dalam surat tersebut mengharuskan mahasiswa-mahasiswa baru untuk mematuhi segala kebijakan dan peraturan di Universitas Sumatera Utara termasuk Uang Kuliah Tunggal,
sehingga sikap untuk menentang kebijakan Uang Kuliah Tunggal dianggap sebagai bentuk pelanggaran dan mahasiswa baru cenderung tidak mau mengambil resiko untuk
menentukan sikap menolak. Pada umumnya penolakan terhadap sistem UKT ini lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa senior dikarenakan mereka tidak memiliki
keterikatan secara hukum melalui surat pernyataan tersebut.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica universitas haruslah diberikan ruang
lebih untuk terlibat dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan oleh kampus. Peranan mahasiswa untuk terlibat dalam setiap kebijakan sangatlah penting agar mahasiswa tidak
hanya berada dalam posisi sebagai objek dari kebijakan, dengan begitu mahasiswa juga lebih memahami bagaimana penerapan dari kebijakan tersebut. Secara langsung maupun
tidak langsung, dengan berperannya mahasiswa dalam setiap kebijakan seharusnya dapat memudahkan birokrat kampus dalam menerapkan kebijakan tersebut dan tentunya
dukungan terhadap kebijakan tersebut akan lebih mudah didapat. 2.
Perlu adanya bentuk pola komunikasi yang seimbang dan efektif antara pihak kampus dengan mahasiswa yang nantinya akan menjalankan kebijakan, sehingga berjalannya
program-program kampus dapat lebih berimbang penerapannya dan tentunya akan saling menguntungkan kepentingan kedua belah pihak. Kecenderungan untuk memposisikan
mahasiswa sebagai objek akan berdampak negatif terhadap posisi mahasiswa serta bagi kebijakan itu sendiri, artinya berjalannya kebijakan kampus akan bersifat pasif karena
Universitas Sumatera Utara
tentu saja penerapan kebijakan tersebut akan sarat ketidakpahaman bagi pihakobjek dari kebijakan, dalam hal ini adalah mahasiswa yang berada dalam posisi tersebut.
3. Media atau wadah aspirasi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya perlu diberdayakan
dan diefektifkan lagi fungsinya. Salah satu media atau wadah tersebut adalah organisasi- organisasi mahasiswa intra kampus yang berada di bawah naungan universitas, fakultas
dan departemen. Banyak fakta negatif yang ditemukan oleh peneliti terkait wadah-wadah tersebut. Keaktifan mahasiswa untuk mengelola organisasi-organisasi tersebut cenderung
lemah dan apatis. Salah contohnya adalah dengan vakumnya Pemerintahan Mahasiswa PEMA FISIP USU, sehingga dengan vakumnya PEMA FISIP USU, media mahasiswa
untuk menyampaikan aspirasinya sangat lemah dan cenderung hilang. Hal tersebut diperparah dengan kondisi mahasiswa yang lebih banyak memilih untuk apatis atau tidak
peduli dengan kondisi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebijakan