kanopi yang tinggi dan kerapatan vegetasi yang tinggi menyebabkan kecilnya nilai
albedo. Dimana, radiasi yang diterima sebagian besar diserap oleh vegetasi.
Sedangkan pada hutan sekunder yang telah mengalami pengurangan vegetasi yang
tumbuh dan kanopi pada vegetasi yang ada relatif lebih rendah serta kerapatan
vegetasinya juga sudah mulai jarang menyebabkan radiasi yang diterima
sebagian dipantulkan kembali dan sebagian kecil yang diserap oleh vegetasi.
4.3.2 Analisis Radiasi Netto dengan Tipe Tutupan Lahan
Radiasi netto Rn yang dihitung dari jumlah radiasi gelombang pendek yang
datang dengan jumlah energi radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dari
suatu permukaan dikurangi dengan jumlah energi radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan. Hasil ekstraksi radiasi netto memiliki kisaran 273.94 – 384.12 Wm
-2
Tahun 1989 dan 255.4-358.62 Wm
-2
Tahun 2004 Tabel 9
Berdasarkan Tabel 9 nilai rata-rata Rn untuk penutup lahan bervegetasi Hutan
Primer, hutan sekunder, perkebunan, semak belukan,lahan terbuka, badan air memiliki
nilai yang semakin meningkat dari mulai penutup lahan jenis hutan alam ke penutup
lahan terbuka. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya kerapatan kanopi tumbuhan
bervegetasi yang menutupi lahan dan berbedanya nilai emisivitas masing-masing
penutup lahan membuat semakin bertambahnya energi radiasi gelombang
pendek dan panjang yang dipantulkan. Nilai radiasi netto di daerah dengan penutup
lahan bervegetasi terutama hutan paling tinggi, sementara di lahan non vegetasi
lahan terbuka nilainya rendah.
Tabel 9 Rata-rata nilai radiasi netto Wm
-2
tiap penutupan lahan di Kabupaten sampit 1989 dan 2004
Penutup Lahan
Rn Wm
-2
Mineral Gambut
1989 2004
1989 2004
Hutan Primer 413.47
383.88 421.47
376.45 Hutan
Sekunder 401.70
376.45 448.94
376.45 Perkebunan
389.69 370.23
382.60 363.96
Lahan Terbuka
340.02 348.02
340.02 -
Semak Belukar
270.15 363.96
270.15 363.96
Adanya perbedaan penerimaan Rn pada tiap tipe penutup lahan, dipengaruhi
oleh albedo, radiasi gelombang pendek dan radiasi gelombang panjang. Pada Penutup
lahan terbuka memiliki nilai albedo yang tinggi. Hal ini akan mengakibatkan energi
radiasi gelombang pendek yang diterima rendah dan energi radiasi gelombang
panjang yang dipancarkan tinggi, sehingga radiasi nettonya rendah. Perubahan
penutupan lahan dengan berkurannya daerah hutan dapat mengakibatkan radiasi
lebih banyak dipantulkan daripada diserap, dan penerimaan radiasi netto menjadi lebih
rendah diliat juga berdasarkan nilai albedo tiap penutupan lahan.
4.4 Analisis Suhu Udara
Pendugaan nilai suhu udara dilalukan dengan metode penurunan komponen neraca
energi, dengan menggunakan data suhu permukaan yang diperoleh dari data satelit.
Hasil estimasi suhu udara diperoleh dari penurunan persamaan 13 untuk fluks
pemanasan udara dan persamaan 14. Rata- rata sebaran suhu udara di lima Kecamatan
Kabupaten Sampit untuk tiap tutupan lahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Rata-rata nilai suhu udara
o
C tiap penutupan lahan di Kabupaten
Sampit tahun 1989 dan 2004
Tutupan Lahan
Suhu udara
o
C Mineral
Gambut 1989
2004 1989
2004 Hutan
Primer
25 29
25 29
Hutan Sekunder
27 29
27 29
Perkebunan
29 32
30 32
Lahan Terbuka
35 34
35 -
Semak Belukar
36 34
36 34
Analisis perubahan lahan dan perubahan suhu permukaan , terlihat ada
keterkaitan. Makin banyak perubahan lahan yang cenderung menaikkan suhu udara
yaitu lahan terbuka dan perkebunan, maka akan semakin besar juga pertambahan luas
area suhu tinggi yang terjadi. Perubahan lahan perkebunan yang paling tinggi terjadi
pada tahun 2004 dan penyusutan area hutan mengakibatkan suhu udara pada vegetasi
perkebunan meningkat sekitar 2
o
C. Hubungan perubahan penutupan lahan
terhadap perubahan suhu dapat diformulasikan sebagai berikut Saryono
1989, diacu dalam Adiningsih et. al., 2001 C =
ρc ............................................ 16 Dimana C merupakan kapasitas panas
yaitu jumlah energi yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan suatu
volume benda sekian derajat J m
3
, c merupakan kapasitas panas jenis JKg dan
ρ adalah massa jenis Kgm
3
.
Pada penelitian ini nilai suhu udara di lahan gambut dan mineral tidak jauh
berbeda, hal ini menunjukkan pengaruh penutupan lahan yang sangat menentukan
seperti hutan, perkebunan, semak belukar, lahan terbuka tingginya nilai suhu udara
pada daerah tersebut, dimana untuk lahan terbuka yang sifatnya cepat menyerap
panas dan cepat melepaskan panas
kelapisan udara atasnya menyebabkan suhu udara lahan tebuka lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan bervegetasi. Berbeda dengan penutupan lahan vegetasi
suhu udaranya rendah dikarenakan sifat vegetasi yang menyerap sebagian besar
radiasi matahari dan pemantulan yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi nilai
emisivitas dan kapasitas panas jenis menjadi lebih tinggi sedangkan konduktivitas
thermal yang rendah.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN