Gambaran Inflasi di Indonesia

c Tingkat pengangguran usia muda lebih tinggi. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang gap yang terus membesar. Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi terutama krisis global baru-baru ini tidak saja membuat jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga merangsang tingginya pemutusan hubungan kerja PHK, sehingga tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun terus semakin tinggi.

4.2. Gambaran Inflasi di Indonesia

Perkembangan inflasi di Indonesia menunjukkan fluktusi yang bervariasi dari waktu ke waktu. Inflasi mulai menjadi perhatian ketika adanya krisis pada tahun 1960-an dimana Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 650 persen sehingga perekonomian terguncang dengan hebat, tetapi tekanan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan kebijakan anti-inflasi, sehingga pada Repelita II, III, dan IV inflasi menurun menjadi sebesar 14.77 persen, 13.6 persen dan 6.9 persen. Kemudian krisis kembali menghantam negeri ini pada tahun 1997-1998 yang berdampak pada semua aspek kehidupan, salah satunya adalah inflasi yang mencapai 58.4 persen. Sumber: IFS, 2009 Gambar 4.2. Perkembangan Inflasi 1985-2008 Inflasi kembali mulai menjadi perhatian sejak dikeluarkannya kebijakan UU No. 231999 yang sebenarnya dapat mengkategorikan Indonesia sebagai Inflation Targeting Lite Countries. Sejak awal ditetapkannya pada tahun 2005 sebesar 6 persen dengan deviasi 1 persen, inflation targeting baru dapat berjalan secara efektif pada kuartal IV tahun 2006, yaitu sebesar 5,5 persen dengan deviasi sebesar 1 persen. Pemerintah berkoordinasi dengan BI telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2006, 2007, dan 2008 masing- masing sebesar 8 persen, 6 persen, dan 5 persen dengan standar deviasi masing- masing adalah 1 persen. Penetapan lintasan sasaran inflasi ini sejalan dengan keinginan untuk mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang sebesar 3 persen agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asia lainnya. Pemerintah dan Bank Indonesia telah sepakat menetapkan sasaran inflasi 2008-2010 sebesar 5 persen untuk 2008; 4.5 persen 2009; dan 4 persen 2010 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 inflasi dengan deviasi 1 persen. Target inflasi 2008 yakni 5 persen dengan deviasi 1 persen tersebut sesuai dengan target APBN 2008 yakni 6 persen. Rata-rata tingkat inflasi Indonesia sebelum krisis dari tahun 1985 hingga tahun 1996 relatif rendah yaitu masih berkisar satu digit sebesar 7.9 persen per tahun. Namun, ketika terjadi krisis, tahun 1998 tingkat inflasi mencapai 58.3 persen dan setelah tahun 1998 tingkat inflasi mencapai dua digit sekitar 10 persen. Pada tahun 2008 terdapat beberapa resiko yang dapat memberikan tekanan pada inflasi sehingga berpotensi mengganggu pencapaian sasaran inflasi tersebut. Risiko tersebut di antaranya adalah i proses konsolidasi pasar finansial global terkait dampak krisis subprime mortgage masih belum reda, ii resiko terkait kenaikan harga minyak dunia di awal tahun 2008, iii potensi peningkatan permintaan konsumsi minyak domestik di atas asumsi terutama yang dipicu oleh tingginya disparitas harga BBM bersubsidi dengan BBM nonsubsidi maupun harga BBM di negara tetangga, iv kemampuan produksi minyak domestik yang tidak sesuai target dan v persepsi pelaku ekonomi terhadap prospek kesinambungan fiskal dan prospek perekonomian secara keseluruhan terkait dampak kenaikan harga minyak dunia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN