BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diperoleh untuk kadar asam lemak pada minyak Crude Palm Oil CPO di PT. Sarana Agro Nusantara yaitu maksimum
sebesar 4,09. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar asam lemak bebas masih sesuai dengan standart mutu yang ditetapkan dipabrik PT. Sarana Agro Nusantara.
Jika semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka mutu CPO akan menurun atau berkualitas rendah.
5.2 Saran
1. Sebaiknya perlu dilakukan pencegahan untuk kadar asam lemak bebas di
dalam CPO yaitu mulai saat pemanenan sampai penimbunan sebelum dipasarkan, karena pada kadar asam lemak bebas yang tinggi disebabkan oleh
buah yang terlalu matang, buah yang sesudah panen disimpan terlalu lama, dan terlalu lama disimpan pada tempat terbuka.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di
Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikutin oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa
sawit di Indonesia berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatra Deli dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123
ha. Indonesia mulai mengekspor minyak kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa,kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak
inti sawit sebesar 850 ton. Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan diarahkan dalam rangka
menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahtraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintahan terus mendorong
pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu
Universitas Sumatera Utara
perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program
perkebunan inti rakyat perkebunan PIR-bun. Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat
di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR Transmigrasi
sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menanbah luas lahan dan produksi kelapa sawit Hartono, 2007.
2.1.2. Varietas Kelapa Sawit
Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkangtempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan
ketebalan cangkangtempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan :
1. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu
35–50 terhadap buah, kernel daging biji lebih besar dengan kandungan minyak sedikit
2. Tenera
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan
menghasilkan varietas baru yaitu Tenera.
Universitas Sumatera Utara
3. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa
sawit yaitu : a.
Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak berwarna
jingga kehitam–hitaman. b.
Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.
c. Albescens
yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman Fauzi, 2005.
2.1.3. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit a. Daun
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut: Kumpulan anak daun leaflets yang mempunyai helaian lamina tulang anak
daun midrib, Rachis yang merupakan tempat anak dalam melekat, yangkai daun petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang, seludang daun sheath
yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan member kekuatan pada batang.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang
berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun, karena daun berkembang terus menerus, sedangkan seludang
sudah tidak berkembang lagi, serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk barisan duri spine sepanajang tepi-tepi petiole yang merupakan
pangkal dari serabut tersebut. Sejumlah kecil jaringan dari serabut ini juga dijumpai pada bagian ketiak daun. Daun dihasilkan dalam urut-urutan yang
teratur. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam arah basipetal dari atas ke bawah. Luas daun kelapa sawit akan meningkat
secara progresif pada umur sekita 8-10 tahun setelah tanam.
b. Batang
Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana
pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya
yaitu menhasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil. Penebalan sekunder tidak terjadi pada batang.
Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian pangkal, dimana diameter batang bias
mencapai 60cm. Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu 1 sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; 2 sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari
Universitas Sumatera Utara
daun ke bawah; serta 3 kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.
c. Akar
Akar terutama sekali berfungsi untuk 1 menunjang struktur batang di atas tanah; 2 menyerap air dan unsure hara dari dalam tanah; serta 3 sebagai salah satu
respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya
berdiameter 6-10mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujan ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer yang
becabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2mm dan umumnya bercabang lignin, panjangnya hanya 1-4mm dengan diameter 0,1-0,3mm.
Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah tetapi pada keadaan tertentu akar juga bias menjelajahi
lebih dalam.
d. Bunga