Faktor eksternal Implementasi Kebijakan Pemkot dalam Pengaturan PKL di Yogyakarta

xcix Dari apa yang diutarakan oleh Bapak Sigit dapat diketahui bahwa hambatan internal terjadi karena jumlah personilnya yang terbatas hanya 18, dan itu masih sangat kurang, mengingat cakupan wilayahnya begitu luas dan PKL yang harus diurus juga sangat banyak. Dari sisi anggaran juga dibatasi, sehingga penambahan jumlah personil juga tidak dimungkinkan. Dengan cakupan wilayah yang begitu luas dan PKL yang harus diurus juga sangat banyak, jumlah 18 dikatakan minim. b. Sarana dan Prasarana Hambatan bagi kinerja UPT Malioboro dalam pengaturan PKL Malioboro juga diperngaruhi kurangnya sarana prasaran untuk memfasilitasi operasionalisasi pelaksanaan tugas sehari-hari. Sarana prasana dibutuhkan seperti alat transportasi untuk memonitoring aktivitas yang ada di Malioboro. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Alek Wahyudi Triwidodo, SE., salah seorang Staff UPT Malioboro: “...hanya sedikit kendaraan yang kami punya. Mobil dinas 1, motor Trail 3, sama motor Tossa 1. Sudah itu aja mas...” Wawancara, 19 april 2010 Dari sedikitnya transportasi sebagai penunjang pelaksanaan tugas UPT Malioboro tersebut, tentunya tidak mencukupi kinerja secara maksimal di lapangan jika menggunakan kendaraan. Meski demikian, tugas sebagai pegawai UPT Malioboro harus tetap dijalankan.

2. Faktor eksternal

a. Pelanggaran yang dilakukan PKL Pelanggaran-pelanggaran tersebut bersifat sederhana. Pelanggaran yang dilakukan PKL itu hanya sebatas lapak untuk berjualan melebihi batas yang sudah ditentukan. Pelanggaran ini merupakan pelanggaran yang dianggap wajar yang biasa dilakukan PKL di Malioboro. Hal tersebut sesuai pernyataan Kasubag Umum UPT Malioboro, Bapak Sigit Kusuma Atmaja, SS.: ”...Hampir setiap hari kami peringatkan, kan teman-teman UPT juga ada di c lapangan. Ya itulah, biasanya ketiggian lapak itu kelebihan mas. Pertama ya kita kasih saran dulu, baru peringatan...” Wawancara, 19 April 2010 Meski sudah diberikan sosialisasi kepada PKL, namun masih saja ada PKL yang melanggarnya, bahkan PKL yang melakukan pelanggaran tersebut sebenarnya mengerti jika dia melakukan pelanggaran. Pelanggaran ini memang sering ditemui oleh anggota UPT meski tidak setiap hari. b. Adanya pengemis dan pengamen Faktor berikut datangnya bukan dari perbuatan yang dilakukan oleh PKL Malioboro, tetapi justru datang dari pengemis dan pengamen liar yang ada di Kawasan Malioboro. Keberadaan pengamen dan pengemis liar tersebut tentunya mengganggu aktivitas yang dilakukan PKL dengan pengunjung Malioboro. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Beti, seorang PKL yang juga merupakan Sekretaris Paguyuban Padma: ”....PKL di sini itu rata-rata semua sudah baik, tapi yang ngganggu itu malah pengamen sama pengemis. Kalo ada pengunjung yang mau jajan, trus didatengi pengemis atau pengamen gitu kan malah lari mas langganan saya, itu harusnya ditindaklanjuti...” Wawancara, 24 April 2010 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Yulianto, Anggota Satpol PP yang bertugas di Malioboro, sebagai berikut: ”...itu mas, tadi pagi ada yang ribut. Pedagang sama pengamen. Posisinya pedagang itu lagi sibuk ngurus pelanggan, nah pengamennya yang dari tadi ngamen itu gak dikasih uang sama pedagang. Terus, ya langsung berantem di tempat mas. Anggota kita, UPT, sama Kepolisian langsung turun ke situ mas. Ya gitulah, pengamen itu sering mengganggu di sini mas...” Wawancara, 19 April 2010 Dengan adanya dua kesaksian tersebut, jelas bahwa pengemis dan pengamen liar yang ada di Malioboro sangat mengganggu kenyamanan dan ketertiban daerah pariwisata tersebut. Peristiwa ini memang seharusnya lebih mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat agar sedini mungkin dapat ditindaklanjuti. ci

C. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala-Kendala yang Muncul

dalam Penerapan Kebijakan yang Dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta dalam Pengaturan PKL Malioboro Memang tidak semua pekerjaan akan berjalan lancar, dalam pelaksanaan penerapan kebijakan dalam pengaturan PKL di Malioboro terdapat beberapa hambatan yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja UPT Malioboro, namun adanya berbagai hambatan seharusnya dapat diminimalisir dengan mengoptimalkan daya dukung dan kemampuan yang telah dimiliki. Keberhasilan dari program pengaturan PKL Malioboro tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui pemahaman tentang sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran yang telah berjalan selama ini akan diketahui lebih jauh seberapa besar faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan pengaturan PKL. Keseluruhan faktor tersebut secara otomatis memecahkan permasalahan dan kendala-kendala yang ada selama ini.

1. Sikap pelaksana