Inflasi TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

akibat ketidaksesuaian antar struktur angkatan kerja berdasarkan jenis keterampilan, pekerjaan, industri atau lokasi geografis dan strutur permintaan tenaga kerja. Mankiw 2000 menyatakan bahwa pengangguran struktural merupakan pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan. Para pekerja yang tidak dipekerjakan bukan karena mereka aktif untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka, namun pada tingkat upah yang berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Sedangkan pengangguran friksional diakibatkan oleh perputaran normal tenaga kerja. Sumber penting pengangguran friksional adalah orang-orang muda yang memasuki angkatan kerja dan mencari pekerjaan Lipsey, et al., 1997. Mankiw 2000 menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.

2.2. Inflasi

Menurut Lipsey, et al. 1997, inflasi adalah kenaikan rata-rata semua tingkat harga. Kadang-kadang kenaikannya terus-menerus dan berkepanjangan. Menurut Friedman dalam Mishkin 2001, inflasi adalah suatu fenomena moneter yang selalu terjadi di mana pun. Inflasi dapat terjadi melalui dua sisi yaitu dari sisi penawaran cost-push inflation dan sisi permintaan demand-pull inflation. Pada Gambar 2.1. tampak bahwa inflasi dari sisi penawaran terjadi apabila terdapat penurunan penawaran terhadap barang-barang dan jasa karena adanya kenaikan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh keinginan meningkatnya tingkat upah riil pekerja karena adanya ekspektasi inflasi dimasa depan akan meningkat. Peningkatan upah ini akan membuat produsen untuk menurunkan tingkat produksinya dibawah tingkat produksi optimal sehingga penawaran agregat menurun, maka tingkat harga dan pengangguran akan meningkat. Sumber: Lipsey, et al. 1997 Gambar 2.1. Cost Push Inflation Jika pemerintah memiliki target untuk menurunkan tingkat pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan output sampai tingkat optimal full employment sehingga akan meningkatkan tingkat permintaan secara agregat dan akan meningkatkan harga, apabila proses tersebut terus menerus berlangsung dan akan mengakibatkan kenaikan dalam tingkat harga tanpa mengubah output dalam jangka panjang, maka kondisi ini disebut sebagai cost-push inflation. Sementara itu, pada Gambar 2.2. tampak bahwa inflasi dari sisi permintaan demand-pull inflation terjadi apabila secara agregat terjadi peningkatan terhadap barang-barang dan jasa dalam memenuhi permintaan yang mendorong produsen untuk menambah dana produksi dan menyebabkan pergeseran kurva permintaan agregat. Kondisi ini secara langsung dapat mengakibatkan inflasi karena menyebabkan naiknya harga output. Peristiwa ini dinamakan demand-pull inflation Lipsey, et al., 1997. Sumber: Lipsey, et al. 1997 Gambar 2.2. Demand Pull Inflation Pengukuran inflasi dapat dilakukan melalui pendekatan Consumer Price Index CPI atau dapat disebut juga Indeks Harga Konsumen IHK. Menurut Lipsey, et al. 1997, CPI adalah suatu ukuran harga rata-rata berbagai komoditi yang biasanya dibeli rumah tangga. IHK paling banyak digunakan untuk menghitung laju inflasi, termasuk Indonesia. IHK dapat digunakan untuk menghitung laju inflasi bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan. Perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: LI t = 1 1 t t t IHK IHK IHK X 100 persen ................................................................2.1 dimana: LI t : Laju inflasi pada tahun atau periode t, IHK : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t, IHK t-1 : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t -1 , Ramakrishnan dan Vamvakidis 2002 dalam penelitiannya mengenai peramalan inflasi di Indonesia, menyatakan bahwa fenomena inflasi lebih cenderung merupakan fenomena moneter dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah nilai tukar, inflasi luar negeri dan pertumbuhan money supply.

2.3. Kurva Phillips