Tahun 2004, sebesar 12198.33 Ha dari tutupan semak belukar tahun 1989
sudah hilang . Masing - masing areal perkebunan telah menggantikan tutupan
lahan semak belukar . Penutupan lahan tebuka juga mengalami perubahan luasan
22101.93 Ha menjadi 28632.24 Ha. Kedua jenis penutup lahan ini banyak ditemukan
di Kecamatan ketapang dan mentaya hilir utara, Gambar 4 dan 5. Informasi luasan
penutup lahan untuk masing-masing penutup lahan hasil klasifikasi
berdasarkan satuan hektar dan persentase terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Klasifikasi penutupan lahan di Kabupaten Sampit pada tahun
1989 dan 2004
Penutup Lahan
Luas Area tahun 1989 Ha
Luas Area tahun 2004 Ha
Hutan Primer
110205.72 73037. 16
Hutan Sekunder
130246.02 97510.50
Perkebunan 73224.
10 107706.42
Lahan Terbuka
22101.93 28632.24
Semak Belukar
14849.37 2651.04
Badan air -
73970.01
Luasan pada masing-masing penutup lahan di atas tidak sepenuhnya menunjukan
kondisi yang sebenarnya di lapangan. Hasil luasan pada masing-masing penutup lahan
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan perhitungan seperti faktor error secara
spasial ketika proses klasifikasi penutup lahan dilakukan sehingga perlu dilakukan
ground cek
ke lapangan.
4.2 Distribusi Suhu Permukaan
Pendugaan suhu permukaan terkoreksi pada penelitian ini menggunakan
persamaan Weng 2001 dengan asumsi yang digunakan nilai emisivitas untuk lahan
non vegetasi yaitu sekitar 0.92, untuk lahan vegetasi sekitar 0.95, dan nilai emisivitas
untuk air sekitar 0.98. Hasil estimasi rata- rata nilai suhu permukaan 1989 pada tiap
penutupan lahan di tanah gambut yaitu hutan sekunder 29
o
C, hutan primer 27
o
C, perkebunan 32
o
C, lahan terbuka 40
o
C, dan semak belukar 41
o
C, dan pada tanah mineral suhu permukaan yang berbeda
hanya pada vegetasi perkebunan 31
o
C, artinya terjadi peningkatan suhu pada lahan
gambut yang ditanami dengan vegetasi perkebunan. Begitu juga hasil estimasi suhu
permukaan pada tahun 2004 di lahan gambut untuk hutan primer 32
o
C, hutan sekunder 32
o
C, perkebunan 34
o
C, semak belukar 35
o
C, dapat dilihat terjadi peningkatan suhu pada tahun 2004 baik itu
dilahan gambut dan mineral Tabel 7 suhu permukaan yang dibahas pada penelitian ini
adalah suhu dengan tutupan vegetasi dan lahan terbuka sehinggga suhu permukaan
pada badan air tidak dilakukan analisis.
Tabel 7 Rata-Rata nilai suhu permukaan
o
C tiap penutupan lahan di Kabupaten Sampit tahun 1989
dan 2004
Tutupan Lahan Suhu permukaan
o
C Mineral
Gambut 1989
2004 1989
2004 Hutan Primer
27 32
27 32
Hutan Sekunder 29
32 29
32 Perkebunan
31 32
32 34
Lahan Terbuka 40
40 40
- Semak Belukar
41 35
41 35
Suhu permukaan tahun 1989 dan 2004 di lahan gambut maupun mineral tidak
bisa dibandingkan begitu saja tanpa melakukan normalisasi pada nilai
radiometriknya Normalisasi dilakukan untuk memberikan nilai yang sama pada
spektral radiance di pada tahun1989 dan 2004. Pada penelitian ini tidak dilakukan
normalisasi radiometrik. Sehingga yang dapat dibandingkan adalah perubahan nilai
suhu yang disebabkan perubahan luas masing-masing tutupan lahan. Pada tahun
1989 perbedaan rata-rata suhu permukaan di tanah mineral dan gambut antara tutupan
lahan hutan primer dan sekunder adalah 2
C, sedangkan pada tahun 2004 tidak ada perbedaan antara kedua tutupan lahan
tersebut. Hal ini dikarenakan terjadinya penyusutan luas hutan primer yang
mempengaruhi kapasitas panas di wilayah tersebut dimana nilai kapasitas panas C
sangat menentukan transfer panas dan nilai C ditentukan oleh volume . Sama halnya
dengan selisih suhu penutupan lahan perkebunan antara tanah mineral dan
gambut pada tahun 1989 adalah 1
o
C, sedangkan pada tahun 2004 adalah 2
C. Meningkatnya suhu permukaan perkebunan
di lahan gambut pada tahun 2004 juga menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran
penggunaan lahan dimana terbukti dengan peningkatan luas lahan perkebunan pada
tahun 2004 lebih besar dibandingkan pada tahun 1989. Bertambahnya luas area juga
meningkatkan suhu permukaan pada semak belukar di tahun 1989 dengan luas 73224.
10 ha dan suhu 41
o
C sebaliknya penyusutan perubahan lahan semak belukar pada
tahun 2004 menjadi 2651.04 ha memiliki suhu 35
o
C. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi penutupan lahan yang telah
dioverlay dengan peta gambut pada tahun 2004 lahan terbuka untuk lahan gambut
telah digantikan dengan perkebunan kelapa sawit sehingga untuk lahan terbuka di lahan
gambut tidak dilakukan analisis.
Pada penelitian ini nilai Ts Perkebunan di tanah gambut lebih besar
dibandingkan dengan di tanah mineral, Ts perkebunan di lahan gambut terjadi
peningkatan suhu sebesar 2
o
C dari suhu perkebunan di lahan mineral. Hasil yang
ditunjukkan pada tabel 6 sangat jelas dimana nilai suhu permukaan pada tipe
penutup lahan non -vegetasi lahan terbuka lebih tinggi dengan tipe penutupan lahan
vegetasi, dimana suhu permukaan pada lahan terbuka berkisar 40
o
C, kondisi ini menunjukkan hubungan antara
konduktivitas panas jenis dan konduktivitas thermal, semakin tinggi konduktivitas
thermal dan kapasitas jenis panas yang rendah maka suhu permukaan akan lebih
tinggi.
4.3 Analisis Komponen Neraca energi