lxxix dilakukan melalui pelatihan, kerjasama teknis antar instansi pemerintah,
organisasi pengusaha dan pekerjaburuh serta lembaga swadaya masyarakat. Data pekerja anak yang tidak pasti juga menjadi kendala sendiri bagi
program aksi ini, sehingga perlu dilakukan program identifikasi dan dokumentasi untuk pekerja anak yang meliputi :
data statistik mengenai pekerja anak yang dimulai dari usia 10 tahun keatas;
data statistik mengenai pekerja anak usia dibawah 18 tahun yang terlibat dalam bentuk pekerjaan terburuk;
data statistik kriminal yang dilakukan anak menyangkut jumlah kasus, jenis kasus, jumlah korban, pelaku, modus, lokasi dan waktu kejadian.
Merencanakan program penyebarluasan informasi tentang bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak kepada masyarakat luas, memfasilitasi
tumbuhnya kelompok masyarakat yang peduli pekerja anak, sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk
Anak dan mendorong peranan media massa dalam penyebaran informasi.
B. PEMBAHASAN
Pada analisis dan pembahasan ini, peneliti dalam menganalisis permasalahan yang sedang dikaji mendasarkan dan mengacu pada landasasan teori yang ada
pada Bab II, antara lain teori yang dikemukakan oleh Lawrence Meir Friedman struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum dan teori kebijakan publik.
Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut : 1. Implementasi Peraturan Bupati Sragen Nomor 30 Tahun 2008 tentang Komite
Aksi Daerah Penghapusan bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak Kabupaten Sragen belum dapat dilaksanakan dengan baik di Kabupaten
Sragen. a. Dari Aspek Struktur Hukum, kinerja dan sumber daya aparatur negara
yang lemah disamping Kurangnya koordinasi dan lemahnya penguasaan aparatur pemerintah mengenai Penghapusan bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak mengakibatkan pelaksanaan implementasi Peraturan Bupati ini menjadi penyebab utama mengapa implementasi Peraturan
Bupati Sragen Nomor 30 Tahun 2008 tentang Komite Aksi Daerah
lxxx Penghapusan bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak Kabupaten
Sragen tidak berjalan sesuai dengan apa yang dikonsepkan oleh Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor
182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk- bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
b. Ditinjau dari segi substansi hukum, bila Peraturan Daerah tentang penanggulangan atau pemberantasan pekerjaan terburuk untuk anak dapat
dibuat, maka adanya kebijakan yang terpadu dan menyeluruh dalam rangka penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak dapat
diwujudkan sehingga jumlah anak yang terlibat dalam pekerjaan terburuk dapat ditekan seminimalisir mungkin. Dalam kurun waktu dua tahun sejak
Peraturan Bupati tersebut ditetapkan belum ada tindak lanjut secara menyeluruh yang dilakukan oleh Pemerintah dalam upaya pelarangan dan
penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan masalah penghapusan bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk untuk anak belum dijadikan skala prioritas oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaannya.
c. Dari segi kultur atau budaya dalam masyarakat yang belum mengetahui apa yang dimaksud penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk
anak juga menjadikan suatu hambatan. Orang tua yang mendorong anaknya untuk bisa segera hidup mandiri dan tuntutan ekonomi menjadi
penyebab utama anak terlibat dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk. Pengusaha yang ingin mencari untung yang sebanyak-banyaknya dengan
mempekerjakan anak juga menjadi faktor impelementasi Peraturan Bupati Nomor 30 Tahun 2008 tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan secara total
atau menyeluruh. d. Dari segi teori kebijakan publik
Pada kenyataan bahwa sebuah kebijakan publik sebagai sarana pemenuhan kebutuhankepentingan masyarakat, itu berarti ukuran sukses
tidaknya sebuah kebijakan publik tergantung masyarakat dalam menilainya. Apabila masyarakat merasa kebutuhan dan kepentingannya
sudah terpenuhi oleh kebijakan publik, maka dengan sendirinya kebijakan publik itu akan dianggap telah menjalankan fungsinya dengan sukses.
Namun sebaliknya, apabila oleh kebijakan publik tersebut masyarakat