangan Penelitian
Untuk rancangan penelitian mi millet kering penggunaan tepung millet sebagai subtitusi tepung terigu terhadap karakteristik fisik, kimia,
sensoris dan pendugaan umur simpan dapat dilihat pada Gambar 3.2
F
1
F
2
F
3
F
4
Gambar 3.2 Diagram Rancangan Penelitian Mi Millet Kering
Keterangan: F
1 :
tepung terigu 80 : tepung millet 20 F
2 :
tepung terigu 70 : tepung millet 30 F
3 :
tepung terigu 60 : tepung millet 40 F
4 :
tepung terigu 50 : tepung millet 50
Millet
Mi kontrol terigu 100
Uji sensoris
Mi millet kering terbaik
Analisa kimia dan fisik -
kadar air - abu
-karbohidrat - protein
- lemak - tekstur
- serat kasar - sensoris
Analisa prediksi umur simpan
commit to user
40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Sensoris Mi Millet Kering
Dalam penelitian mi millet kering ini diawali dengan menguji karakteristik sensoris dengan menggunakan 30 panelis semi terlatih. Data
hasil uji sensoris dapat dilihat pada lembar lampiran. Uji sensoris ini menggunakan metode uji pembedaan
Multiple Comparison
. Sampel dengan 4 formulasi subtitusi tepung millet dibandingkan dengan kontrol, kemudian dari hasil uji tersebut diambil sampel
yang paling disukai oleh panelis dilihat dari parameter warna, aroma, rasa, kekenyalan, tekstur dan kesukaan. Penyajian uji sensoris mi millet kering
dilakukan dengan cara menyeduh mi dengan air panas terlebih dahulu sebelum disajikan. Penilaian dilakukan dengan cara panelis memberikan nilai
pada parameter dengan memberikan tanda cek V pada kolom yang telah disediakan pada borang uji sensoris.
1. Warna Mi Millet Kering
Tabel 4.1 Skor Intensitas Warna Mi Millet Kering
Sampel
1
Warna Skor
2
F1 F2
F3 F4
4,76
a
4,92
ab
5,52
bc
5,76
c
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat kuning sekali 5 = kurang kuning
2 = sangat kuning 6 = tidak kuning
3 = lebih kuning 7 = sangat tidak kuning
4 = kuning
Warna merupakan salah satu atribut yang pertama kali diperhatikan oleh konsumen, karena warna menjadi suatu hal penting
bagi konsumen untuk menentukan makanan yang akan dikonsumsi. Dengan warna yang menarik akan menimbulkan kesan menarik untuk
mencoba mengkonsumsi. Warna bukan merupakan suatu zatbenda
commit to user 41
melainkan suatu sensasi seseorang oleh karena adanya rangsangan dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke indera mataretina mata Bambang
Kartika dkk, 1988. Hasil uji sensoris warna mi millet kering disajikan
pada Tabel 4.1.
Berdasarkan hasil uji sensoris dengan parameter warna menunjukkan bahwa sampel F1 merupakan mi yang menurut panelis
warnanya mendekati warna dari mi kontrol 100 tepung terigu sehingga lebih disukai konsumen. Semakin besar persentase penambahan
tepung millet maka warna mi akan semakin keruh dibandingkan mi kontrol. Hal ini disebabkan oleh warna dari tepung millet yang berwarna
kuning keruh. Warna dari mi millet kering F1 tidak berbeda nyata dengan mi
millet kering F2. Dengan kata lain, penambahan tepung millet dengan persentase 30 dari total keseluruhan bahan baku tepung masih dapat
diterima oleh konsumen. Namun warna mi dengan persentase subtitusi 60:40 berbeda nyata dengan formulasi sebelumnya dengan nilai 5,53. Hal
ini disebabkan karena konsumen tidak terbiasa dengan warna mi yang lebih keruh dibandingankan dengan mi kontrol. Semakin besar subtitusi
tepung millet maka tingkat kekeruhan warna mi akan semakin tinggi. Warna kuning keruh pada mi tersebut dimungkinkan karena kandungan
kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar abu tepung terigu yang didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu kadar abu dari tepung
millet sebesar 1,98 Bimo, 2010 sedangkan kadar abu tepung terigu sebesar 0,6 Bogasari Flour Mills, 1996 dalam Fajriyah 1998.
2. Aroma Mi Millet Kering
Aroma merupakan sensasi sensoris yang dialami oleh indra pembau. Aroma yang ditimbulkan pada suatu jenis bahan makanan akan
menjadi salah satu patokan untuk menjadikan makanan tersebut dapat diterima konsumen atau tidak. Produk yang memiliki aroma kurang
menarik, dapat mengurangi penilaian dan juga minat dari konsumen
commit to user 42
untuk mengkonsumsinya. Menurut De mann 1989, dalam industri pangan pengujian aroma atau bau dianggap penting karena cepat dapat
memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang diterima atau tidaknya produk tersebut. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau
tersebut bersifat volatil mudah menguap. Hasil analisa sensoris dengan
parameter aroma dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Skor Tingkat Kesukaan terhadap Aroma Mi Millet Kering
Sampel
1
Aroma skor
2
F1 F2
F3 F4
3,73
a
4,44
a
3,96
a
4,12
a
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat suka sekali
5 = kurang suka 2 = sangat suka
6 = tidak suka 3 = lebih suka
7 = sangat tidak suka 4 = suka
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penggunaan tepung millet sebagai subtitusi terigu dalam pembuatan mi kering memberikan
pengaruh yang tidak beda nyata terhadap parameter aroma mi millet
kering. Pada Tabel 4.2 penilaian panelis terhadap sampel mi millet
kering dengan subtitusi tepung millet berkisar antara 3,73 – 4,44 yaitu suka sampai lebih suka.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
subtitusi tepung millet maka akan dihasilkan produk mi yang aromanya hampir menyerupai dengan mi tanpa subtitusi terigu 100 terigu. Hal
ini disebabkan tepung millet memiliki aroma yang hampir sama dengan tepung terigu, bahkan jika tepung millet dipanaskan maka aroma dari
tepung millet tersebut akan hilang. Adanya substitusi tepung millet ternyata tidak berpengaruh terhadap perubahan aroma pada sampel mi
kering. Berarti substitusi tepung millet baik sebagai pengembangan
commit to user 43
produk mi dari segi aroma, karena walaupun ditambahkan tepung millet tetap tidak mempengaruhi aroma mi kering tersebut.
3. Rasa Mi Millet Kering
Flavor atau rasa didefinisikan sebagai rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang makan, yang dirasakan oleh indra pengecap
atau pembau, serta rangsangan lainnya seperti perabaan dan penerimaan derajat panas oleh oral. Rasa suatu bahan makanan merupakan faktor
yang juga menentukan apakah bahan tersebut disukai atau tidak oleh konsumen. Rasa suatu bahan makanan merupakan hasil kerjasama
indera-indera lain, seperti indera penglihatan, pembauan, pendengaran, dan perabaan Bambang Kartika dkk, 1988.
Rasa merupakan sensasi yang terbentuk dari hasil perpaduan bahan pembentuk dan komposisinya pada suatu produk makanan yang
ditangkap oleh indra pengecap. Oleh sebab itu, rasa suatu produk makanan sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun formula
dalam makanan. Hasil uji sensoris rasa mi millet kering dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Skor Tingkat Kesukaan terhadap Rasa Mi Millet Kering
Sampel
1
Rasa skor
2
F1 F2
F3 F4
3,93
a
4,43
a
4,50
a
4,67
a
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat suka sekali
5 = kurang suka 2 = sangat suka
6 = tidak suka 3 = lebih suka
7 = sangat tidak suka 4 = suka
Dari Tabel 4.3 secara umum parameter rasa memiliki nilai
kesukaan yang tidak berbeda nyata antar formulasi. Namun sampel mi yang paling disukai oleh panelis adalah sampel F1 dengan nilai 3,93.
commit to user 44
Dari hasil analisa secara statistik terhadap atribut rasa dapat diketahui bahwa, mi millet kering yang disubstitusi dengan tepung millet
20 dan tepung terigu 80 F1 dan 30 F2, 40 F3, 50 F4 hasilnya tidak berbeda nyata dengan mi kering kontrol. Dari parameter
rasa, ternyata mi kering dengan penambahan tepung millet sampai konsentrasi 50 F4 masih bisa diterima oleh konsumen, namun
nilainya semakin menurun. Hal ini disebabkan dengan makin banyaknya subtitusi tepung millet, rasa khas millet semakin terasa.
4. Kekenyalan Mi Millet Kering
Kekenyalan mi bergantung pada gluten. Gluten memberikan viskoelatisitas pada adonan, dan menjadikan produk akhir lebih kenyal.
Gluten adalah protein yang terdiri dari Glutenin dan Gliadin. Protein- protein ini sangat menentukan kekuatan adonan mi. Glutenin merupakan
senyawa yang dapat memberikan
firmness
atau kekuatan pada adonan, karena dapat menaikkan stabilitas melalui jaringan tiga dimensi yang
terbentuk saat berkembangnya
sulfur cross-linkage
antara molekul- molekul protein selama proses pembuatan adonan. Gliadin adalah
senyawa glikoprotein. Protein ini sangat diperlukan untuk memberikan pengembangan dan kekuatan adonan. Oleh karena itu, gluten sangat
dibutuhkan untuk memberikan elastisitas pada mi Abidin, 2009. Prosedur uji sensoris kekenyalan mi millet kering ini dilakukan
dengan cara merebus mi 6 sampai 8 menit kemudian didinginkan dan diuji dengan menggigit dan menarik mi tersebut sehingga putus
menggunakan tangan maupun gigi. Hasil uji sensoris dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
commit to user 45
Tabel 4.4 Skor Intensitas Kekenyalan Mi Millet Kering
Sampel
1
Rasa skor
2
F1 F2
F3 F4
4,72
a
5,24
ab
5,64
b
5,80b
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat kenyal sekali
5 = kurang kenyal 2 = sangat kenyal
6 = tidak kenyal 3 = lebih kenyal
7 = sangat tidak kenyal 4 = kenyal
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan terlihat hasil dari penilaian panelis sebanyak 30 panelis sebagian besar menyakan bahwa
kekenyalan mi millet kering ini yang terbaik adalah mi F1. Kekenyalan mi tidak berbeda nyata dengan formulasi F2, namun berbeda nyata
dengan mi millet kering F3 dan F4 .
Menurut Astawan 2006 berdasarkan kandungan glutein protein, tepung terigu yang beredar di pasaran dibagi menjadi 3 jenis.
Dari ketiga jenis tepung tersebut, tepung terigu yang cocok untuk pembuatan mi dengan kualitas tinggi adalah jenis
hard flour
. Tepung jenis
hard flour
yang digunakan bermerk “Cakra Kembar”. Tepung millet tidak mengandung gluten yang bersifat elastis sehingga mi yang
dihasilkan mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. Jika penggunaan tepung terigu dikurangi dan digantikan menggunakan tepung
millet maka mengakibatkan mi yang dihasilkan mudah putus dan menurunkan penilaian panelis terhadap elastisitas atau kekenyalan.
Dengan kata lain semakin besar subtitusi tepung millet maka semakin mudah putus pula mi millet kering tersebut.
5. Tekstur Mi Millet Kering Sifat Berpasir
Tekstur didefinisikan sebagai sifat bahan makanan yang dideteksi oleh mata, kulit, dan otot-otot dalam mulut, termasuk di dalamnya
commit to user 46
roughness sifat kasar, smoothness sifat halus, grainess sifat berpasir dsb Matz, 1962 dalam Ari 2008.
Pada penelitian ini tekstur mi millet kering yang diujikan adalah tekstur berpasir, karena tepung millet juga memiliki tekstur berpasir. Hal
ini dapat dirasakan ketika tepung millet tersebut direbus dengan air
menjadi bubur. Hasil uji sensoris tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Skor Tingkat Kesukaan terhadap Tekstur Mi Millet Kering
Sampel
1
Rasa skor
2
F1 F2
F3 F4
4,72
a
5,24
ab
5,64
b
5,80
b
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat suka sekali
5 = kurang suka 2 = sangat suka
6 = tidak suka 3 = lebih suka
7 = sangat tidak suka 4 = suka
Dari Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa tekstur berpasir dari mi
millet kering dengan berbagai formulasi tidak beda nyata. Namun panelis secara umum menyatakan bahwa mi millet tersebut berpasir. Tekstur
berpasir ini dapat dirasakan oleh panelis karena panelis terbiasa dengan mi yang memilki tekstur lembut dan tidak berpasir. Tekstur berpasir juga
dikarenakan tepung millet lebih kasar daripada tepung terigu. Semakin banyak subtitusi tepung millet yang digunakan maka tekstur mi tersebut
semakin terasa berpasir. 6.
Kesukaan Keseluruhan Mi Millet Kering Penilaian keseluruhan adalah nilai yang diberikan dari panelis
terhadap sampel mi millet kering yang diuji berdasarkan seluruh parameter yang ada sebelumnya, seperti warna, rasa, aroma, kekenyalan,
dan tekstur. Pada parameter keseluruhan inilah nanti dapat diketahui sampel yang paling disukai oleh panelis dan yang nantinya akan
commit to user 47
digunakan sebagai acuan untuk dilakukan analisa proksimat dan umur simpan.
Tabel 4.6 Skor Tingkat Kesukaan terhadap Kesukaan Keseluruhan Mi
Millet Kering
Sampel
1
Rasa skor
2
F1 F2
F3 F4
4,80
a
5,12
ab
5,64
b
5,84
b
notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata α 5
1
Sampel : F1 = 20 Tepung Millet : 80 Tepung Terigu
F2 = 30 Tepung Millet : 70 Tepung Terigu F3 = 40 Tepung Millet : 60 Tepung Terigu
F4 = 50 Tepung Millet : 50 Tepung Terigu
2
Skor : 1 = sangat suka sekali
5 = kurang suka 2 = sangat suka
6 = tidak suka 3 = lebih suka
7 = sangat tidak suka 4 = suka
Dari data Tabel 4.6 diketahui bahwa sampel yang paling disukai
oleh panelis adalah sampel F1 dengan nilai 4,80. Didasarkan dari parameter aroma, rasa, warna, tekstur, kekenyalan panelis secara umum
menyukai sampel F1. Sampel F1 tidak beda nyata dengan sampel F2 atau sampel bersubtitusi tepung millet sebesar 30, tetapi beda nyata dengan
sampel F3 dan F4. Hal ini disebabkan panelis menganggap bahwa kualitas mi millet kering F3 dan F4 lebih rendah.
Setelah diperbanyak subtitusi tepung millet sebesar 40, ternyata panelis menyatakan beda nyata dan panelis mulai tidak menyukai sampel
tersebut. Dengan kata lain bahwa semakin besar subtitusi tepung millet maka secara keseluruhan semakin tidak disukai oleh konsumen. Dengan
diketahuinya tingkat kesukaan panelis terhadap mi millet kering, maka mi F1 diambil sebagai sampel yang paling disukai panelis dan
selanjutnya akan dilakukan uji proksimat, serat kasar, tekstur dan umur simpan pada mi tersebut.
B. Karakteristik FisikoKimia Mi Millet Kering