Penerimaan Diri LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri

A.1 Pengertian Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya Hurlock, 2002. Menurut Jersild dalam Hurlock, 2002 mengatakan penerimaan diri adalah individu menerima dirinya sendiri dan yakin akan standar-standar serta pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari asset diri yang di milikinya, merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginanya, serta menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri. Menurut Santrock 2002 penerimaan diri adalah suatu keadaan yang disadari oleh diri sendiri untuk menerima begitu saja kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Seperti yang dikemukakan Cooper 2003 penerimaan diri merupakan suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan mempunyai kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut. 11 Universitas Sumatera Utara Chaplin 2004 berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan rasa puas terhadap kualitas, bakat yang dimiliki serta pengakuan terhadap keterbatasan diri. Pengakuan terhadap keterbatasan diri ini tidak disertai dengan perasaan malu dan bersalah. Individu tersebut akan menerima keadaan mereka apa adanya. Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan kelebihan dan kekurangan yang di miliki tanpa menyalahkan diri sendiri. A.2 Aspek-aspek Pengukuran Penerimaan diri Menurut Jersild 1958 aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut : a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya. b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain Individu yang memiliki penerimaan diri memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya lebih baik daripada individu yang tidak memiliki penerimaan diri. Individu tersebut kurang menyukai jika harus menyia-nyiakan energinya untuk menjadi hal Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin, atau berusaha menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Ia pun tidak berdiam diri dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya, ia akan menggunakan bakat yang di milikinya dengan lebih leluasa. Individu yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan kekuatan dirinya akan bersikap baik pula dalam menilai kelemahan dan kekuatan orang lain. c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri Individu yang terkadang merasakan rendah diri inferiority complex adalah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik atas dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri maka ia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan di tolak oleh orang lain. d. Respon atas penolakan dan kritikan Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namum demikian ia mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia berusaha untuk melakukan koreksi atas dirinya sendiri, ini merupakan hal yang penting dalam perkembangannya menjadi seorang individu dewasa dan dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Individu yang tidak memiliki penerimaan diri justru menganggap kritikan sebagai wujud Universitas Sumatera Utara penolakan terhadapnya. Penting dalam penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar dari pengalaman dan meninjau kembali sikapnya yang terdahulu untuk memperbaiki diri. e. Kesimbangan antara “real self” dan “ideal self” Individu yang memiliki penerimaan diri adalah individu yang mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam batas-batas memungkinkan individu ini mungkin memiliki ambisi yang besar, namun tidak mungkin untuk mencapainya walaupun dalam jangka waktu yang lama dan menghabiskan energinya. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuannya individu mempersiapkan dalam konteks yang mungkin dicapai, untuk memastikan dirinya tidak akan kecewa saat nantinya. Berarti individu memiliki keberanian dalam menghadapi segala resiko yang akan timbul akibat perilakunya. f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain Hal ini berarti apabila seeorang individu menyayangi dirinya, maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain, dan apabila seorang individu merasa benci pada dirinya, maka akan lebih memungkinkan untuk merasa benci pada orang lain. Terciptanya hubungan timbal balik antara penerimaan diri dan penerimaan orang lain yaitu individu yang memiliki penerimaan diri merasa percaya diri dalam memasuki lingkungan sosial. Universitas Sumatera Utara g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda. Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan dirinya. Individu yang menerima dirinya akan menerima dan bahkan menuntut pembagian yang layak akan sesuatu yang baik dalam hidup dan tidak mengambil kesempatan yang tidak pantas untuk memiliki posisi yang baik atau menikmati sesuatu yang bagus, dalam hal menonjolkan diri ia tidak akan membiarkan orang lain selangkah lebih maju darinya dan mengganggu langkahnya. Individu dengan penerimaan diri menghargai harapan orang lain dan meresponnya dengan bijak. Namun, ia memiliki pendirian yang terbaik dalam berfikir, merasakan dan membuat pilihan. Ia tidak hanya akan menjadi pengikut apa yang dikatakan orang lain. h. Penerimaan diri, spontanitas, dan menikmati hidup Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Namun, terkadang ia kurang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang rumit. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya. Akan tetapi, juga leluasa untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. Universitas Sumatera Utara i. Kejujuran dalam menerima diri Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah individu yang memiliki fleksibilitas dalam pengaturan hidupnya. Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa nantinya, dan tidak menyukai kepura-puraan. Individu ini dapat secara terbuka mengakui dirinya sebagai individu yang pada suatu waktu dalam masalah, merasa cemas, ragu, dan bimbang tanpa harus menipu diri dan orang lain. j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Banyak hal dalam perkembangan seorang individu yang belum sempurna, individu yang dapat menerima dirinya akan menggunakan kemampuannya dengan baik dalam perkembangan hidupnya. A.3 Ciri-ciri Penerimaan Diri Jersild dalam Hurlock, 2002 mengemukakan beberapa ciri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan orang yang menolak keadaan diri denial. Berikut ini adalah ciri dari orang yang menerima keadaan diri : a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri b. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain Universitas Sumatera Utara c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional d. Menyadari aset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri A.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Menurut Jersild dalam Anggraini, 2012 faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sebagai berikut : a. Usia Penerimaan diri individu cenderung sejalan dengan usia individu tersebut. Semakin matang dan dewasa seseorang maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan dirinya. b. Pendidikan Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentu akan memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kepuasan diri yang diraih.Seseorang yang merasa puas akan dirinya, tentu dapat menerima dirinya secara realistis. c. Keadaan Fisik Menurut Fuhrman 1990, keadaan fisik sesorang akan mempengaruhi tingkat penerimaan diri. Universitas Sumatera Utara d. Dukungan Sosial Penerimaan diri juga lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mendapat perlakuan yang lebih baik dan menyenangkan. e. Pola Asuh Orang Tua Hurlock 2002 mengemukakan bahwa pola asuh yang baik akan membuat individu merasa dihargai sebagai manusia dalam keluarga. Individu yang merasa dihargai sebagai manusia cenderung akan menghargai dirinya sendiri dan memperkirakan sendiri tanggung jawab yang harus dipikulnya, sehinggaia akan mengendalikan perilakunya sendiri dengan kerangka aturan yang ia buat dengan berpedoman pada norma-norma yang ada di masyarakat.

B. Masa Dewasa