lxxiii Sumber: UPT Malioboro
Berdasarkan tabel 2.2 komposisi pegawai berdasar pangkat atau golongan yang paling banyak adalah golongan IIa sebanyak 6 orang atau dengan persentase sebanyak
33,34 kemudian untuk urutan selanjutnya adalah golongan IIc, IIIa, dan IIIb masing- masing berjumlah 3 orang atau 16,67. Sedangkan untuk jumlah pegawai golongan IId,
IIId, dan lainnya masing-masing berjumlah 1 orang atau 5,55.
Tabel II.3 Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
Pria 14
77,78 Wanita
4 22,22
Jumlah 18
100
Sumber: UPT Malioboro
Berdasarkan tabel 2.3 komposisi pegawai berdasar jenis kelamin yang mendominasi adalah pria sebanyak 14 orang atau dengan persentase sebanyak 77,78.
Sedangkan untuk jumlah pegawai wanita adalah 4 orang atau 22,22.
H. Persebaran Pedagang Kaki Lima Malioboro
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dan data yang diperoleh dari UPT Malioboro dapat diketahui jumlah dan persebaran PKL yang berada di Malioboro.
Jumlah PKL Malioboro pada tahun 2010 sebanyak 1.393 PKL, tersebar di 3 wilayah Kecamatan, yakni Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Gondomanan, dan Kecamatan
Danurejan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Paguyuban PKL yang berada di Malioboro, yakni Pemalni, Padma dan Tri Dharma, jumlah PKL yang berada di
Kecamatan Gedongtengen tercatat 651 PKL 53,36, Kecamatan Gondomanan terdapat 430 PKL 35,25, dan di Kecamatan Danurejan ada 312 PKL 11,39.
lxxiv
Tabel II.4 Jumlah PKL per Kecamatan di Kawasan Malioboro Tahun 2010
No Kecamatan
Jumlah
1 Gedongtengen
651 46,73
2 Gondomanan
430 30,87
3 Danurejan
312 22,40
Total 1.393
100
Sumber: UPT Malioboro Adapun jumlah persebaran PKL dari 3 wilayah kecamatan ini yang memiliki
paguyuban PKL yang ada di Malioboro. Para PKL tersebut tersebar menjadi 5 paguyuban, yakni Paguyuban Handayani, Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro
PPLM, Paguyuban Tri Dharma, Paguyuban Angkringan Danurejan Malioboro Padma, dan Paguyuban PKL Malioboro-Ahmad Yani Pemalni. Jumlah anggota masing-masing
paguyuban PKL di Malioboro dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.5 Jumlah PKL per Paguyuban di Kawasan Malioboro Tahun 2010
No Kecamatan
Jumlah
1 Paguyuban Handayani
87 6,24
2 Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro PPLM
86 6,17
3 Paguyuban Tri Dharma
823 59,08
4 Paguyuban Angkringan Danurejan Malioboro Padma
40 2,87
5 Paguyuban PKL Malioboro-Ahmad Yani Pemalni
357 25,64
Jumlah 1.393
100
Sumber: Wawancara Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro keseluruhan merupakan PKL dengan
bangunan yang tidak permanen dalam arti setiap selesai berdagang harus mengemasi barang dagangan dan lapaknya tanpa tersisa sedikitpun. Dengan bangunan yang tidak
permanen, tempat usaha para PKL atau lapak-lapak ini sudah ditentukan ukuran lapak oleh pemerintah setempat. Meski begitu, tidak semua lapak ini jenisnya harus sama,
lxxv karena bagaimanapun juga para PKL memiliki barang dagangan yang berbeda-beda.
Type bangunan yang ditentukan juga sering disebut dengan bangunan bongkar pasang, gerobag atau gelarandasaranlesehan. Type bangunan ini juga merupakan ciri khas
masing-masing paguyuban PKL di kawasan Malioboro.
Tabel II.6 Type BangunanTempat PKL
Di Kawasan Malioboro No
Type BangunanTempat Paguyuban
1 Bongkar pasang tenda
Tri Dharma dan Pemalni 2
Gerobagangkringan Padma
3 Gelaranlesehan
Handayani dan PPLM Sumber : UPT Malioboro
Umumnya jenis usaha PKL di Kawasan Malioboro ini adalah penjual pakaian, sandal, tas, cinderamata, warung angkringan, bakso, mie ayam, lesehan, dan lain-lain.
Usaha PKL ini berkembang seiring dengan bertambahnya kebutuhan para wisatawan. Harga dari jenis dagangan yang dijual oleh para PKL merupakan harga standar daerah
pariwisata, meski demikian harga tersebut harus dicantumkan oleh PKL agar diketahui oleh para pengunjung, terutama mereka yang menjual makanan atau lesehan. Ini
merupakan kebijakan dari Pemkot agar nantinya para pengunujung tidak merasa tertipu oleh harga yang tiba-tiba melambung tinggi yang dilakukan oleh para PKL. Hal ini
dikarenakan para PKL juga ingin mengenalkan makanan serta souvenir khas Yogyakarta yang nantinya sebagai oleh-oleh bagi para pengunjung, serta memberi kesan bahwa
Malioboro nantinya dapat dikunjungi lagi oleh wisatawan tersebut lain waktu dengan membawa serta pengunjung yang lain.
Ditinjau dari waktu berdagang, lamanya waktu berdagang PKL sudah ditentukan oleh Pemkot sendiri, hal ini diusahakan agar tidak terjadi kecemburuan serta bentrok
antar PKL yang berada di Kawasan Malioboro. Lama berdagang ini sudah ditentukan waktu dan jamnya.
lxxvi
Tabel II.7 Waktu Berdagang PKL
No Jenis Dagangan
Waktu Berdagang
1 2
3 4
Pakaian dan Souvenir Lesehan
Angkringan Bakso dan Mie Ayam
Pukul 08.00 – 21.00 WIB Pukul 18.00 – 04.00 WIB
Siang: Pukul 07.00 – 17.00 WIB Malam: Pukul 18.00 – 04.00 WIB
Siang: Pukul 07.00 – 17.00 WIB Malam: Pukul 18.00 – 04.00 WIB
Sumber : UPT Malioboro Tingkat kesadaran PKL dalam pengelolaan limbah, kebersihan, dan kerapian
lingkungan sekitar sudah relatif terjaga dengan baik. Hal ini dikarenakan daerah yang ditempati oleh para PKL adalah daerah pariwisata, di mana jika tidak diusahakan sebaik
mungkin maka pengunjung menjadi tidak nyaman yang akhirnya Malioboro menjadi sepi pengunjung yang juga akan merugikan PKL sendiri. Peraturan mengenai limbah ini pun
telah dibedakan antara makanan dengan non makanan, di mana makanan harus lebih banyak membayar retribusi dibandingkan yang non makanan.
Jadi untuk gambaran luas persebaran PKL di Malioboro serta ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalamnya tidak menjadi persoalan bagi Pemkot setempat dan juga para
PKL itu sendiri. Peraturan yang dibuat itupun untuk kepuasan bersama dan bukan untuk dilanggar. Visi bersama yang dilakukan Pemkot Yogyakarta dengan para PKL Malioboro
adalah menjadikan Yogyakarta khusuanya Malioboro menjadi daerah pariwisata yang tetap nyaman dan berkesan bagi pengunjung.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN