tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100 bunyi yang
datang diserap oleh bahan Khuriati 2006. Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang bunyi yang sampai pada permukaan
material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan turut menggetarkan partikel dan pori-pori udara pada material tersebut. Sebagian dari getaran tersebut
terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut. Gunawan dalam Niken Puspita
Sari,2008. Kayu dengan kerapatan dan modulus elastisitas yang rendah, dan kadar air dan temperatur yang tinggi lebih banyak menyerap suara.
2.11 Kebisingan Noise
Kebisingan Noise merupakan suara atau bunyi yang tidak diinginkan keberadaannya Harris,1957. Kebisingan adalah suatu masalah besar yang tengah
dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini, terutama yang tinggal di daerah perkotaan yang sangat ramai oleh berbagai macam aktivitas masyarakat.
Hal ini juga disebabkan dengan meningkatnya jumlah volume kendaraan bermotor yang menghasilkan berbagai polusi salah satunya adalah kebisingan, Suara keras
yang dihasilkan oleh kendaraan dapat mengganggu konsentrasi dan juga merusak kesehatan manusia. Selain itu, perkembangan industri dan banyaknya pabrik yang
didirikan di daerah pemuliman penduduk, secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap lingkungan karena penggunaan mesin-mesin berat dan hasil
industri akan menimbulkan kebisingan. Apabila pengaruh ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan,
manusia dan hewan. Menurut penelitian Mastria Suandika 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.11.1 Baku Tingkat Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :KEP 48MENLH111996 Tentang Baku tingkat kebisingan baku tingkatkebisingan
adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkandibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkangangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.Baku tingkat kebisingan nilainya disesuaikan dengan peruntukannyaataupun dengan lingkungan kegiatan.
Baku tingkat kebisingan nilainya disesuaikan peruntukannya ataupun dengan lingkungan kegiatan. Baku tingkat kebisingan di perumahan dan tidak sama
dengan didaerah perkantoran, sedangkan baku tingkat kebisingan untuk lingkungan kegiatan rumah sakit juga tidak sama dengan lingkungan sekolah.
2.11.2 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP 48 MENLH111996 Tentang baku tingkat kebisingan.
Salah satu dampak dari usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain dan lingkungan adalah akibat tingkat kebisingan
yang dihasilkan, maka sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Tingkat Kebisingan. Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup no. Kep-48MENLH11 1996 menetapkan baku tingkat kebisingan untuk kawasan tertentu sesuai Tabel 2.3. Baku tingkat
kebisingan ini diukur berdasarkan rata-rata pengukuran tingkat kebisingan ekivalen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Nilai Baku Tingkat Kebisingan Kep. MENLH 1996
Peruntukan Kawasanlingkungan Kesehatan Tingkat kebisingan dB
A a.
Peruntukan Kawasan. 1.
Perumaahan dan Pemukiman 2.
Perdagangan dan Jasa 3.
Perkantoran dan Perdagangan 4.
Ruang Terbuka Hijau 5.
Industri 6.
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7.
Rekreasi 8.
Khusus : - Bandar Udara
- Stasiun Kereta Api - Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
b. Lingkunagn Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55 70
65 50
70 60
70
60 70
55 55
55
2.11.3 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia No.
718MenKesPerXI 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718 MENKES PER XI 1987 menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat zona. Pada tabel 2.4
dapat dilihat pembagian zona kebisingan oleh menteri kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2.4 Pembagian Zona Bising oleh Menteri Kesehatan
No. Zona
Tingkat Kebisingan dB Maks yang
dianjurkan Maks yang
diperbolehkan 1
A 35
45 2
B 45
55 3
C 50
60 4
D 60
70
Zona A
Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatansosial dan sejenisnya.
Zona B
Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.
Zona C
Zona yang diperunyukkan bagi perkantoran, perdagangan, pasar dan sejenisnya.
Zona D
Zona yang diperuntukkan bagi industry, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
2.11.4 Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Kebisingan Kendaraan bermotor tipe baru kategori L.
Kendaraan bermotor tipe baru kategori L adalah kendaraan bermotor tipe baru beroda 2 dua atau 3 tiga sesuai dengan SNI 09-1825-2002. Ambang batas
kebisingan kendaraan bermotor tipe baru kategori L dapat dilihat pada tabel 2.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L secara Dinamis
Kategori L Max dB A
Tahun Pemberlakuan 30 Juni 2013
1 Juli 2013 Sepeda Motor
L £ 80 cc 85
77 80 L £ 175 cc
90 80
L 175 cc 90
83 Metode Pengujian
ECE R - 41 - 01
2.11.5 Sanksi Bagi Pelanggar Peraturan Baku Tingkat Kebisingan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur ancaman tindak pidana
bagi pelanggar baku mutu lingkungan. Sanksi tersebut terdapat pada pasal 100 ayat 1 dan 2 yaitu setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi,
atau baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah. Tindak
pidana tersebut hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.
Sanksi administratif yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah: a
Teguran tertulis b
pembekuan izin lingkungan c
pencabutan izin lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Pemberian sanksi untuk kendaraan bermotor diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 67 yaitu
“barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 dua bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,-
dua juta rupiah.”
2.12 Mesin Sebagai Sumber Kebisingan