commit to user 3
sehari-hari. Di Malang Jawa Timur sudah dikembangkan pemanfaatan tepung millet untuk pengganti tepung terigu dalam pembuatan roti kering atau
cookies
, roti tawar, roti basah
cake
, mi dan masih banyak lagi manfaat dari tepung millet itu sendiri.
Dalam penelitian ini akan diteliti tentang pembuatan mi millet kering dengan beberapa variasi formula. Dalam pembuatan
mi millet kering ini tidak
sepenuhnya menggunakan tepung terigu atau gandum tetapi menggunakan beberapa formulasi subtitusi tepung terigu dan tepung pearl millet yang akan
diujikan kepada panelis. Dari penelitian ini diharapkan dapat menekan penggunaan tepung terigu dalam pembuatan mi.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh subtitusi tepung millet terhadap tepung terigu pada
tingkat kesukaan ditinjau dari sifat sensoris mi millet kering? 2.
Bagaimana sifat kimia dan fisik mi millet kering yang terbaik ditinjau dari sifat sensoris mi millet kering?
3. Bagaimana daya simpan dari mi millet kering?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menentukan pengaruh subtitusi tepung millet terhadap tepung terigu
gandum pada tingkat kesukaan sensoris mi millet kering. b.
Mengetahui karakteristik kimia dan fisik mi millet kering. c.
Mengetahui umur simpan mi millet kering.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah a.
Untuk mengurangi panggunaan tepung terigu dalam pembuatan mi millet kering. Dengan melakukan subtitusi tepung millet diharapkan
dapat mengurangi impor gandum dengan harga yang cukup tinggi sehingga dapat menghemat devisa negara.
commit to user 4
b.
Sebagai informasi ilmiah yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pangan khususnya tentang
pemanfaatan tepung millet dalam pembuatan mi millet kering
.
commit to user 5
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Mi Kering
Mi merupakan makanan yang populer di Indonesia. Pada umumnya mi dibuat dari tepung terigu dan beberapa diantaranya dari pati. Mi
berbahan baku pati yang ada di pasaran antara lain adalah soun dari tapioka,
bihun dari
beras, dan
mi gleser
dari sagu
Purwani dan Harimurti, 2005. Menurut Astawan 2003 mi kering adalah mi segar yang telah
dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8-10 . Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari atau oven. Mi ini memiliki daya simpan yang relatif
panjang dan mudah penanganannya. Untuk mendapatkan kualitas mi yang terbaik maka perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut: a.
Mi harus dibuat dengan menggunakan tepung terigu bergluten tinggi dengan tingkat protein lebih dari 12 sehingga mi yang dihasilkan
elastis dan tidak gampang putus. b.
Selain tepung terigu bergluten tinggi, juga diperlukan tambahan air, garam serta air ki. Air ki terbuat dari air abu tetapi beraroma khas dan
membuat mi tidak gampang putus. c.
Mi dicetak menggunakan alat penggiling mi, ditaburi terlebih dahulu seluruh permukaan mi dengan tepung kanjitepung terigutepung
maizena sehingga mi tidak lengket. Mi dapat
diolah menjadi beragam sajian dengan cara direbus atau
digoreng. Untuk mi basah, dicuci dahulu dengan air panas supaya minyak menghilang. Untuk mi kering, direndam atau direbus dalam air panas
hingga lunak Anonim
d
, 2010. Beberapa komponen dasar penyusun mi adalah tepung, air, telur,
garam, dan alkali. Tepung adalah sumber karbohidrat dalam mi. Tepung dan air akan membentuk matriks sehingga membentuk adonan. Garam
commit to user 6
selain memberikan rasa pada mi, juga memperkuat struktur mi, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas, dan mengikat air. Telur secara
keseluruhan meningkatkan nilai gizi mi dan juga membuat mi menjadi tidak mudah putus. Putih telur memberi lapisan yang tipis dan kuat pada
permukaan mi dan mencegah kekeruhan saus mi. Sedangkan pada kuning telur terdapat lesitin yang merupakan pengemulsi yang baik. Alkali pada
pembuatan mi biasanya dikenal sebagai air abu atau air ki. Fungsinya adalah untuk meningkatkan elastisitas, ekstensibilitas, dan untuk
menghaluskan tekstur mi. Selain itu alkali juga dapat mengembangkan adonan karena dalam air melepaskan CO
2
. Alkali yang biasa digunakan adalah natrium karbonat, kalium karbonat dan garam fosfat. Penggunaan
garam alkali dalam pembuatan mi basah dapat mencapai 0,5-0,6 dari berat tepung Abidin, dkk, 2009.
Ditinjau dari segi nilai gizinya, mi dan bihun banyak mengandung karbohidrat dan zat tenaga energi dengan kandungan protein yang relatif
rendah. Kandungan gizi mi dan bihun sangat bervariasi, tergantung pada jenis, jumlah, dan kualitas bahan penyusunnya. Secara umum komposisi
gizi mi basah, mi kering serta bihun per 100 gram sampel dapat dilihat pada
Tabel 2.1 Tabel 2.1. Komposisi Gizi Mi dan Bihun per 100 gram Bahan
Zat Gizi Mi Basah
Mi Kering Bihun
Energi Kal 86
337 360
Protein g 0,6
7,9 4,7
Lemak g 3,3
11,8 0,1
Karbohidrat g 14,0
50,0 82,1
Kalsium mg 14
49 6
Fosfor mg 13
47 35
Besi mg 0,8
2,8 1,8
Vitamin A SI Vitamin B1 mg
0,01 Vitamin C mg
Air g 80,0
28,6 12,9
Sumber : Direktorat Gizi, DepKes 1992, dalam Astawan 1999
Pada umumnya mi kering yang telah beredar dipasaran bahan baku utamanya adalah tepung terigu dimana komposisi kimianya tidak
mengandung vitamin A, tetapi tepung terigu sebagai bahan baku utama
commit to user 7
membuat mi yang terbuat dari biji gandum pilihan yang berkualitas tinggi, dapat merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi tubuh dan juga
dapat membantu memperbaiki tekstur serta menambah cita rasa dari bahan pangan
Nasution, 2005.
Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70, protein
8- 13, lemak 0,8-1,5 serta abu dan air masing-masing 0,3-0,6 dan
13-15,5. Di antara komponen tersebut yang erat kaitannya dengan sifat khas mi adalah proteinnya yaitu prolamin gliadin dan glutelin glutenin
yang digolongkan
sebagai protein
pembentuk gluten
Kent dan Ames, 1967. Mi kering adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung
terigu, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan, berbentuk mi SNI 01-2974-1992.
Tahapan pembuatan mi kering meliputi: a.
Pencampuran bahan Proses percampuran bertujuan untuk menghidrasi tepung dengan
air, membuat merata dengan mencampur dan membuat adonan dengan membentuk jaringan gluten dengan meremas-remas. Untuk membentuk
adonan yang baik faktor yang harus dperhatikan adalah jumlah air yang dtambahkan, waktu pengadukan dan temperatur Soenaryo, 1985
dalam Muhajir, 2007. Menurut Astawan 2006 dalam Muhajir 2007, air yang ditambahkan umumnya berjumlah 28-38 dari berat
tepung. Jika penambahan air kurang dari 38 menyebabkan adonan menjadi keras, rapuh dan sulit untuk dibentuk menjadi lembaran.
b. Pengadukan pengulenan bahan
Pengadukan
mixing
berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat
dan protein, serta membentuk dan melunakkan gluten.
Mixing
harus berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari gluten dan
penyerapan airnya. Dengan demikian, pengadukan adonan mi harus sampai kalis. Pada kondisi tersebut, gluten baru terbentuk secara
commit to user 8
maksimal. Adapun yang disebut kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk film pada adonan. Tanda-tanda adonan
mi kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di alat
mixer
dan pengaduknya serta akan terbentuk lapisan tipis yang elastis saat adonan
dilebarkan Kim, 1996. c.
Pengepresan mi Setelah mendapatkan adoana yang diinginkan, maka adonan
tersebut di masukkan dalam mesin pres
roll pres
. Dalam
roll press
serat gluten yang tidak beraturan ditarik memanjang dan searah dengan tekanan di antara
roller
. Pengepresan ini dilakukan secara berulang-ulang melalui pengaturan tekanan
roller
. Mula-mula tekanan ringan sampai tekanan berat sehingga diperoleh lembaran adonan
dengan ketebalan
tertentu yaitu
tekstur yang
diinginkan Ubaidillah, 1997 dalam Muhajir, 2007.
d. Pencetakan mi
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan silinder beralur. Lembaran mi yang akan dicetak menjadi pilinan yang akan diletakkan
pada silinder beralur tersebut. Lebar dan bentuk untaian mi ini ditentukan oleh dimensi rol-rol pemotong Kim, 1996.
Lempengan adonan yang telah terbentuk, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak mi. Lempengan tersebut akan dipotong
menjadi pilinan-pilinan mi dengan lebar 1-2 mm dan berombak-ombak Astawan, 2003.
e. Pengukusan
Steaming
Setelah melalui proses pencetakan dilakukan pemasakan mi dengan pemanasan. Pemanasan ini menyebabkan gelatinasi pati dan
koagulasi gluten. Menurut Astawan 2006 dalam Muhajir 2007, gelatinasi ini dapat menyebabkan:
1 Pati meleleh dan membentuk lapisan tipis
film
yang dapat mengurangi penyerapan minyak dan memberikan kelembutan mi.
commit to user 9
2 Meningkatkan daya cerna pati dan mempengaruhi daya rehidrasi
mi. 3
Terjadi perubahan pati beta menjadi alfa yang lebih mudah dimasak sehingga struktur alfa ini harus mempertahankan dalam mi
kering dengan cara dehidrasi pengeringan sampai kadar air kurang dari 10.
f. Pengeringan
Pengeringan bahan makanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan cara penjemuran serta dengan alat pengering
buatan seperti pengering rak
cabinet dryer
. Pengering rak memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan penjemuran karena suhu dapat
diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan dengan cepat dan kebersihan dapat diawasi Winarno
,
2002.
2. Millet
Salah satu nama lain dari millet adalah Juwawut
Setaria italica
adalah sejenis serealia berbiji kecil milet yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi
dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas
penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur Anonim
a
, 2009. Butir juwawut atau millet digunakan untuk makanan manusia di
Asia, Eropa bagian tenggara dan Afrika utara. Mungkin dimasak dan dimakan seperti beras, baik utuh maupun dengan dihancurkan. Juga dapat
ditumbuk dan tepungnya dibuat roti tak beragi atau ketika tepungnya dicampur dengan tepung terigu dapat dibuat roti beragi. Tepungnya juga
digunakan untuk membuat bubur dan puding. Di Cina bagian utara, tepung ini menjadi bagian dari bahan pokok makanan dan biasanya dicampur
dengan polong-polongan dan dimasak, atau tepung dicampur dengan tepung sereal lain untuk membuat adonan roti dan mi. Di India, juwawut
commit to user 10
dihargai sebagai makanan dan diperlakukan sebagai hidangan `suci` dalam upacara-upacara yang religius. Di Cina, juwawut dianggap sebagai suatu
makanan yang bergizi dan sering direkomendasikan untuk wanita-wanita yang hamil dan orang tua. Sejak tahun 1990 juwawut juga telah digunakan
di Cina untuk membuat keripik mini, juwawut gulung kering dan tepung untuk makanan bayi. Kecambah juwawut digunakan sebagai sayuran dan
terutama di Rusia dan Burma Myanmar, digunakan sebagai bahan untuk membuat bir dan alkohol, dan di Cina, juga digunakan untuk membuat cuka
dan anggur. Di Eropa, juwawut dan jenis Setaria lain ditanam sebagai makanan unggas dan burung peliharaan. Hal yang sama juga terjadi di
Indonesia. Setaria italica liar dapat menjadi gulma yang merugikan pada kebun gandum dan tanaman polong-polongan, terutama di daerah
temperateberiklim hangat. Sebagai bahan obat, juwawut dapat dipakai sebagai diuretic, astringent, digunakan untuk mengobati rematik
Anonim
b
, 2009.
Pada Tabel 2.2 tertera perbandingan kandungan karbohidrat, protein,
lemak dan serat pada komoditi millet, jagung, beras dan tepung terigu.
Tabel 2.2. Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat pada
Komoditi Millet, Jagung dan Beras
Komoditas Karbohidrat
Protein Lemak
Serat
Pearl millet Jagung
Beras Tepung terigu
78.9 80.0
87.7
77,3
12.8 10.5
8.8
8,9
5.6 4.9
2.1
1,3
1.7 2.7
0.8
0,5 Sumber :
Widyaningsih dan Mutholib, 1999
Sumber : Nio 1992 dalam Ahmad Muhajir 2007
Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kandungan karbohidrat, dan
protein millet hampir sama dengan kandungan tepung terigu. Dari data tersebut maka dapat diprediksi bahwa tepung millet dapat digunakan untuk
pengganti atau digunakan sebagai subtitusi dari tepung terigu. yang selama ini negara kita masih mengimpor dari negara-negara penghasil biji gandum.
commit to user 11
Millet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi,
jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman millet sendiri adalah tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian. Masyarakat
belum mengenal millet sebagai sumber pangan sehingga selama ini tanaman millet hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal tanaman ini
dapat diolah menjadi sumber makanan oleh masyarakat guna mendukung ketahanan pangan dan mengantisipasi masalah kelaparan Marlin, 2009.
Jenis millet yang banyak dijumpai di dunia : 1.
Pearl millet
Pennisetum glaucum
a b
Gambar 2.1 Pearl Millet
a Tanaman
b Biji Pearl millet dapat tumbuh baik pada daerah yang mengalami
kekeringan, kesuburan tanah yang rendah, dan suhu tinggi. Selain itu juga tumbuh dengan baik di tanah yang berkadar garam tinggi atau
pH rendah. Millet dapat tumbuh di daerah-daerah lain dimana tanaman sereal seperti jagung atau gandum, tidak dapat bertahan.
Tanaman Pearl Millet dapat dilihat pada Gambar 2.1a. Biji Pearl Millet seperti pada Gambar 2.1b relatif tinggi
protein dan memiliki keseimbangan asam amino yang baik. Selain itu juga tinggi lisin dan metionin, sistin. Pearl millet mengandung
metionin dua kali lebih banyak dari sorgum, sifat penting untuk produksi unggas organik. Biji-bijian ini juga relatif tinggi lemak, dan
asam linolenat yang terdiri dari 4 dari total asam lemak.
commit to user 12
2. Foxtail millet
Setaria italica
a b
Gambar 2.2 Foxtail millet
a Biji
b tanaman
Foxtail millet Gambar 2.2 Setaria italica nama botani
adalah jenis tanaman millet kedua yang paling banyak ditanam dan yang paling penting di Asia Timur. Memiliki sejarah terpanjang di
antara budidaya millets, yang telah ditanam di Cina sejak di milenium keenam SM. Nama lain untuk millet adalah Italian Millet, Jerman
millet, Cina millet, dan Hungaria millet. Foxtail millet adalah jenis millet dengan batang berdaun yang
dapat mencapai ketinggian 120-200 cm 3,9-6,6 m, berbulu panicle 5-30 cm 2,0-12 in. Biji kecil, dengan diameter sekitar 2 mm kurang
dari 18 in, yang terbungkus tipis, seperti kertas yang terbungkus yang mudah dibuang ketika ditumbuk. Warna biji sangat bervariasi di
antara varietas. 3.
Proso millet
Panicum miliaceum
a b
Gambar 2.3 Proso millet
Panicum miliaceum
a Tanaman
b Biji
commit to user 13
Proso millet Gambar 2.3
Panicum miliaceum
pertama kali muncul sebagai tanaman di Transcaucasia dan Cina sekitar 7.000
tahun yang lalu, menunjukkan bahwa hal itu mungkin karena telah didomstikasi secara independen di setiap daerah. Hal ini masih
dibudidayakan secara luas di India, Rusia, Ukraina, di Timur Tengah, Turki dan Rumania. Di Amerika Serikat, proso terutama ditanam
untuk pakan burung. millet ini dijual sebagai makanan kesehatan dan karena kurangnya gluten: itu dapat dimasukkan dalam menu diet
orang-orang yang tidak bisa mentolerir gandum. Proso bisa disesuaikan dengan berbagai kondisi tanah dan
iklim, tetapi memiliki musim tanam yang pendek, dan membutuhkan sedikit air. Kebutuhan air untuk millet jenis proso ini adalah terendah
dari setiap major sereal. Ini adalah tanaman yang sangat baik untuk lahan kering dan tidak-sampai pertanianno-till farming. Proso millet
adalah sebuah tanaman rumput tahunan yang mencapai ketinggian rata-rata 100 cm 4 kaki.. Benih-benih kecil 2-3 mm atau 1 inci atau
lebih dan dapat menjadi berwarna krem, kuning, oranye-merah, atau coklat.
4. Finger millet
Eleusine coracana
Gambar 2.4 Finger millet
Eleusine coracana
Finger millet Gambar 2.4 Eleusine coracana, Amharik
Dagusa atau tōkūsō, juga dikenal sebagai millet Afrika atau Ragi di Kannada, merupakan tanaman tahunan yang ditanam secara luas
sebagai sereal di daerah kering Afrika dan Asia. Finger millet awalnya asli Dataran Tinggi Ethiopia dan diperkenalkan ke India
commit to user 14
sekitar 4000 tahun yang lalu. Hal ini sangat disesuaikan dengan ketinggian yang lebih tinggi dan tumbuh di Himalaya dengan
ketinggian hingga 2.300 meter. Setelah dipanen, benih akan tetap sangat baik dan jarang
diserang oleh serangga atau moulds. Kapasitas penyimpanan yang panjang membuat finger millet menjadi tanaman penting dalam
strategi menghindari risiko untuk masyarakat petani miskin. Kegunaan millet selama ini hanya untuk pangan burung
piaraan. Namun dengan kemajuan zaman dan pola pikir manusia yang kreatif maka millet sekarang ini tidak hanya digunakan sebagai pakan
burung saja tetapi dibeberapa daerah di Indonesia dijadikan tepung kemudian dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan mi, cookies,
roti tawar dan di propinsi Papua telah lama digunakan sebagai bubur untuk makanan sehari-hari.
3. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil dari biji gandum dimana digunakan sebagai makanan pokok manusia, pakan ternak dan bahan industri yang
mempergunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur biji gandum
kernel
, warna kulit biji
bran
, dan musim tanam. Berdasarkan tekstur
kernel
, gandum diklasifikasikan menjadi
hard
,
soft
, dan
durum
. Sementara itu berdasarkan warna
bran
, gandum diklasifikasikan menjadi
red
merah dan
white
putih. Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi
winter
musim dingin dan
spring
musim semi. Namun, secara umum gandum diklasifikasikan menjadi
hard wheat
,
soft wheat
dan
durum wheat
Anonim
c
, 2010. Gandum merupakan salah satu jenis serelia yang cukup populer dan
merupakan bahan dasar pembuatan tepung. Sampai sekarang tidak ada bahan lain sebagai pengganti gandum untuk membuat roti, bahan makanan
yang dapat mengembang dengan bantuan ragi karena gandum adalah satu- satunya jenis biji-bijian yang mengandung gluten. Gluten adalah protein
commit to user 15
gandum yang tidak larut dalam air, mempunyai sifat elastis seperti karet. Selanjutnya gluten merupakan kerangka dari roti beragi. Dalam industri
pembuatan roti
beragi, keberadaan
gluten merupakan
syarat Anonim
e
, 2009. Tanaman gandum jarang ditemukan di Indonesia karena kondisi
lingkungan fisik di Indonesia tidak cocok untuk tanaman gandum yang merupakan tanaman subtropis. Akan tetapi masyarakat Indonesia
cenderung lebih menyukai produk olahan gandum seperti mi instan bahkan lebih besar dari jagung dan ubi kayu. Umumnya produk olahan gandum
lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang hidup diperkotaan. Meningkatnya konsumsi produk olahan gandum akan meningkatkan impor
gandum atau tepung gandum. Tepung gandum sendiri mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi daripada tepung yang
dibuat dari jenis lain Global-Agricalture, 2009. Protein gandum bersifat unik diantara protein tumbuhan lain dan
berperan penting pada sifat tepung terigu teruatama dalam pembuatan roti. Metode fraksinasi klasik yang didasarkan pada ciri kelarutan menunjukkan
adanya empat fraksi utama yaitu albumin, globulin, gliadin dan glutenin De Man, 1997. Kandungan protein total pada tepung terigu bervariasi
antara 7 – 18 persen, tetapi pada umumnya 8 – 14 persen. Sekitar 80 persen dari protein tersebut merupakan gluten Matz, 1972. Pada saat terigu
dibasahi dengan air, terigu mampu membentuk gluten. Pembentukan gluten terjadi karena adanya interaksi antara gliadin dengan glutenin
Ruiter, 1978 dalam Retno, 1992. Sifat unik protein gluten adalah kemampuannya membentuk pasta
atau adonan yang sifat kohesifnya kuat dan viskoelastis saat dicampur dan diaduk dalam air saat suhu kamar. Komposisi dan ukuran molekul yang
besar dari gliadin dan glutenin menentukan sifat gluten. Rendahnya kandungan asam amino yang dapat terion mengakibatkan protein gluten
sulit larut dalam larutan cair yang bersifat netral. Glutenin bertanggung jawab pada sifat elastis, kohesifitas, dan gliadin memfasilitasi fluiditas,
commit to user 16
extensibilitas adonan dalam pembuatan roti. Beberapa jenis tepung terigu dengan kandungan protein yang berbeda terdapat di Indonesia. Hal ini
tertera pada Tabel 2.3 mengenai panduan mutu tepung terigu. Tabel 2.3. Panduan Mutu Tepung Terigu
Parameter Cakra kembar
kereta kencana Segitiga biru
Kunci biru Kadar air max db
14,5 14,5
14,5 Kadar abu max db
0,6 0,6
0,6 Protein min db Nx5,7
12 10-11
8-9 Kadar gluten min
30 25
21
Sumber : Bogasari Flour Mills 1996 dalam Fajriyah 1998
Tingkat konsumsi gandum pada saat ini telah mencapai 5 juta ton per tahun. Impor gandum diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga
100 selama 10 tahun mendatang. Artinya akan ada potensi impor gandum hingga 10 juta ton. Setiap tahun lebih dari 5 miliar Dolar AS atau setara Rp
50 triliun lebih devisa habis untuk mengimpor pangan. Mulai dari gandum, kedelai, jagung, daging, telur, susu, sayuran, dan buah-buahan, bahkan
garam yang kebutuhannya masih dapat dipenuhi oleh produsen garam lokal juga dimpor dengan nilai Rp 900 miliar Najib, 2010.
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mi. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum
Triticum vulgare
yang digiling. Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten
pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mi menyebabkan mi yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses
pencetakan dan pemasakan. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14 , kadar protein 8-12 , kadar abu
0,25-0,60 , dan gluten basah 24-36 Astawan, 1999. Berdasarkan kandungan protein gluten, terdapat 3 jenis terigu yang
ada di pasaran, yaitu sebagai berikut : a.
Terigu
hard flour
. Terigu jenis ini mempunyai kadar protein 12-13 . Jenis tepung ini digunakan untuk pembuat mi dan roti. Contohnya
adalah terigu cap Cakra Kembar.
commit to user 17
b. Terigu
medium hard flour
. Jenis tepung ini mengandung protein 9,5-11 . Tepung ini banyak digunakan untuk campuran pembuatan
mi, roti dan kue. Contohnya adalah terigu cap Segitiga Biru. c.
Terigu
soft flour
. Jenis terigu ini mengandung protein 7-8,5 . Jenis tepung ini hanya cocok untuk membuat kue contohnya adalah terigu
cap Kunci. Dalam prakteknya, tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan mi
terdiri dari campuran dua jenis tepung
hard flour
dan
medium hard flour
. Pencampuran kedua jenis tepung tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
konsentrasi protein yang dikehendaki sehingga akan menghasilkan tekstur, konsistensi dan rasa yang khas dari produk yang bersangkutan
Astawan, 2006 dalam Muhajir 2007.
4. Prediksi Umur Simpan
a. Aktivitas Air dan Kadar Air
Besarnya Aw bahan makanan berbeda-beda menurut sifat relatifnya terhadap air murni dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat
produk serta kondisi lingkungannya. Berdasarkan teori perubahan fase, maka kandungan air bahan makanan yang ditempatkan di udara terbuka
akan berubah sampai mencapai kondisi seimbang dengan kelembaban nisbi udara sekitarnya. Kondisi seimbang tercapai apabila kadar air
bahan sudah menjadi konstan Adawiyah, 2005. Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk,
yaitu: 1
Air bebas, terdapat dalam ruang antar sel dan inter glanular dan pori-pori yang terdapat dalam bahan.
2 Air yang terikat secara lemah karena terserap teradsorpsi pada
permukaan koloid makromolekuler seperti protein, pektin, pati, selulosa. Selain air juga terdispersi diantara koloid tersebut dan
merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel. Air yang ada dalam
commit to user 18
bentuk ini masih tetep mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan.
3 Air dalam keadaan terikat kuat, yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada 0
F. Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya
proses kerusakan bahan makanan, misalnya proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatis, bahkan oleh aktivitas serangga perusak. Sedangkan
air dalam bentuk lainnya tidak membantu proses kerusakan tersebut diatas. Oleh karenanya, kadar air bahan merupakan parameter yang
absolut untuk dapat dipakai meramalkan kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan. Dalam hal ini dapat digunakan pengertian
Aw aktivitas air untuk menentukan kemampuan air dalam proses – proses kerusakan bahan makanan Sudarmadji, dkk, 1989.
Aktivitas air dinyatakan sebagai perbandingan antara tekanan uap air bahan P dengan tekanan uap air murni Po pada suhu yang sama.
Perbandingan ini juga menggambarkan kelembaban relatif seimbang atau
Equilibrium Relative Humadity
ERH udara sekitar bahan terhadap kadar air bahan. Adnan, 1982. Apabila kadar air suatu bahan
sudah mencapai keseimbangan dengan udara sekelilingnya, maka Aw dalam bahan adalah sama dengan Aw udara tersebut. Oleh karena itu,
Aw suatu bahan dapat ditentukan berdasarkan kelembaban nisbi seimbang udara ERH dibagi 100.
commit to user 19
Keterangan : P
= Tekanan uap air bahan. Po
= Tekanan air murni pada suhu yang sama. ERH
= Equilibrium Relative Humadity.
b. Pola Isoterm Sorpsi Lembab.
Sorpsi isotermis air adalah kurva yang menghubungkan data kadar air dengan aktivitas air suatu bahan pada suhu tertentu. Sorpsi
isotermis sangat penting dalam merancang proses pengeringan, terutama dalam menentukan titik akhir pengeringan serta meramal
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi terhadap bahan makanan selama bahan tersebut disimpan Labuza, 1984.
Menurut Labuza 1984, secara umum ada tiga klasifikasi
kurva Isoterm Sorpsi Lembab Gambar 2.5. Kurva Isoterm Sorpsi
Lembab tipe I adalah suatu isoterm adsorpsi untuk bahan berbentuk kristal, misalnya gula murni. Bahan tersebut hanya sedikit menyerap
air sampai Aw-nya mencapai sekitar 0,7 – 0,8. Hal ini karena pengikatan air hanya terjadi di permukaan kristal.
Pada sebagian besar makanan, seperti serealia dan bahan makanan kering mengikuti pola sigmoid yang tampak pada kurva
isoterm tipe II. Penyerapan air bahan jenis ini dipengaruhi secara kumulatif oleh efek – efek fisika – kimia sehingga tampak terdapat
dua lengkungan, yaitu pada Aw sekitar 0,2 – 0,4 dan Aw 0,6 – 0,7. Sedangkan kurva isoterm tipe III merupakan bentuk khas dari
kelompok senyawa anti kempal misalnya Ca Silikat yang mampu menyerap banyak air. Pada tipe ini biasanya terjadi perubahan kadar
air yang cukup besar pada perubahan nilai Aw yang cukup kecil Labuza, 1984.
commit to user 20
a
w
Gambar 2.5.
Tipe-tipe Kurva
Isoterm Sorpsi
Lembab Labuza, 1984.
Untuk menggambarkan kurva ISL ada beberapa persamaan yang dapat digunakan, antara lain persamaan Henderson, Polinomial
Pangkat Tiga
dan Guggenheim-Anderson-de
Boer GAB
Labuza, 1984. c.
Penggunaan Kurva Isoterm Sorpsi lembab.
1 Stabilitas Bahan Makanan pada Kadar Air lapis Tunggal.
Air yang terikat pada bahan makanan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu air terikat primer, air terikat sekunder, dan air
terikat tersier. Klasifikasi ini didasarkan pada posisi molekul air terikat dengan gugus aktif bahan makanan :
- Daerah IL-1 Aw 0,25, dimana air terdapat dalam bentuk lapis
tunggal yaitu molekul air terikat sangat kuat sehingga sulit diuapkan. Pada daerah ini walaupun kerusakan-kerusakan lainnya
dapat dihambat, namun oksidasi lemak akan meningkat dengan menurunnya nilai Aw
.
Karena air tidak lagi sebagai barier sehingga O
2
dapat lebih mudah mengadakan kontak dengan lemak. -
Daerah IL-2 Aw antara 0,25-0,75, air terikat kurang kuat dimana
kerusakan mikrobiologis dapat dicegah namun pada bagian atas dari daerah ini kerusakan kimiawi maupun enzimatis dapat berjalan
cepat. Sedangkan pada bagian bawah IL-2 dapat dikatakan sebagai III
II I
commit to user 21
daerah yang paling stabil dimana kecepatan ketiga kerusakan tersebut paling kecil.
- Daerah IL-3 Aw
di atas 0,75, air dalam keadaan bebas tidak terikat atau disebut sebagai kondensasi kapiler sehingga laju
kerusakan bahan makanan secara mikrobiologi, kimiawi maupun enzimatik berlangsung dengan cepat Suyitno, 1995.
Kadar air suatu bahan dimana air berada dalam posisi terikat primer disebut kadar air lapis tunggal. Penelitian terhadap kecepatan
reaksi – reaksi kimia dan bahan makanan menunjukkan bahwa bagi sebagian besar bahan makanan kering apabila kadar airnya berada di
bawah kadar air lapis tunggal maka kerusakannya sangat kecil dan dapat diabaikan. Kadar air lapis tunggal dapat ditentukan dari
persamaan Isoterm Brunaurer-Enmet-Teller BET, dan umumnya berkisar antara Aw 0,2 – 0,4. Nilai BET dapat menunjukkan kadar
air kritis atau aw kritis Labuza, 1984. 2
Perhitungan Kadar Air Lapis Tunggal BET Kadar air lapis tunggal suatu produk pangan dapat diketahui
dengan mengikuti konsep BET yaitu teori tentang adsorpsi molekul gas oleh benda padat. Kadar air lapis tunggal BET dapat
diperhitungkan dari isoterm sorpsi lembabnya. Menurut Labuza 1984, persamaan umum BET adalah sebagai berikut :
a c
Mo c
c Mo
M a
i a
. .
1 .
1 -
+ =
- Keterangan: a
= Aktivitas air pada suhu T M
= Kadar air db pada a
w
, a, dan T C
= Konstanta Mo
= Kadar air lapis tunggal Persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
a S
I M
a i
a
. +
= -
dengan I = Titik potong dan S = Slope kemiringan garis.
commit to user 22
Jadi hubungan antara a 1-a M vs a, merupakan sebuah garis lurus linear. Dengan diketahuinya nilai S dan I dari grafik yang
dibuat persamaan umum BET tersebut, maka kadar air lapis tunggal BET dapat dihitung dengan persamaan berikut:
S I
Mo +
= 1
Untuk membatasi dan mengendalikan pengaruh kondisi lingkungan terhadap produk sampai batas tertentu, dapat ditempuh
dengan melakukan pengemasan menggunakan bahan pengemas dan cara pengemasan yang baik atau sesuai.
Persyaratan dan spesifikasi wadah atau pembungkus berbeda menurut jenis bahan hasil industri dan tujuan utamanya. Tetapi pada
umumnya ditujukan untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba, fisik, kimia, biokimia, perpindahan uap air dan gas,
sinar UV dan perubahan suhu. Selain itu kemasan harus ekonomis, mampu menekan ongkos produksi, mudah dikerjakan secara
maksimal, tidak mudah bocor, penyok, dan mudah dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi Syarief, Rizal dan Anies
Irawati, 1988. Daya proteksi bahan pengemas ditentukan oleh permeabilitas
serta konstanta permeabilitas pengemasnya Downes dan Giacin, 1987. Besarnya konstanta permeabilitas dipengaruhi oleh jenis
pengemas dan kualitas penutupan. Adapaun kondisi lingkungan yang berperan adalah suhu dan kelembaban. Permeabilitas bahan
pengemas terhadap uap air dan gas dipengaruhi oleh suhu, ketebalan lapisan, dan komposisi serta RH lingkungan Buckle dkk, 1987.
Konstanta permeabilitas sebagai permeance yang dinyatakan dengan atau tanpa menyatakan satuan tebal atau tekanan. Nilai
tersebut pada umumnya dinyatakan berlaku untuk bahan dengan tebal tertentu pada suhu dan kelembaban tertentu pula.
Permeabilitas uap air
water vapour permeability
yang biasa
commit to user 23
digunakan pada industri pengemasan dinyatakan sebagai gram H
2
Ohari100 inci untuk tebal dan suhu serta kelembaban relatif tertentu Supriyadi, 1993.
d. Bahan Pengemas Plastik
Bahan pengemas yang kini digunakan secara luas adalah plastik karena mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Benning,
1983. Kemasan plastik praktis penggunaannya, mudah diperoleh, murah, ringan, bersih, tahan terhadap kelembaban dan gas, tahan
terhadap suhu tinggi dan rendah, serta elastis dan tidak mudah disobek Pantastico, 1986.
Wadah yang dibuat dari plastik dapat berbentuk film lembaran plastik, kantung, wadah dan bentuk-bentuk lain seperti
botol, kaleng, stoples dan kotak. Kini penggunaan plastik sangat luas karena relatif murah ongkos produksinya, mudah dibentuk menjadi
aneka model, mudah penanganannya dalam system distribusi dan bahan bakunya mudah diperoleh Syarief, Rizal dan Anies Irawati, 1988
Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan adalah polielefin. Plastik golongan ini, seperti polietilen PE, polipropilen
PP, dan kopolimer lain merupakan jenis plastik yang paling banyak dipakai pada industri makanan. Banyak digunakan sebagai film,
cetakan, pelapis, perekat, dan tutup 1
Polietilen Etilen merupakan senyawa utama yang digunakan pada
pembuatan plastik ini. Rantai polimer dapat bercabang atau lurus. Polimer rantai lurus menghasilkan densitas tinggi, sedangkan
semakin banyak rantai cabangnya, polimer etilen akan semakin rendah densitasnya Brown, 1992.
Polietilen dibuat dengan cara polimerisasi dari gas etilen yang merupakan hasil samping dari industri minyak dan batu bara.
Terdapat dua macam proses polimerisasi yang dilakukan dan menghasilkan dua macam produk yang berbeda. Pertama,
commit to user 24
polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi 1000-3000 atmosfer, menghasilkan molekul makro dengan
banyak percabangan, yaitu campuran dari rantai lurus dan rantai bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan
rendah 10-40 atmosfer, menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun parallel Suyitno, 1990 dalam Ratna 2010.
Menurut Suyitno 1990 dalam Ratna 2010, formula molekul dari polietilen adalah CH
2
n, walaupun rantai molekul makro dikatakan lurus namun kenyataannya susunan atom-atom
karbon tersebut dalam formasi zig-zag Gambar 2.6
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
Gambar 2.6 Formasi Rantai Lurus dari Molekul Makro Polietilen
Suyitno, 1990 dalam Ratna, 2010 Adanya rantai-rantai cabang dalam molekul makro akan
mencegah saling menumpuknya rantai sehingga kerapatan densitas dari bahan menjdi rendah. Oleh sebab itu, polietilen
densitas rendah PEDR dihasilkan dari proses polimerisasi pada tekanan tinggi. Polietilen densitas rendah adalah bahan yang
bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya terasa agak berlemak. Pada suhu kurang dari 60
C, sangat resisten terhadap sebagian besar senyawa kimia. Di atas suhu tersebut
polimer ini menjadi larut dalam pelarut hidrokarbon dan hidrokarbon klorida. Daya proteksinya terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.
Polietilen densitas tinggi PEDT yang dihasilkan dengan polimerisasi pada tekanan dan suhu rendah 50
o
-75
o
C memakai katalisator Ziegler, sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus
cahaya, dan kurang terasa berlemak. Plastik ini mempunyai daya
commit to user 25
tahan lebih baik terhadap minyak dan lemak, titik lunak lebih tinggi, akan tetapi daya tahan terhjadap pukulan
impact
dan permeabilitas uap airnya lebih rendah Suyitno, 1990 dalam
Ratna 2010. Sifat-sifat baik yang dimiliki PE, antara lain :
a Permeabilitas uap air dan air rendah
b Mudah dikelim panas
c Fleksibel
d Dapat digunakan untuk penyimpanan beku -50
C e
Transparan sampai buram f
Dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain Kelemahannya :
a Permeabilitas oksigen agak tinggi
b Tidak tahan terhadap minyak Terutama LDPE.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati, 1988. Polietilen merupakan bahan kemasan yang penting karena
harganya relatif murah, kuat, transparan dan mudah direkatkan atau dibentuk dengan panas. Polietilen dibedakan atas polietilen
berkerapatan tinggi dan polietilen berkerapatan rendah. Polietilen berkerapatan tinggi mempunyai sifat permeabilitas rendah dan
stabilitas tinggi terhadap panas, biasanya untuk kemasan yang bersifat kaku. Polietilen berkerapatan rendah sangat fleksibel
pembentukan dan penggunaannya sehingga baik untuk kemasan sebagai kantong Priyanto, 1988.
2 Polypropilene
Polipropilen PP merupakan salah satu jenis termoplastik yang pertama kali direkomersialkan pada tahun 1950-an.
Polipropilen dibuat dengan polimerisasi katalitik dari monomer propilen menggunakan panas dan tekanan. Polipropilen banyak
digunakan untuk pengemas makanan yang bersifat kaku Brown, 1992 .
commit to user 26
Polipropilen dihasilkan
dengan polimerisasi
gas polipropilen murni dengan Ziegler-Natta katalis. Polipropilen
merupakan plastik dengan densitas antara 0,9-0,91. Polipropilen mempunyai sifat tingkat kekakuan yang baik, kuat, permukaan
mengkilap, dan kenampakan yang bening Kondo, 1990 . Menurut Supriyadi 1993, polipropilen mempunyai sifat
tingkat kekakuan baik, kuat, dan transparan pada bentuk film, tahan terhadap panas, relative sulit ditembus uap air, akan tetapi mudah
sekali ditembus oleh gas. Polipropilen baru akan meleleh pada suhu 162
o
C sehingga dapat digunakan sebagai kemasan kantong yang tahan terhadap proses pemanasan suhu tinggi seperti sterilisasi.
Sifat tahan terhadap suhu tinggi membawa konsekuensi menjadi sulit direkatkan dengan menggunakan panas.
Polipropilen bersifat lebih keras dan titik lunaknya lebih tinggi dari pada PEDT, lebih kenyal namun daya tahannya terhadap
kejutan lebih rendah terutama pada suhu rendah. Tidak mengalami stress cracking oleh perubahan kondisi lingkungan, tahan terhadap
sebagian besar senyawa kimia, kecuali pelarut aromatik dan hidrokarbon klorida dalam keadaan panas. Sedangkan sifat
permebilitasnya terletak antara PEDR dan PEDT. Permukaannya yang keras dan licin membuatnya sulit ditulisi atau ditempeli tinta
Suyitno, 1990 dalam Ratna, 2010.
commit to user 27
Tabel 2.4. Daya tembus dari Plastik Tipis yang Fleksibel Terhadap
N
2
, O
2
, CO
2
dan H
2
O. Plastik Tipis
Daya Tembus cm
3
cm
2
mmdetcmHg x 10
10
N
2
30
o
C O
2
CO
2
25
o
C, 90 Rh H
2
O Polyethylene kerapatan rendah
19 55
352 800
Polyethylene kerapatan tinggi 2,7
10,6 35
130 Polystyrene
2,9 11,0
88 12000
Polyamide 0,1
0,38 1,6
7000 Polypropylene
- 23,0
92 680
PVC 0,4
1,2 10
1560 Polyester
0,05 0,22
1,53 1300
Polyvinyledene chlorida 0,0094 0,053
0,29 14
Rubber Hydrocloride 0,08
0,3 1,7
240 Polyvinil Acetat
- 0,5
- 100000
Ethyl Cellulose 84
265 2000
130000 Cellulose Acetat
2,8 7,8
68 75000
Sumber : Buckle and Edwards, 1987. e.
Umur Simpan Umur simpan adalah selang waktu sejak barang diproduksi
hingga produk tersebut tidak layak diterima atau telah kehilangan sifat khususnya. Atau, umur simpan adalah waktu yang dibutuhkan oleh
suatu produk pangan menjadi tidak layak dikonsumsi jika ditinjau dari segi keamanan, nutrisi, sifat fisik, dan organoleptik, setelah disimpan
dalam kondisi yang direkomendasikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan
1. Jenis karakteristik produk pangan
a. Produk yang mengalami pengolahan akan lebih tahan lama
dibanding produk segar. b.
Produk yang mengandung lemak berpotensi mengalami
rancidity
, sedang produk yang mengandung protein gula berpotensi
mengalami reaksi
maillard
warna coklat. 2.
Jenis karakteristik bahan kemasan Permeabilitas
bahan kemas
terhadap kondisi
lingkungan Uap air, cahaya, aroma, oksigen.
commit to user 28
3. Kondisi lingkungan
a. Intensitas sinar UV menyebabkan terjadinya ketengikan
dan degradasi warna. b.
Oksigen menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Bagi
suatu produk yang sudah dikemas, maka umur simpannya dipengaruhi selain oleh sifat dan kondisi kritis juga ditentukan oleh
proteksi dari kemasannya. Dalam hal ini permeabilitas uap air dari sistem kemasan sangat menentukan umur simpannya. Jadi suatu produk
yang sudah dikemas, umur simpannya dipengaruhi oleh sifat produk ISL, kadar air kritis, kemasan permeabilitas, dan suhu serta RH
udara Labuza, 1984. Menurut Labuza 1984, umur simpan produk dalam kemasan
dapat diprediksi berdasarkan teori difusi atau penyerapan gas oleh atau dari produk yang diformulasikan sebagi berikut :
Ket : Me = Kadar air pada kondisi seimbang dengan suhu dan
RH udara Luar g air100 g bahan kering, berdasarkan perkiraan garis lurus
Mi = Kadar air awal produk g air 100g Mc = Kadar air kritis g air 100 g bahan kering
Kx= Permeabilitas kemasan g air hari. M
2
mm Hg A = Luas permukaan kemasan m
2
Ws = Berat produk dalam kemasan g Po = Tekanan uap air murni pada suhu pengujian mmHg
b = Slope kurva ISL di daerah operasi penyimpanan ө = Umur simpan hari
commit to user 29
B. Kerangka Berpikir