Suhu Permukaan dan Udara

2.2.2 Tanah Gambut

Lahan Gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik C-organik 50 dengan ketebalan 80 cm teratas Andriesse 1988, dan merupakan tempat penyimpanan karbon yang sangat penting. Tanah gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob danatau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Gambut di Indonesia sebagian besar tergolong gambut mesotrofik dan oligotrofik. Gambut eutrofik di Indonesia hanya sedikit dan umumnya tersebar di daerah pantai dan di sepanjang jalur aliran sungai. Tingkat kesuburan gambut ditentukan oleh kandungan bahan mineral dan basa-basa, bahan substratumdasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Gambut di Sumatera relatif lebih subur dibandingkan dengan gambut di Kalimantan. Gambar 1 Proses pembentukan gambut di daerah cekungan lahan basah: a. Pengisian danau dangkal oleh vegetasi lahan basah, b. Pembentukan gambut topogen, dan c. pembentukan gambut ombrogen di atas gambut topogen Noor 2001 mengutip van de Meene 1982. Berdasarkan lingkungan pembentukannya, gambut dibedakan atas: Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya dipengaruhi oleh air hujan. Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk di lingkungan yang mendapat pengayaan air pasang. Dengan demikian gambut topogen akan lebih kaya mineral dan lebih subur dibandingkan dengan gambut ombrogen.

2.3 Suhu Permukaan dan Udara

Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu bagian terluar dari suatu objek. sedangkan untuk vegetasi dapat dipandang sebagai suhu permukaan kanopi tumbuhan, dan pada tubuh air merupakan suhu dari permukaan air tersebut. Pada saat permukaan suatu benda menyerap radiasi, suhu permukaannya belum tentu sama. Hal ini tergantung pada sifat fisik objek pada permukaan tersebut. Sifat fisis objek tersebut diantaranya : emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas thermal. Suatu objek di permukaan yang memiliki emisivitas dan kapasitas panas jenis rendah, sedangkan konduktivitas thermalnya tinggi akan menyebabkan suhu permukaannya meningkat. Hal sebaliknya terjadi pada suatu objek yang memiliki emisivitas dan kapasitas jenis yang tinggi sedangkan konduktivitas thermalnya rendah akan menyebabkan lebih rendahnya suhu permukaan. Suhu permukaan akan mempengaruhi jumlah energi untuk memindahkan panas dari permukaan ke udara. Lessard R 1994. Suhu permukaan bukanlah suhu udara. Nilai aktual keduanya bisa jauh berbeda dan bervariasi menurut ruang dan waktu. Suhu permukaan berpengaruh terhadap fluks bahang terasa Sensible heat, terutama pada siang hari, karena suhu permukaan benda lebih tinggi dari suhu udara. Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari akan menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai. Intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus, yakni pada waktu tengah hari Lessard 1994. Suhu permukaan merupakan unsur pertama yang dapat diidentifikasi dari citra satelit yang diekstrak dari band 6 thermal. Dimana dalam remote sensing suhu permukaan dapat didefinisikan sebagai suhu permukaan rata-rata dari suatu permukaan, yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe permukaan yang berbeda. 2.4 Neraca Energi Neraca energi di dekat permukaan adalah penentu utama dari pembentukan cuacaiklim. Merupakan kesetimbangan dinamis antara masukan energi dari matahari dengan kehilangan energi oleh permukaan setelah melelui proses-proses yang kompleks. Selisih antara masukan gelombang panjang yang datang dan keluaran gelombang panjang dan gelombang pendek yang keluar disebut radiasi netto Rn. Pada siang hari Rn bernilai positif dan H, G, dan E negatif meninggalkan permukaan dan pada malam hari Rn bernilai negatif dan sebagian E penguapan bernilai negatif, sedangkan H, G, dan E pengembunan bernilai positif. Gambar 2 Ilustrasi neraca energi. http:www.grida.nopub licationsotheripcc_tar Konsep neraca energi dapat diperhatikan jumlah energi yang mengalir antara benda-benda di permukaan, sedangkan selisih antara masukan input dan keluaran output pada sistem tersebut merupakan energi yang digunakan atau tersimpan De Rozari 1991. Albedo α merupakan rasio antara radiasi yang dipantulkan oleh permukaan dengan radiasi yang sampai di permukaan tersebut. Albedo merupakan faktor yang menentukan besarnya radiasi netto yang diterima oleh suatu permukaan. Semakin kecil nilai albedo suatu permukaan maka semakin besar radiasi gelombang pendek yang akan diterima. Besar albedo akan berbeda untuk jenis permukaan yang berbeda, bahkan untuk jenis permukaan yang sama besarnya albedo juga bisa berbeda Besarnya albedo suatu permukaan akan ditentukan oleh sifat fisik permukaan tersebut, sudut datang radiasi matahari, sifat radiasi permukaan, dan kondisi atmosfer. Sifat fisik permukaan yang mempengaruhi besarnya albedo diantaranya adalah warna, kandungan air dan kekasaran permukaan. Perawanan dan kandungan aerosol atmosfer juga mempengaruhi besar albedo. Tabel 1 Albedo berbagai jenis permukaan Surface Albedo Fine sandy soil 37 Dark black soil 14 Moist black soil 8 Decidious forest 17 Pine forest 14 Prairie 12-13 Desert scrubland 20-29 Forest 10-20 Sea ice 36 Cotton 20-22 Grass dry 31-33 Grass green 26 Lettuce 22 Lucerne 23-32 Maize 16-23 Rice 11-21 Sugar beet 18 Rye 11-21 Wheat 16-23 Sumber : Mavi dan Tupper 2004 Tabel 2 Kisaran nilai albedo unitless tiap penutup lahan Penutup Lahan Albedo Unitless Min Max Mean Hutan alam 0.043 0.056 0.051 Agroforest Karet 0.048 0.058 0.052 Monokultur Karet 0.051 0.065 0.053 P. Kelapa Sawit 0.052 0.070 0.060 Semak Belukar 0.057 0.077 0.064 T. Paku-Pakuan 0.057 0.077 0.067 Sawah 0.066 0.090 0.077 Pemukiman 0.070 0.140 0.093 Badan Air 0.141 0.257 0.190 Sumber: Setiawan 2006

2.5 Pengindraan Jauh Remote Sensing