Koreksi Geometri Pembuatan data DEM Penentuan batas DAS Penentuan jaringan aliransungai Pemilihan dan penyetaraan kedalaman curah hujan 30 menit-an

27

a. Koreksi Geometri

Masukan utama untuk menentukan morfometri DAS adalah peta topografi 1 : 50.000 yang dicetak oleh U.S. Army Services pada tahun 1943 dan peta rupabumi 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL pada tahun 1990. Kedua peta dasar ini tidak mempunyai sistim koordinat georeference yang sama. Oleh karena itu untuk membuat keduanya mempunyai sistim koordinat yang sama perlu dilakukan analisis koreksi geometri dengan menggunakan perangkat lunak ARCINFO.

b. Pembuatan data DEM

Data DEM diperoleh dari garis kontur yang terdapat pada peta topografirupa bumi. Interpolasinya dilakukan dengan perangkat lunak Surfer dengan menggunakan metode Inverse distance to a power Gambar 18. Gambar 18. Ilustrasi Proses Interpolasi Data Ketinggian Interpolasi data DEM dilakukan berdasarkan masukan data peta topografi skala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000 dengan ukuran grid 25 x 25 m, 50 x 50 m dan 100 x 100 m.

c. Penentuan batas DAS

Delineasi batas DAS dapat dilakukan secara manual interpretasi melalui peta topografirupabumi yang tersedia berdasarkan bentuk topografinya atau secara digital melalui data DEM dengan bantuan perangkat lunak Digem. Delineasi DAS dilakukan pada setiap skala peta 1: 50.000 dan 1: 25.000 dengan berbagai grid 25 x 25, 50 x 50 dan 100 x 100 m. + = titik titik hasil interpolasi = garis kontur 28

d. Penentuan jaringan aliransungai

Jaringan sungai yang ada pada peta didigitasi dan ditambahkan dengan jaringan aliran buatan yang dibangun melalui data DEM dengan bantuan perangkat lunak Digem. Selanjutnya ditentukan orde sungai jaringan aliran berdasarkan kaidah Strahler yang dapat dilakukan secara otomatisasi dengan bantuan program interface AVX pada perangkat lunak ARCVIEW.

e. Perhitungan panjang sungai tiap ordo

Perhitungan panjang sungai dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ARCINFO yaitu melalui proses analisis jaringan network analysis yang terdapat pada modul PC-network.

3.2.2. Metode Penentuan Parameter Hidrologi a. Penetapan frekuensi peluang hujan

Penentuan peluang hujan yang dimaksud adalah besaran hujan harian terpilih diperkirakan akan terjadi pada priode ulang tertentu berdasarkan data curah hujan harian beberapa tahun sebelumnya. Untuk penentuan ini digunakan data curah hujan harian selama minimal 20 tahun pada beberapa stasiun curah hujan manual yang ada di dalam DAS yaitu stasiun Gunung Mas, Citeko, Ciawi dan Katulampa yang telah diwilayahkan berdasarkan metode Thiessen. Metode yang digunakan untuk menentukan peluang hujan adalah metode Gumbel type I yang biasanya untuk analisis curah hujan maksimum banjir dengan menggunakan perangkat lunak Rainbow, yang ditetapkan pada beberapa priode ulang yaitu : 2, 5, 10, 15 dan 20 tahun.

b. Pemilihan dan penyetaraan kedalaman curah hujan 30 menit-an

Pemilihan curah hujan yang diperoleh dari pencatat hujan otomatis Automatic rainfall recorderARR yang dterletak di daerah : 1. Stasiun Enerco Cimel Electronic, Perancis berlokasi di daerah Tugu-Cisarua milik Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat PUSLITTANAK Departemen Pertanian dengan selang pengamatan 6 menit. 2. Stasiun Gadog SubDAS Ciesek milik Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah selang pengamatan 1 jam. 29 Dari data 2 dua stasiun ARR yang ada dipilih 40 empat puluh episode hujan terbesar dan bersifat tunggal kurun waktu ± 1,5 tahun Januari 2001 sd April 2002 dan juga mempunyai data tinggi muka air debit di Automatic Water Level Recorder AWLR Katulampa. Berdasarkan 40 data berpasangan tersebut diambil 7 tujuh pasang data yang dianggap terbaik. Kedalaman curah hujan terpilih berpasangan dengan data debit aliran AWLR yang terpilih disetarakan pada waktu selang pengamatan yang sama yaitu 30 menit, yang kemudian ditentukan curah hujan wilayahnya dengan menggunakan metode Thiessen.

c. Debit aliran