konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan
seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem antagonistis dimaksud.Apabila sistem pengahambat berada pada posisi lebih kuat
daripada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, makan seseorang
berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan.Misalnya peristiwa seseorang yang lelah tiba- tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau
terjadi tegangan emosi.Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat.Demikian pula pada peristiwa
monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi
penyebab timbulnya kelelahan.
3.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan
Menurut Winarsunu 2008 yang mengutip pendapat Macleod menyatakan bahwa istirahat dengan waktu pendek tetapi sering dilakukan akan lebih efektif
dalam mengatasi kelelahan daripada istirahat yang waktunya panjang tetapi hanya sekali atau jarang dilakukan. Upaya yang lainnya adalah mengatur intensitas dan
durasi penggunaan tenaga fisik dan mental sehari-hari, beban kerja harus merata sepanjang waktu, ada perputaran tugas-tugas yang berat dengan yang tidak, dan
mengurangi kondisi lingkungan kerja yang ekstrim yang dapat menyebabkan kelelahan kerja.
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang di tujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan
kondisi pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis, pemanfaatan
masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan
lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan
Suma’mur, 2013.
3.4.6 Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Tarwaka et.al. 2004,mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa
kelompok sebagai berikut: 1.
Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses
kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus