25 Perolehan Kembali =
C
F
− C
A
C
∗ A
× 100 Keterangan:
C
A
= konsentrasi sampel sebelum penambahan baku C
F
= konsentrasi sampel setelah penambahan baku C
∗ A
= konsentrasi analit yang ditambahkan
3.5.9.2 Penentuan Batas Deteksi
Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Penentuan batas deteksi ini ditentukan dengan mendeteksi
analit dalam sampel Harmita, 2004. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004.
Batas deteksi dan batas kuantitasidapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku =
�
∑Y−Yi
2
n −2
Batas Deteksi LOD =
3× ��
�����
Batas Kuantitasi LOQ =
10× ��
�����
3.5.9.3 Uji Keseksamaan Presisi
Menurut Harmita 2004, Keseksamaandiukur sebagai simpangan bakuatau simpangan baku relatif koefisien variasi. Adapun rumus untuk
menghitung simpangan baku relatif adalah: ��� =
�� ��
× 100
26 Keterangan :
�� = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi
RSD = Relative Standard Deviationkoefisien variasi
3.5.9.4
Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel
Dalam penelitian biasanya menggunakan dua sampel atau lebih sebagai objek penelitiannya. Sampel-sampel tersebut dibandingkan untuk melihat ada atau
tidaknya perbedaan setelah sampel-sampel tersebut diberi perlakuan berbeda. Oleh karena itu dilakukan uji perbedaan nilai rata-rata antar sampel.
Menurut Sudjana 2002, Prinsip pengujian beda nilai rata-rata adalah melihat ada atau tidaknya perbedaan variasi kedua kelompok data dengan
menggunakan rumus:
�
�
= �
1 2
�
2 1
Keterangan: F
o
= beda nilai yang dihitung �
2
= standar deviasi sampel 1 mg100 g �
2
= standar deviasi sampel 2 mg100 g
Apabila dari hasilnya diperoleh F
o
tidak melewati nilai kritis F, maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:
t
�
= X
�
1
− X�
2
Sp �1 n
1
+ 1 n
2
⁄ ⁄
S
�
= �
n
1
− 1S
1 2
+ n
2
− 1S
2 2
n
1
+ n
2
− 2 Keterangan:
��
1
= kadar rata-rata sampel 1 ��
2
= kadar rata-rata sampel 2 Sp = simpangan baku
27 �
1
= jumlah perlakuan sampel 1 �
2
= jumlah perlakuan sampel 2
Jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:
t
�
= X
�
1
− X�
2
Sp X �
S
1 2
n
1
� + S
2 2
n
2
�
Keterangan: ��
1
=kadar rata-rata sampel 1 ��
2
= kadar rata-rata sampel 2 S
1
= standar deviasi sampel 1 S
2
= standar deviasi sampel 2 �
1
= jumlah perlakuan sampel 1 �
2
= jumlah perlakuan sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila
t
�
yang diperoleh melewati nilai kritis tdan juga sebaliknya.
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun kari dengan jenis Murraya koenigii L. Spreng dari suku Rutaceae.Hasil identifikasi tumbuhan
dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 41.
4.2 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengidentifikasi mineral besi, magnesium dan tembaga, data analisis dapat dilihat
padaTabel 4.1 berikut:
Tabel4.1 Hasil AnalisisKualitatif pada Daun Kari
No Mineral
Pereaksi Hasil Reaksi
Hasil 1
Besi K
4
{FeCN
6
}
2
2N ↓ Biru
+ NH
4
SCN 0,1 N Larutan warna
merah +
2 Magnesium
NaOH 2 N + Titan yellow 0,1 bv.
↓ merahlarutan merah
+ 3.
Tembaga NH
4
OH 1 N ↓ Biru
+
Keterangan : + = mengandung mineral
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel daun kari mengandung mineral besi, magnesium dan tembaga. Sampel dinyatakan positif mengandung
mineral besi karena menghasilkan endapan biru dengan penambahankalium heksasianoferatIIK
4
{FeCN
6
}
2
2Nkemudian dengan penambahanammonium