Metode Penilaian Status Gizi

untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh Khumaidi, 1994. Berdasarkan baku rujukan antropometri menurut Centers for Disease Control CDC tahun 2000 untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan z-score sebagai batas ambang. Penilaian gizi anak-anak di Negara- negara yang populasinya relative baik well nourished, sebaiknya menggunakan persentile, sedangkan untuk gizi anak-anak di Negara yang populasinya relative kurang under nourished lebih baik menggunakan skor simpang baku SSB sebagai persen terhadap median baku rujukan Abunain, 1990.

2.1.5. Metode Penilaian Status Gizi

Secara umum penilaian status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dan tidak langsung Proverawati, 2010. 1. Secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : 1.1. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu: a. Berat Badan Menurut Umur BBU Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini Current Nutritional Status. Universitas Sumatera Utara b. Tinggi Badan Menurut Umur TBU Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. c. Berat badan Menurut Tinggi Badan BBTB Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur LLAU Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BBU maupun BBTB. e. Indeks Massa Tubuh IMT IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus penyakit lainnya, seperti adanya edema, asites dan hepatomegali. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAOWHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut: Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT = berat badan kg kuadrat tinggi badan m Universitas Sumatera Utara 1. IMT17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis KEK berat. 2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan. 3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal. 4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan. 5. IMT 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat. f. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah. g. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu: 1. Persen terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi, median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100 untuk standar. Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas. Contoh pemakaian cara ini adalah pada penentuan status gizi dengan ketentuan Eid Index dengan menggunakan kurva CDC-NCHS 2000. Universitas Sumatera Utara 2. Persentil Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. 3. Standar Deviasi Unit SDU Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Pengukuran Skor Simpang Baku Z-score dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Individual Subjek NIS dengan Nilai Median Baku Rujukan NMBR pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan NSBR. Jika hasil pengukuran lebih besar dari nilai median, maka NSBR adalah hasil pengurangan +1 SD dengan median. Namun jika hasil pengukuran lebih rendah dibanding median, maka NSBR adalah hasil pengurangan median dengan -1 SD. Kategori BBU : 1. Kategori Gizi Buruk, jika z-score -3,0 2. Kategori Gizi Kurang, jika z-score -3,0 sd z-score -2,0 3. Kategori Gizi Baik, jika z-score -2,0 sd z-score 2,0 4. Kategori Gizi Lebih, jika z-score 2,0 Kategori TBU : 1. Kategori Sangat Pendek, jika z-score -3,0 2. Kategori Pendek, jika z-score -3,0 sd z-score -2,0 3. Kategori Normal, jika z-score -2,0 Kategori BBTB: 1. Kategori Sangat Kurus, jika z-score -3,0 Z-score = NIS-NMBR NSBR Universitas Sumatera Utara 2. Kategori Kurus, jika z-score -3,0 sd Z-score -2,0 3. Kategori Normal, jika z-score -2,0 sd Z-score 2,0 4. Kategori Gemuk, jika z-score 2,0 1.2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara tepat rapid clinical surveys. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda sign dan gejala symptom atau riwayat penyakit. 1.3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 1.4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik epidemic of night blindness. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Universitas Sumatera Utara 2. Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga Proverawati, 2010 yaitu : 2.1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi. 2.2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 2.3. Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi. 2.2. Prestasi Belajar 2.2.1. Definisi