Faktor yang mempengaruhi Upwelling

Musim Peralihan I pola pergerakan angin berasal dari utara Maret dan dari timur April dengan kecepatan rata-rata 2.08 ms dan maksimum 3.5 ms. Gambar 25. Pola Pergerakan Angin pada Bulan November-Februari 2010 Gambar 26. Pola Pergerakan Angin pada Bulan Maret-April 2010 Pola pergerakan angin pada bulan Mei-Agustus Musim Timur bergerak dari tenggara dengan kecepatan rata-rata lebih tinggi yaitu 4.23 ms dan maksimum 6.41 ms. Arah angin yang berasal dari tenggara pada musim timur ini yang kemudian didukung dengan pergerakan aliran massa air dari arah utara ke selatan Selat Makassar mengakibatkan Ekman Transport bergerak menuju barat daya menjauhi pantai selatan Sulawesi. Hal ini mengakibatkan kekosongan massa air laut di permukaan dan diikuti dengan pengisian massa air laut dari kedalaman untuk mencapai keseimbangan permukaan air. Proses ini mengakibatkan terjadinya upwelling yang membawa unsur hara lebih banyak, salinitas lebih tinggi, dan suhu air laut lebih rendah. Pada Bulan September- November Musim Peralihan II terlihat bahwa pola pergerakan angin masih bergerak dari arah tenggara seperti yang terjadi pada bulan-bulan di periode Musim Timur. Gambar 27. Pola Pergerakan Angin pada Bulan Mei-Agustus 2010 Gambar 28. Pola Pergerakan Angin pada Bulan September-Oktober 2010 Selain pola pergerakan angin, kecepatan angin juga ikut mempengaruhi pola penyebaran upwelling pada bagian selatan Selat Makassar. Pola pergerakan angin terlihat mulai berubah sejak bulan April, namun perubahan ini tidak langsung diikuti dengan bergeraknya massa air di permukaan dan terangkatnya massa air dari bagian dalam ke bagian permukaan Ekman Transport. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada tingkat kecepatan angin. Gambar 29. Hubungan pola pergerakan angin dengan penurunan SPL dan peningkatan konsentrasi klorofil-a. Pola pergerakan angin mulai berubah sejak bulan April namun tingkat kecepatan yang ada masih rendah yaitu 3.25 ms seperti bulan sebelumnya sehingga belum cukup kuat untuk mendukung terjadinya Ekman Transport. Kecepatan angin mulai terlihat meningkat pada bulan Mei yaitu mencapai 6.39 ms, kecepatan angin yang kuat di bulan Mei ini yang kemudian menyebabkan terdorongnya massa air di bagian permukaan yang kemudian diikuti dengan naiknya massa air dari bagian dalam hingga mencapai ke permukaan. Proses ini berlanjut secara terus menerus dan mulai nampak jelas fenomenanya di minggu kedua bulan Juni yang ditandai dengan penurunan SPL dan diikuti dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a pada minggu keempat bulan Juni Gambar 29.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu pola penyebaran upwelling pada musim timur dimulai pada bulan Juni untuk setiap tahun 2009 dan 2010 dan memuncak di bulan Agustus serta berakhir pada bulan Oktober. Selain itu, berdasarkan pola distribusi spasial SPL dan konsentrasi klorofil-a di selatan perairan Selat Makassar pada musim timur, diketahui bahwa pola penyebarannya bergerak ke arah barat daya dengan total estimasi luasan sekitar ± 46000 km 2 .

5.2 Saran

Perlu dilakukan penenlitian lebih lanjut dengan pengambilan data harian dari citra serta data lapangan yang lebih lengkap untuk setiap bulannya terutama pada saat terjadi upwelling sehingga dapat diketahui dengan pasti tanggal dan hari terjadinya fenomena upwelling. Selain itu, sebaiknya dilakukan pengambilan data oseanografi yang tidak jauh berbeda dengan tanggal perekaman citra sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Afdal dan S.H. Riyono. 2004. Sebaran Klorofil-a Kaitannya dengan Kondisi Hidrologi di Selat Makassar. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 : 69-82. Barnes, R. S. K. And R.N. Hughes. 1988. An introduction to Marine Ecology. 2nd Edition. Blokwell Scientific Publication. 35p. Broecker, W. S. 1991. The Great Conveyor Belt. Oceanography., 4, 79 –89. [1.2,2.1,4.7]. Conway, E.D. 1997. An Introduction to Satellite Image Interpretation. The Johns Hopkins University. Baltimore and London. 242 hlm. Diposaptono, S. 2009. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Departemen Kelautan Perikanan. Jakarta. Duxbury, A. C, and A. Duxbury. 1994. Introduction to that World;s Ocean. Wm. Brown Publishers. Dubuque. Iowa. Ffield, A. and A. Gordon. 1992. Vertical Mixing on the Indonesian thermocline, J. Physics Oceanography., 22:184-195. Gabric, A. J. and J. Parslow. 1989. Effect of Physical Factors on The Vertical distribution of Phytoplankton in Eutrophic Coastal Waters. Aust. J. Mar. Fresw. Res. 189 40: 559-569. Gordon, A. L. and R. A. Fine. 1996. Pathways of Water between the Pasific and Indian Oceans in the Indonesian Seas. 379. Gordon, A. L., R.D. Susanto, and F. Ami. 1999. Throughflow within Makassar. J. Geophys. Res. Lett. 26 21: 3325-3328. Hautalla, S. L., J. Sprintall, J. Potemra, A. G. Illahude, J. C. Chong. W. Pandoe and N Bray. 2001. Velocity Structure and Transport of Indonesian Throughflow in The Major Strait Restricting Flow into The Indian Ocean. J. Geophys. Res. 106: 19527-19546. Hutabarat, S. dan S. M Evans. 1985. Pengantar Oseanography. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 159 hal. Illahude A. G. 1970. On The Occurance of Upwelling in Southern Makassar Strait. Marine Research in Indonesia. 10: 81-107. Illahude A. G. 1978. On The Effecting The Productivity of The Southern Makassar Strait. Marine Research in Indonesia. 21: 81-107. Illahude, A. G. 1999. Pengantar Oseanografi Fisik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. LIPI. Jakarta.