Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, LOAN TO DEPOSIT RATIO,

DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PENYALURAN KREDIT BANK PEMBANGUNAN

DAERAH DI INDONESIA

OLEH

ADITYA GIOVANNY 110521153

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, LOAN TO DEPOSIT RATIO, DAN

RETURN ON ASSET TERHADAP PENYALURAN KREDIT BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 26 sampel Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan Bank Indonesia pada website www.bi.go.id dan website setiap Bank Pembangunan Daerah periode tahun 2008 -2012 sehingga jumlah observasi sebanyak 130 yang diperoleh dari (perkalian jumlah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan periode tahun pengamatan). Metode pengumpulan data adalah data historis (documentary historical) dengan teknik analisis data yaitu: teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. 2) Secara parsial, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia, sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset dan Penyaluran Kredit.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THIRD PARTY FUNDS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, LOAN TO DEPOSIT RATIO,

RETURN ON ASSET ON CREDIT DISTRIBUTIONS OF BANK PEMBANGUNAN DAERAH IN INDONESIA

The formula of problem in this research is: Do the Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) influence on Credit Distributions Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. This research aimed to know and analyze the effect of Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) of the Credit Distributions at Bank Pembangunan Daerah in Indonesia.

In this research uses 26 samples Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. In this research uses secondary data from financial statements of Bank Indonesia on the website www.bi.go.id and website each of Bank Pembangunan Daerah period from 2008 to 2012 then the number of observations are 130 obtained from (multiplying the number of the Bank Pembangunan Daerah in Indonesia with the period of observation). Data collection method is a documentary historical by multiple linier regression analysis techniques.

The results of this research in that: 1) Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) simultaneously influence significant on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. 2) Partially, Third Party Funds (TPF) and Loan to Deposit Ratio (LDR) influence significant and positive on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia, while Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Return on Asset (ROA) influence significant and negative on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia.

Keywords: Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset, and Credit Distributions.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia”. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda tercinta Benny Fernando dan Ibunda tercinta Ade Winarni atas kasih sayang, dukungan, serta doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.

Disadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, arahan serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini berlangsung. Pada kesempatan ini akan menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si.,selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.

7. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

8. Seluruh Dosen M a n a j e m e n , s t a f , d a n p e g a w a i F a k u l t a s E k o n o m i d a n B i s n i s Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan.

9. Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, atas bantuan saran dan kerja sama, motivasi, penghiburan, dan perhatian selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak agar penulisan skripsi ini dapat lebih baik lagi. Penulis berharap skripsiini dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang memberikan dampak positif kepada semua pihak.

Medan, Agustus 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 12

2.2 Bank Pembangunan Daerah ... 13

2.3 Kredit ... 14

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan ... 17 2.4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 19

2.4.2 Capital Adequacy Ratio(CAR) ... 20 2.4.3 Non Performing Loan (NPL) ... 22

2.4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 24

2.4.5 Return on Asset (ROA) ... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 28

2.6 Kerangka Konseptual ... 32

2.6.1 Pengaruh DPKterhadap Penyaluran Kredit ... 33

2.6.2 Pengaruh CARterhadap Penyaluran Kredit ... 34

2.6.3 PengaruhNPLterhadap Penyaluran Kredit ... 35

2.6.4 Pengaruh LDRterhadap Penyaluran Kredit ... 36

2.6.5 Pengaruh ROA terhadap Penyaluran Kredit ... 37

2.7 Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 40


(7)

3.3 Batasan Operasional ... 40

3.4 Definisi Operasional ... 41

3.4.1 Variabel Dependen (Y) ... 41

3.4.2 Variabel Independen (X) ... 42

3.4.2.1 Dana Pihak Ketiga(X1) ... 42

3.4.2.2 Capital Adequacy Ratio(X2) ... 42

3.4.2.3 Non Performing Loan (X3) ... 43

3.4.2.4 Loan to Deposit Ratio(X4) ... 44

3.4.2.5 Return on Asset (X5) ... 44

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

3.6 Jenis Data ... 47

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.8 Teknik Analisis Data ... 48

3.9 Pengujian Hipotesis ... 49

3.9.1 Uji Koefisien Determinasi ... 49

3.9.2 Uji F (Secara Simultan) ... 50

3.9.3 Uji-t (Secara Parsial) ... 51

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 51

3.10.1 Uji Normalitas Data ... 52

3.10.2 Uji Multikolinieritas ... 53

3.10.3 Uji Autokorelasi ... 54

3.10.4 Uji Heteroskedastisitas ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

4.1.1 PT. Bank Aceh ... 56

4.1.2 PT. BPD Bali ... 56

4.1.3 PT. BPD Bengkulu ... 57

4.1.4 PT. BPD DKI ... 57

4.1.5 PT. BPD Jambi ... 57

4.1.6 PT. BPD Jawa Tengah ... 58

4.1.7 PT. BPD Jawa Barat dan Banten Tbk ... 58

4.1.8 PT. BPD Jawa Timur ... 59

4.1.9 PT. BPD Kalimantan Timur ... 59

4.1.10 PT. BPD Kalimantan Tengah ... 59

4.1.11 PT. BPD Kalimantan Barat ... 60

4.1.12 PT. BPD Kalimantan Selatan ... 60

4.1.13 PT. BPD Lampung ... 60

4.1.14 PT. BPD Maluku ... 61

4.1.15 PT. BPD Nusa Tenggara Barat ... 61

4.1.16 PT. BPD Nusa Tenggara Timur ... 61

4.1.17 PT. BPD Papua ... 62


(8)

4.1.20 PT. BPD Sulawesi Selatan dan Barat ... 63

4.1.21 PT. BPD Sulawesi Tengah ... 63

4.1.22 PT. BPD Sulawesi Utara ... 64

4.1.23 PT. BPD Sumatera Barat ... 64

4.1.24 PT. BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung ... 65

4.1.25 PT. BPD Sumatera Utara ... 65

4.1.26 PT. BPD Yogyakarta ... 66

4.2 Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 66

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 69

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 69

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas ... 72

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 73

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 75

4.3 Pengujian Hipotesis ... 77

4.3.1 Uji Serempak (Uji F) ... 77

4.3.2 Uji Parsial (Uji t) ... 78

4.3.3 Koefisien Determinasi ... 80

4.4 Pembahasan ... 81

4.4.1 Pengaruh DPK terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 81

4.4.2 Pengaruh CAR terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 82

4.4.3 Pengaruh NPL terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 84

4.4.4 Pengaruh LDR terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 85

4.4.5 Pengaruh ROA terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Laba dan ROA Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

Periode 2008-2012 ... 8

Tabel 1.2 Rata-rata DPK, CAR, NPL, LDR, ROA, Jumlah Penyaluran Kredit dan Perubahan Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia Periode 2008-2012 ... 9

Tabel 2.1 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 22

Tabel 2.2 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Non Performing Loan (NPL) ... 24

Tabel 2.3 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 26

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 45

Tabel 3.2 Daftar Sampel Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ... 46

Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 54

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 67

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) ... 71

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 73

Tabel 4.5 Hasil Regresi Linier Berganda ... 75

Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 78


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 38 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data (Histogram) ... 69 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data (Histogram) ... 70 Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) ... 71 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatter Plot) ... 74


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran I Data Rasio Keuangan Bank Pembangunan Daerah ... 94 Lampiran II Hasil Olah Data SPSS 18 ... 99


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, LOAN TO DEPOSIT RATIO, DAN

RETURN ON ASSET TERHADAP PENYALURAN KREDIT BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 26 sampel Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan Bank Indonesia pada website www.bi.go.id dan website setiap Bank Pembangunan Daerah periode tahun 2008 -2012 sehingga jumlah observasi sebanyak 130 yang diperoleh dari (perkalian jumlah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan periode tahun pengamatan). Metode pengumpulan data adalah data historis (documentary historical) dengan teknik analisis data yaitu: teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. 2) Secara parsial, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia, sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset dan Penyaluran Kredit.


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THIRD PARTY FUNDS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, LOAN TO DEPOSIT RATIO,

RETURN ON ASSET ON CREDIT DISTRIBUTIONS OF BANK PEMBANGUNAN DAERAH IN INDONESIA

The formula of problem in this research is: Do the Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) influence on Credit Distributions Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. This research aimed to know and analyze the effect of Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) of the Credit Distributions at Bank Pembangunan Daerah in Indonesia.

In this research uses 26 samples Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. In this research uses secondary data from financial statements of Bank Indonesia on the website www.bi.go.id and website each of Bank Pembangunan Daerah period from 2008 to 2012 then the number of observations are 130 obtained from (multiplying the number of the Bank Pembangunan Daerah in Indonesia with the period of observation). Data collection method is a documentary historical by multiple linier regression analysis techniques.

The results of this research in that: 1) Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Return on Asset (ROA) simultaneously influence significant on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia. 2) Partially, Third Party Funds (TPF) and Loan to Deposit Ratio (LDR) influence significant and positive on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia, while Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Return on Asset (ROA) influence significant and negative on Credit Distributions of Bank Pembangunan Daerah in Indonesia.

Keywords: Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset, and Credit Distributions.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana umumnya di negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Pemberian kredit yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat atau organisasi tertentu, terkadang masih bermasalah seperti terjadinya kredit macet dimana peminjam tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjam. Dalam hal ini, disebabkan karena kurangnya ketelitian dan keseriusan dalam melakukan analisis pemberian kredit terhadap para debitur. Oleh karena itu, pemberian kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan


(15)

(Abdullah, 2005: 17). Melalui sebuah bank, dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan, selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit.

Dendawijaya (2005: 49) mengemukakan bahwa “dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank”. Menurut Siamat (2005: 349) menyatakan bahwa “salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit”. Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.

Menurut Warjiyo (2004: 435) menyebutkan bahwa “Perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber Dana Pihak Ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) dan jumlah kredit bermasalah (Non Performing Loan)”. Hadad (2004: 22) menambahkan selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio Return on Asset juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit.


(16)

Sumber dana merupakan hal terpenting bagi bank untuk dapat meningkatkan jumlah kredit yang akan dilempar ke masyarakat. Dalam memberikan kredit, sektor perbankan memerlukan ketersediaan sumber dana. Semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan fungsinya. Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang bersumber dari masyarakat (Kasmir, 2008: 62).

Dana yang bersumber dari masyarakat luas disebut Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2008: 64). Salah satu upaya perusahaan perbankan untuk memperlancar penyaluran kredit ke masyarakat adalah menghimpun dana dari pihak ketiga. Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.Dana pihak ketiga dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya akan mendukung volume penyaluran kredit.


(17)

Penelitian mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit yang dilakukan oleh Dewi (2012) menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2012) menyatakan bahwa DPK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit.

Permodalan menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Prastiyaningtyas, 2010). Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman, karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia.Berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum, bahwa setiap bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko.

Sehingga faktor yang perlu diperhatikan dalam penyaluran kredit perbankan adalah kecukupan modal atau yang sering disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Dendawijaya (2005: 121) “CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dan modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinajaman, dan sebagainya. Dengan adanya modal yang memadai, bank dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien yang akan memberikan keuntungan pada perusahaan


(18)

tersebut. CAR yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya kepercayaan masyarakat yang stabil. Hal ini disebabkan karena bank mampu untuk mengantisipasi dan menanggung risiko (potensi kerugian) yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Semakin tinggi nilai CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan semakin sehat suatu bank tersebut.

Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit yang dilakukan oleh Oktaviani (2012) menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2012) menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit.

Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung risiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain disebut risiko kredit. Menurut Ali (2006), “Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur”. Menurut Dendawijaya (2005: 82), kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet. Kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor eksternal, faktor internal dari pihak perbankan, dan faktor internal dari pihak nasabah”.

Alat ukur yang harus diperhatikan dalam penyaluran kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Menurut Siamat (2005: 174) bahwa “Non Performing Loan atau kredit bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali


(19)

debitur”. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga berakibat pada modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal bank sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dendawijaya (2005: 82) mengemukakan dampak dari keberadaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, jika rasio NPL < 5%, maka predikat bank tersebut dikatakan sehat dan jika rasio NPL > 5% predikat bank tersebut dikatakan tidak sehat.

Penelitian mengenai pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit yang dilakukan oleh Mukhlis (2011) menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2012) menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit.

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan dana pihak ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank).

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan


(20)

fungsi intermediasinya dengan baik. Selain itu, LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank.

Penelitian mengenai pengaruh Loan to Deposit Ratio(LDR) terhadap Penyaluran Kredit yang dilakukan oleh Wijayanto (2012) menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif dan tidaksignifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Penelitian ini menggunakan (Return on Asset) ROA sebagai alat untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jadi, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005: 118). Apabila ROA meningkat, profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Kinerja Bank Pemerintah Daerah dapat diketahui dengan perolehan laba dan ROA selama periode 2008-2012 yang ditampilkan pada Tabel 1.1 berikut ini:


(21)

di Indonesia Periode 2008-2012 Tahun Laba

(Miliar Rp) ROA (%)

2008 6.659 3,70

2009 7.399 3,65

2010 8.805 3,82

2011 9.527 3,36

2012 10.453 2,90

Sumber: www.bi.go.id, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui bahwa laba Bank Pembangunan Daerah mengalami kenaikan dari tahun 2008-2012, namun berbeda dengan ROA Bank Pembangunan Daerah yang semula mengalami peningkatan mulai dari tahun 2008- 2010, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2011-2012. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh Penyaluran Kredit terhadap pergerakan naik turunnya laba dan ROA dari tahun 2008-2012. Karena sebagian besar keuntungan yang diperoleh Bank Pembangunan Daerah bersumber dari kredit yang diberikan kepada nasabah.

Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia saat ini meliputi Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN Devisa), Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (BUSN Non Devisa), Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Campuran dan Bank Asing. Dalam penelitian ini bank yang akan diteliti adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). BPD sebagai salah satu bank yang ada pada sistem perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam konteks pembangunan ekonomi regional. Alasan pemilihan BPD, karena bank tersebut berfungsi sebagai pengembang perekonomian daerah, menggerakkan pembangunan


(22)

ekonomi daerah dan mampu membuka jaringan pelayanan di daerah-daerah dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh bank swasta.

Penelitian mengenai pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Penyaluran Kredit yang dilakukan oleh Oktaviani (2012) menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2012) menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Berikut ini adalah tabel mengenai rata-rata perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), dan Penyaluran Kredit pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama tahun 2008-2012 ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Rata-rata DPK, CAR, NPL, LDR, ROA,Jumlah Penyaluran Kredit, dan Perubahan Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah

di Indonesia Periode 2008-2012 Tahun DPK (Milyar Rp) CAR (%) NPL (%) LDR (%) ROA (%) Penyaluran Kredit (Milyar Rp) Perubahan Penyaluran Kredit (%)

2008 143.262 16,82 1,41 67,28 3,70 96.385 3,24

2009 152.251 15,82 1,71 79,31 3,65 120.754 3,23

2010 183.624 16,68 2,06 78,26 3,82 143.707 3,04

2011 235.265 14,33 1,75 74,68 3,36 175.702 4,24

2012 278.535 18,02 1,96 78,57 2,90 218.851 5,71

Sumber: www.bi.go.id, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa DPK mempunyai pergerakan yang meningkat dari tahun 2008-2012 searah dengan pergerakan Kredit namun dengan laju yang lebih kecil. Sedangkan keempat rasio perbankan yaitu CAR, NPL, LDR, dan


(23)

ROA mengalami pergerakan yang fluktuatif yang mempengaruhi pergerakan Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama periode 2008-2012. Di samping itu, CAR, NPL, LDR, dan ROA memiliki perbedaan nilai ketentuan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Perbedaan konsistensi tersebut akan mempengaruhi risiko kredit terhadap debitur dan bank yang bersangkutan. Untuk itu, penyaluran kredit harus sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Peraturan Bank Indonesia (PBI) agar risiko (potensi kerugian) dapat diantisipasi sehingga Bank Pembangunan Daerah dapat berjalan optimal. Kemudian persentase terbesar perubahan penyaluran kredit terjadi pada tahun 2012 sebesar 5,71% dengan kredit yang dimiliki yaitu Rp. 218.851 Miliar. Hal ini menandakan bahwa penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank semakin baik setiap tahunnya.

Berdasarkan pada fenomena-fenomena dan keragaman argumentasi hasil penelitian terdahulu yang ada mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan. Maka dalam hal ini penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing


(24)

Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adanya suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengambil kebijakan perbankan, khususnya dalam hal penyaluran kredit pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia kepada masyarakat.

2. Bagi Peneliti

Sebagai menambahwawasan,pengetahuan, dan informasi mengenai analisis kesehatan bank, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.


(25)

Sebagai menambah referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit kepada masyarakat, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank

Bank adalah suatu bada usaha lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Karena demikian eratnya kaitan antara bank dan uang, maka bank disebut juga sebagai suatu lembaga yang berniaga uang. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit (to make loans).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lain-lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan”.

Menurut Dendawijaya (2005: 14) “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediares), yang


(26)

menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan”.

Menurut Prof. G. M. Verryn Stuart (dalam Hasibuan, 2007:2), “Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the new money”. (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).

Pengertian Bank Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana. Bank memiliki fungsi pokok sebagai berikut (Siamat, 2005: 88):

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.

2. Menciptakan uang.

3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat. 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.


(27)

7. Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana.

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan secara lebih luas lagi, bahwa bank merupakan perusahaan yang dalam aktivitasnya selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah kegiatan funding. Aktivitas menghimpun dana berupa mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih antara lain tabungan, giro, dan deposito.

Akitivitas perbankan yang kedua adalah kredit (lending). Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau disebut dengan kredit. Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada debitur dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk bagi hasil atau penyertaan modal.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar bunga simpanan maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian sebaliknya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending).


(28)

Bank Pembangunan atau sering disebut BPD merupakan bank yang seluruh sahamnya, dan akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah daerah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah (Kasmir, 2008: 20). BPD memiliki peranan dalam menggerakkan perekonomian daerah dan berfungsi sebagai penyimpan uang daerah dan kontributor utama Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Undang-undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah mengatur mengenai fungsi, lapangan kerja, cara mengurus, dan cara menguasai serta bentuk hukum dari Bank Pembangunan Daerah dalam rangka Ekonomi Terpimpin, dengan tujuan untuk mempercepat terlaksananya usaha-usaha pembangunan yang merata di seluruh Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya pengerahan modal dan potensi di daerah-daerah untuk pembiayaan pembangunan daerah.

Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah pada pasal 4 Bank Pembangunan Daerah didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional.

BPD terdapat pada daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemda) masing-masing tingkatan. Sampai saat ini ada 26 BPD yang ada di Indonesia, rata-rata setiap provinsi mempunyai 1 (satu) BPD tetapi ada juga BPD yang harus melayani 2 (dua) provinsi.Contoh beberapa BPD di Indonesia yang ada sampai saat ini adalah BPD DKI


(29)

Jakarta, BPD Bali, BPD Sumatera Utara, BPD Jambi, BPD Sulaweasi Utara (www.bi.go.id).

2.3 Kredit

Menurut Kasmir (2008: 101) kata berasal dari kata Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan, atau berasal dari bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 bab 1 pasal 1 ayat 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut: “Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 1 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang mendefinisikan “Kredit adalahpenyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Proses perkreditan dilakukan secara hati-hati oleh bank dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit, maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah, dan meghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa bank akan dapat menerima kembali


(30)

nilai ekonomi yang telah diserahkan. Terarah maksudnya adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang telah ditetapkan. Menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan masyarakat umumnya (Taswan, 2006: 310).

Menurut Warjiyo (2004: 284), “Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan”.

Menurut Retnadi (2006: 1), “Kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain-lain”.

Menurut Dendawijaya (2005: 49) mengemukakan bahwa “Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank”. Menurut Abdullah (2005: 84) mengatakan, “Tujuan pemberian kredit guna mendapatkan nilai tambah baik bagi nasabah (debitur) maupun bagi bank sebagai kreditur”.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan

Besarnya jumlah kredit yang disalurkan oleh bank merupakan usaha bank dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan


(31)

menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70% -80% dari volume usaha bank.

Menurut Siamat (2005: 349), terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut disebabkan beberapa alasan yaitu:

1. Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dan unit defisit.

2. Penyaluran kredit merupakan memberikan keuntungan dari selisih bunga yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan.

3. Melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur pemerintah.

4. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Warjiyo (2004: 83) menyebutkan bahwa “Perilaku perbankan dalam penyaluran kredit selain dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK), juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap Dana Pihak Ketiga. Selian itu, ada indikator lain yang juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit kepada debitur, yakni faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return on Asset (ROA).


(32)

2.4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Dendawijaya (2005: 49), “dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan penyaluran perkreditan yang optimal mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank”. Dana Pihak Ketiga (DPK) dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Dendawijaya (2005: 56), mendefinisikan “Dana Pihak Ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat”. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit.

Pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya Loan to Deposit Ratio (LDR) juga akan meningkat. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di dalam bank dalam bentuk tabungan, deposito, giro, dan sertifikat deposit. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, maka semakin besar peluang bagi bank tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuannya. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari masalah kredit. Semakin tinggi DPK, maka penyaluran kredit akan semakin besar.


(33)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank atau dana yang bersumber dari pihak ketiga dan dihimpun oleh sektor perbankan adalah:

1. Tabungan (saving deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro. Dana tabungan biasanya dimiliki oleh masyarakat dengan kegiatan bisnis relatif kecil, bahkan tidak ada.

2. Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dana yang berasal dari deposito adalah dana termahal yang harus ditangggung oleh bank. Dana dari simpanan berjangka pada umumnya dihimpun dari pengusaha menengah dan masyarakat dari golongan menengah atas yang bukan bisnis.

3. Giro (demand deposit) adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan cek, bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan. Dana giro umumnya digunakan oleh pengusaha dengan likuiditas tinggi, sehingga pergerakan dananya sangat cepat. Memiliki rekening giro untuk pengusaha merupakan kebutuhan mutlak demi kelancaran bisnis dan urusan pembayaran.

4. Sertifikat deposito (certificate of deposit) adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat di pindah tangankan.


(34)

2.4.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Dendawijaya (2005: 121) menyatakan bahwa “Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain”.

Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 menjelaskan “Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)”. Dengan demikian semakin tinggi jumlah penyaluran kredit, maka akan besar risiko kredit terhadap bank dan cadangan CAR yang disediakan bank harus lebih besar, sehingga memungkinkan adanya pengaruh jumlah penyaluran kredit terhadap CAR.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebagai berikut:


(35)

CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing-masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Secara singkat dapat dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit.Dengan CAR di atas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20%-25% setahun.

Adapun kriteria penetapan tingkat peringkat kompsit CAR yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Capital Adequacy Ratio (CAR)

Komponen

Peringkat

1 2 3 4 5

Sangat

Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik

Tidak Baik

CAR CAR >

12%

9% < CAR < 12%

8% < CAR < 9%

6% < CAR < 8%

CAR < 6% Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

2.4.3 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL)merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). Jadi, rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yaitu


(36)

risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL yang tinggi memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit yang bermasalah semakin besar. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank memperoleh nilai NPL melebihi batas yang diberikan, maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR Tahun 1998 kredit digolongkan menjadi lima, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Komponen kredit bermasalah di atas merupakan kredit yang kolektibilitasnya digolongkan ke dalam tingkat kurang lancar, diragukan, dan macet. Dampak dari keberadaan NPL dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi juga meluas dalam cakupan nasional yaitu memperlambat laju pertumbuhan perekonomian nasional bila tidak dapat ditangani dengan tepat.

Menurut Dendawijaya (2005), kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu:


(37)

Dalam hal ini analisis kredit kurang teliti, baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada.

2. Dari pihak nasabah

Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan oleh dua hal yaitu, pertama adanya unsur kesengajaan, kedua adanya unsur tidak sengaja.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NPL dirumuskan sebagai berikut:

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank uang sudah ditarik atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain.

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2

Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Non Performing Loan(NPL)

Komponen

Peringkat

1 2 3 4 5

Sangat

Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik

Tidak Baik

NPL NPL < 2% 2% < NPL <

5%

5% < NPL <

8% 8% < NPL < 12% NPL > 6%

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

2.4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Fungsi intermediasi ini dapat ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio


(38)

(LDR). Menurut Dendawijaya (2005: 116),“Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank”. Sedangkan menurut Kasmir (2008), “Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan”.

Dengan demikian LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yagn diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Hal ini dikarenakan penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin tidak likuid (illiquid) suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan.

Tingginya rasio LDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh bank, berupa meningkatnya jumlah NPL atau Credit Risk, yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipkan oleh nasabah, karena kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah.

Namun di sisi lain, rendahnya rasio LDR cenderung menunjukkan tingkat likuiditas semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana


(39)

menganggur, yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dan menunjukkan bahwa fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan efisien.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,LDR dirumuskan sebagai berikut:

Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya standar nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Bank Indonesia adalah 85%-100%. Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasinya. Dengan kata lain, LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3

Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Loan to Deposit Ratio (LDR)

Komponen

Peringkat

1 2 3 4 5

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

LDR 50% < LDR<75% 75% <LDR<85% 85% <LDR<100% 100% <LDR< 120% LDR>120%


(40)

2.4.5 Return on Asset (ROA)

Dapat dipahami secara konsep bahwa dana dari pihak ketiga dihimpun, kemudian disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk aktiva produktif berupa kredit. Kredit merupakan sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Dana yang tertanam dalam bentuk kredit yang diberikan merupakan bagian yang terbesar dari aset operasional. Kredit inilah yang dimaksudkan dengan total aset yang digunakan untuk menghitung ROA sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi pada jumlah dana pihak ketiga serta jumlah kredit yang disalurkan akan berdampak pada perubahan besar kecilnya persentase ROA suatu bank.

Kemudian ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan, karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Dengan semakin tingginya ROA, maka hal tersebut menunjukkan bahwa bank telah menyalurkan kredit guna mendapatkan keuntungan.

Dendawijaya (2005) mengemukakan bahwa “ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh kreditor dari pemegang saham selaku penyedia sumber dana”. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian laba bersih terhadap penggunaan keseluruhan jumlah aset serta dinyatakan dalam bentuk persentase.


(41)

Return on Asset (ROA) dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA dirumuskan sebagai berikut:

Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang dimilki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat return semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005). Menurut ketentuan Bank Indonesia ROA dikatakan cukup baik apabila rasio ROA berkisar antara 0,5% sampai dengan 1,25%.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:

Adawiyah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada PT. Bank Riau Kepri Provinsi Riau”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Kredit dan variabel independen meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Non Performing Loan (NPL). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa


(42)

DPK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Bank Riau Kepri Provinsi Riau, CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Bank Riau Kepri Provinsi Riau, sedangkan ROA NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Bank Riau Kepri Provinsi Riau.

Dewi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Risiko Kredit, DPK, Likuiditas, dan Tingkat Efisiensi Usaha pada Volume Kredit”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Kredit dan variabel independen meliputi Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar, DPK dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar, sedangkan BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar.

Oktaviani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL, dan Jumlah SBI terhadap Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum Go Public di Indonesia Periode 2008-2011)”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Kredit dan variabel independen meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa DPK dan CAR berpengaruh


(43)

positif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Umum Go Public di Indonesia, ROA dan NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada Bank Umum Go Public di Indonesia, sedangkan SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Umum Go Public di Indonesia.

Wijayanto (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Volume Kredit yang Disalurkan Bank Persero (Studi Empirik pada Bank Persero di Indonesia Periode 2006-2011)”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Kredit dan variabel independen meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Persero di Indonesia, sedangkan CAR, LDR, dan NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada Bank Persero di Indonesia.

Muklis (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penyaluran Kredit Bank Ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Non Performing Loans”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Kredit dan variabel independen meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non Performing Loan (NPL). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi dinamis versi error correction model (ECM). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sedangkan NPL


(44)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Judul Penelitian

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen 1 Adawiyah (2012) Analisis Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) pada PT. Bank Riau Kepri Provinsi Riau

Kredit Dana Pihak Ketiga (DPK),

Capital

Adequacy Ratio

(CAR), Return on Asset

(ROA), Non

Performing Loan (NPL)

Regresi Linier Berganda

1. DPK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Riau Kepri Provinsi Riau. 2. CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Riau Kepri Provinsi Riau. 3. ROA dan NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Riau Kepri Provinsi Riau.

2 Dewi

(2012) Pengaruh Risiko Kredit, DPK, Likuiditas, dan Tingkat Efisiensi Usaha pada Volume Kredit

Kredit Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK),

Loan to Deposit Ratio (LDR),

Regresi Data Panel

1. NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar. 2. DPK dan LDR


(45)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar. 3. BOPO berpengaruh positif dan tidan signifikan terhadap Kredit pada BPR kota Denpasar. 3 Oktaviani

(2012)

Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL, dan Jumlah SBI terhadap Penyaluran

Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum Go Public

di Indonesia Periode 2008-2011)

Kredit Dana Pihak

Ketiga (DPK),

Return on Asset

(ROA), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non

Performing Loan (NPL), Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Regresi Linier Berganda

1. DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Umum

Go Public di Indonesia. 2. ROA dan NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada Bank Umum Go Public di Indonesia. 3. SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Umu Go Public di Indonesia.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Judul Penelitian

Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen

4 Wijayanto (2012)

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non Performing Loan

(NPL), Return on Asset

(ROA), dan Loan to

Deposit Ratio (LDR) terhadap Volume Kredit yang Disalurkan Bank Persero (Studi Empirik

Kredit Dana Pihak

Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Regresi Linier Berganda

1. DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit pada Bank Persero di Indonesia. 2. CAR, LDR, dan NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap


(46)

Indonesia Periode 2006-2011)

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Persero di Indonesia.

5 Muklis (2011)

Penyaluran Kredit Ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Non Performing Loans

Kredit Dana Pihak

Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL)

Regresi Dinamis versi Error Correction Model (ECM)

1. DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 2. NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

2.6 Kerangka Konseptual

2.6.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Kredit

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005: 17). Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk


(47)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung pada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit. Dengan demikian menurut (Warjiyo, 2005: 432) dapat dikatakan bahwa “besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan”. Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga akan mempengaruhi penyaluran kredit pada perbankan. Dengan demikian, dana pihak ketiga memiliki hubungan dengan penyaluran kredit yang berarti bila terjadi peningkatan dalam penghimpunan dana pihak ketiga akan diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit. Semakin tinggi dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi (2012),Oktaviani (2012), dan Wijayanto (2012) Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Kredit Perbankan. Dengan demikian DPK diprediksi memiliki pengaruh terhadap Kredit Perbankan.

2.6.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan


(48)

Berdasarkan dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, setiap bank wajib memenuhi kecukupan modal 8%. Tingkat kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan rasio Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal sendiri. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan Capital Adequacy Ratio di atas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20%-50% setahun. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan volume kredit perbankan (Warjiyo, 2005: 435).

Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Capital Adequacy Ratio, maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Dengan demikian kecukupan modal Capital Adequacy Ratio yang tinggi dan memadai akan meningkatkan volume kredit perbankan.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Adawiyah (2012) CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit Perbankan.Oktaviani (2012) CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit Perbankan.Sedangkan Wijayanto (2012) CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit Perbankan. Dengan demikian Capital Adequacy Ratio diprediksi berpengaruh terhadap Kredit Perbankan.


(49)

2.6.3 Pengaruh Non Performing Loan terhadap Penyaluran Kredit

Dalam menyalurkan kredit, bank mempunyai harapan agar kredit tersebut mempunyai risiko minimal dalam arti dapat dikembalikan sepenuhnya tepat pada waktunya dan tidak menjadi kredit bermasalah. Namun pada kenyataannya, bila bank gagal dalam mengelola risiko tersebut dalam hubungannya dengan perkreditan bank, akan timbul bermasalah. Non Performing Loan atau kredit bermasalah adalah banyaknya pinjaman yang mengalami kesulitan dalam pelunasannya. Hal tersebut diakibatkan karena kesengajaan debitur atau karena sesuatu di luar kendali debitur.

Non Performing Loan merupakan tingkat kredit bermasalah yang dialami oleh suatu bank yang diakibatkan oleh tidak terbayarnya kewajiban dari para debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Non Performing Loan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah pengembalian dana dari nasabah dengan jumlah dana yang disalurkan oleh bank kepada nasabah. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan kredit karena bank harus membentuk cadangan penghapusan (piutang tak tertagih) dana atau modal bank yang besar. Bank menyalurkan sejumlah dana untuk kredit yang berasal dari pihak ke satu (modal bank itu sendiri), dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar atau lembaga lain), dan dana pihak ketiga (simpanan masyarakat).

Dalam kegiatan perbankan yang berkaitan dengan pembiayaan tidak terlepas dari risiko kredit. Tinggi rendahnya risiko yang dihadapi bank dari seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan ditandai dengan tinggi rendahnya persentase risiko kredit yang dapat dihitung dengan membandingkan jumlah saldo kredit yang bermasalah


(50)

dengan jumlah harta keseluruhan. Risiko kredit muncul bila bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga pinjaman yang diberikannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan (Siamat, 2002: 92).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi Non Performing Loan maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya Non Performing Loan perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi (2012) dan Muklis (2011) NPL berpengaruh negatif terhadap Kredit Perbankan. Sedangkan Adawiyah (2012), Oktaviani (2012), Wijayanto (2012) NPL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit Perbankan. Dengan demikian NPL diprediksi memiliki pengaruh terhadap Kredit Perbankan.

2.6.4 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Penyaluran Kredit

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajiban yang segera harus dipenuhi (Sutrisno, 2003: 18). Bank dapat mempertahankan likuiditas, profitabilitas, dan risikonya dengan mengoptimalkan kinerja manajemen (Abdullah, 2005). Likuiditas dapat diukur dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Bila rasio LDR bank belum memenuhi aturan Bank Indonesia, maka bank meningkatkan likuiditasnya dengan cara volume kredit yang disalurkan harus semakin besar dan


(51)

sebaliknya bila LDR bank melampaui ketetapan Bank Indonesia, maka bank harus menyesuaikan sebab menurunnya volume kredit yang tersalurkan.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi (2012) LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit Perbankan. Sedangkan Wijayanto (2012) LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kredit Perbankan. Dengan demikian LDR diprediksi memiliki pengaruh terhadap Kredit Perbankan.

2.6.5 Pengaruh Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit

Return on Asset (ROA)adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki oleh bank. ROA menggambarkan seberapa besar penggunaan aset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi nilai ROA, maka nilai kredit juga akan semakin besar. Dana yang tertanam dalam bentuk kredit yang diberikan merupakan bagian yang terbesar dari aktiva operasional. Kredit inilah yang dimaksudkan dengan total aset yang digunakan untuk menghitung ROA sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi pada jumlah DPK serta jumlah kredit yang disalurkan akan berdampak pada perubahan besar kecilnya persentase ROA suatu bank.

Menurut Dendawijaya (2005) bahwa “Kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank”. Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas kegiatan usaha bank adalah penyaluran kredit. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA maka membuktikan bahwa semakin optimal penggunaan aktiva


(52)

perusahaan untuk memperoleh pendapatan, maka berarti kegiatan kredit yang dilaksanakan oleh bank telah dioptimalkan untuk memperoleh pendapatan.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Dengan demikian secara skematis dapat dirumuskan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual,maka hipotesis penelitian iniadalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan

Dana Pihak Ketiga (X1)

Capital Adequacy Ratio (X2)

Non Performing Loan (X3) Penyaluran Kredit

(Y) Loan to Deposit Ratio (X4)


(53)

(NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian


(1)

Lanjutan

Tahun

No

Nama Bank

DPK

(Miliar)

CAR

(%)

NPL

(%)

LDR

(%)

ROA

(%)

KREDIT

(Miliar)

2011

79

Bank Aceh

10062

18.27

3.69

91.42 2.91

9199

80

BDP Bali

8787

11.73

0.57

82.73

3.54

7178

81

BPD Bengkulu

1759

22.84

0.67

75.14

3.17

1320

82

Bank DKI

15299

9.57

3.12

73.03

2.32

10793

83

BPD Jambi

2428

23.46

0.36

66.55

3.28

1616

84

BPD Jateng

19392

15.02

1.04

70.17

2.67

13649

85

BPD Jabar Banten

Tbk 39043

18.36

1.21

72.95

2.65

28764

86

BPD Jatim

20142

13.43

0.97

80.11

4.97

16135

87

BPD Kaltim

19254

18.48

2.90

59.95

3.70

11579

88

BPD Kalteng

2897

18.92

0.81

68.74

3.88

1991

89

BPD Kalbar

6189

17.74

0.15

77.51

3.45

4797

90

BPD Kalsel

5592

17.65

0.96

63.30

2.81

3516

91

BPD Lampung

2439

19.83

0.87

80.23

3.13

1918

92

BPD Maluku

2422

14.07

2.46

82.44

4.52

1950

93

BPD NTT

4097

20.89

1.20

92.95

4.19

3808

94

BPD NTB

2672

12.89

2.17

101.45

5.71

2711

95

BPD Papua

10895

26.77

1.09

47.91

2.86

5220

96

BPD Riau Kepri

13221

20.61

2.57

65.74

2.62

8692

97

BPD Sultra

1902

25.67

2.24

83.68

7.44

1237

98

BPD Sulselbar

5291

28.69

2.02

101.93

3.34

5133

99

BPD Sulteng

732

22.84

7.44

77.27

2.90

520

100

BPD Sulut

3694

12.71

1.26

99.78

2.01

3686

101

BPD Sumbar

10047

12.60

2.76

91.69

2.68

9212

102

BPD Sumsel Babel

10912

22.84

7.44

75.69

2.57

8259

103

BPD Sumut

15129

14.66

2.56

78.56

3.26

11001


(2)

Lanjutan

Tahun

No

Nama Bank

DPK

(Miliar)

CAR

(%)

NPL

(%)

LDR

(%)

ROA

(%)

KREDIT

(Miliar)

2012

105

Bank Aceh

10672

17.82

3.30

89.89 3.66

9593

106

BDP Bali

10537

16.79

0.45

80.60

4.28

8487

107

BPD Bengkulu

2204

15.84

0.22

93.27

3.41

2050

108

Bank DKI

20640

12.30

3.20

73.50

1.87

14725

109

BPD Jambi

2713

24.41

0.33

82.29

3.58

2233

110

BPD Jateng

22116

19.56

1.23

83.01

2.12

18358

111

BPD Jabar Banten

Tbk 47632

18.11

2.07

74.09

2.46

38333

112

BPD Jatim

22209

8.96

2.95

83.55

3.34

18556

113

BPD Kaltim

25439

20.83

7.45

56.78

2.50

14411

114

BPD Kalteng

3169

23.75

0.84

71.88

3.41

2278

115

BPD Kalbar

6881

16.87

0.17

86.80

3.33

5972

116

BPD Kalsel

8337

18.22

1.83

55.77

2.27

4624

117

BPD Lampung

2524

19.29

0.74

91.73

2.80

2276

118

BPD Maluku

3022

14.71

2.81

78.61

3.86

2335

119

BPD NTT

4694

16.52

1.20

93.45

3.65

4387

120

BPD NTB

2835

12.92

1.98

108.41

5.62

3073

121

BPD Papua

11443

21.42

0.84

71.65

2.81

8199

122

BPD Riau Kepri

15353

19.56

2.95

66.49

2.95

10209

123

BPD Sultra

1687

23.18

1.33

92.02

5.15

1553

124

BPD Sulselbar

5402

29.93

1.39

113.21

3.99

5744

125

BPD Sulteng

703

32.29

4.49

107.27

1.59

754

126

BPD Sulut

4282

18.76

0.81

108.88

3.00

4662

127

BPD Sumbar

10818

15.12

2.69

100.35

2.65

10888

128

BPD Sumsel Babel

12703

19.56

2.95

76.61

1.85

9732

129

BPD Sumut

15040

13.24

2.81

101.90

2.99

13798


(3)

Lampiran II: Hasil Olah Data SPSS 18

Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPK 130 516.00 47632.00 7668.5077 7681.16398

CAR 130 8.34 55.97 19.8302 6.99010

NPL 130 .09 9.22 2.2015 1.96703

LDR 130 28.43 129.74 82.8208 18.94494

ROA 130 1.41 7.44 3.5570 1.16438

KREDIT 130 469.00 38333.00 5832.5846 5815.71634

Valid N (listwise) 130

Regression

Uji Normalitas


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 130

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .06322159

Most Extreme Differences Absolute .084

Positive .084

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .955

Asymp. Sig. (2-tailed) .322

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity

Statistics

Tolerance

VIF

LN_DPK

.647

1.545

CAR .785

1.274

NPL .928

1.078


(5)

ROA .783

1.276

a. Dependent Variable: LN_KREDIT

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

.998 .996

.995

.06448

2.005

a. Predictors: (Constant), ROA, NPL, CAR, LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: LN_KREDIT

Uji Heteroskedastisitas

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 115.479 5 23.096 5554.373 .000a

Residual .516 124 .004

Total 115.995 129

a. Predictors: (Constant), ROA, NPL, CAR, LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: LN_KREDIT


(6)

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.111 .089 -12.558 .000

LN_DPK .997 .007 1.061 142.531 .000

CAR -.006 .001 -.044 -6.493 .000

NPL -.008 .003 -.018 -2.835 .005

LDR .013 .000 .261 35.260 .000

ROA -.012 .006 -.015 -2.217 .028


Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 41 115

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

0 3 132

Analisis Pengaruh Retum oh Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi kasus pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI)

0 4 128

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Return on Asset, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit

0 7 105

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets dan Loan to Asset Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Umum Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 5 139

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 11