menyeluruh  framework  untuk  perumusan  dan  pelaksanaan  kebijakan moneter.  Fokus  terhadap  inflasi  tidak  berarti  membawa  perekonomian
kepada kondisi yang sama sekali tanpa inflasi zero inflation. 3.  Inflasi  rendah  dan  stabil  dalam  jangka  panjang  justru  akan  mendukung
pertumbuhan  ekonomi  yang  berkelanjutan  suistanable  growth. Penyebabnya  karena  tingkat  inflasi  berkorelasi  positif  dengan
fluktuasinya.  Manakala  inflasi  tinggi,  fluktuasinya  juga  meningkat, sehingga  masyarakat  merasa  tidak  pasti  dengan  laju  inflasi  yang  akan
terjadi  di  masa  mendatang.  Akibatnya  suku  bunga  jangka  panjang  akan meningkat karena tingginya premi resiko akibat inflasi. Perencanaan usaha
menjadi  lebih  sulit  dan  minat  investasi  pun  menurun.  Ketidakpastian inflasi  ini  cenderung  membuat  investor  lebih  memilih  investasi  aset
keuangan  jangka  pendek  ketimbang  investasi  riil  jangka  panjang.  Itulah sebabnya  otoritas  moneter  seringkali  berargumentasi  bahwa  kebijakan
yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan yang pro growth.
2.5. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN
Sejalan  dengan  tema  pembangunan  nasional  yaitu  “Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan
”, kebijakan alokasi anggaran
belanja pemerintah pusat dalam tahun 2009 diarahkan kepada upaya mendukung kegiatan  ekonomi  nasional  dalam  memacu  pertumbuhan,  menciptakan  dan
memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mengurangi kemiskinan.
Sesuai  dengan  Rencana  Kerja  Pemerintah  RKP  2009,  Pemerintah  telah menetapkan sasaran-sasaran indikatif penurunan tingkat pengangguran menjadi 7
persen  hingga  8  persen.  Tantangan  yang  dihadapi  pada  tahun  2009  dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama,
penciptaan  kesempatan  kerja  terutama  lapangan  kerja  formal  seluas-luasnya. Tantangan  ini  tidak  mudah  untuk  diatasi  karena  beberapa  tahun  terakhir  ini,
lapangan  kerja  informal  masih  dominan  dalam  menyerap  tenaga  kerja  yang jumlahnya  terus  meningkat.  Kedua,  perpindahan  pekerja  dari  pekerjaan  yang
memiliki  tingkat  produktivitas  rendah  ke  pekerjaan  yang  memiliki  produktivitas tinggi.  Ketiga,  peningkatan  kesejahteraan  para  pekerja  informal  yang  mencakup
70 persen dari seluruh pekerja Depkeu, 2009 Untuk
mengatasi masalah
ketenagakerjaan tersebut,
Pemerintah menempuh  beberapa  kebijakan  sebagai  berikut.  Pertama,  menciptakan  lapangan
kerja formal seluasluasnya, mengingat lapangan kerja formal lebih produktif dan lebih  memberikan  perlindungan  social  kepada  pekerja  dibandingkan  sektor
informal. Dengan kualifikasi angkatan kerja yang tersedia, lapangan kerja formal yang  diciptakan  didorong  ke  arah  industri  padat  karya,  industri  menengah  dan
kecil,  serta  industri  yang  berorientasi  ekspor.  Kedua,  mendorong  perpindahan pekerja dari pekerjaan  yang berproduktivitas rendah ke pekerjaan  yang  memiliki
produktivitas tinggi dengan meningkatkan kualitas dan kompetensi pekerja. Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pekerja dapat dilaksanakan antara
lain  dengan  pelatihan  berbasis  kompetensi  dan  pelatihan  melalui  pemagangan  di tempat  kerja.  Upaya-upaya  pelatihan  tenaga  kerja  perlu  terus  ditingkatkan  dan
disempurnakan  agar  peralihan  tersebut  dapat  terjadi.  Ketiga,  mendorong  sektor informal  melalui  fasilitas  kredit  UMKM  sehingga  dapat  meningkatkan
kesejahteraan  para  pekerja  informal.  Peningkatan  ini  dimaksudkan  untuk memperkecil  kesenjangan  tingkat  kesejahteraan  antara  pekerja  informal  dengan
bekerja formal.
2.6. Penelitian Terdahulu