31
3.2.3. Metode Simulasi Debit ¾ Melalui model klasik pdf isokron
Persamaan untuk memperoleh interval isokron ΔL adalah
V
. t , dimana
V
= Kecepatan rata-rata aliran mdtk t = Selang waktu pengamatan detik Llamas, 1993 dalam Kartiwa, 2004 menyatakan bahwa besaran
V
dapat juga diperoleh dari persamaan = 20 Sin
35
α, dimana α adalah ab
DAS mempunyai ordo sungai maksimal = n , maka respon hidrologi Pdf berdasarkan nilai panjang sungai ordo 1 diperoleh berdasarkan fungsi :
∑
=
=
n i
Ni Ni
i
1
ρ ………………..................4
dimana pi = pdf isokron ke-I, Ni = jumlah jaringan sungai ordo-1 yang terdapat pada isokron ke-i.
Sehingga diperoleh nilai pdf dari setiap isokron. Selanjutnya dilakukan proses ‘convolution’ sehingga diperoleh debit tertinggi peak discharge dan kapan
terjadinya time to peak, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Metode Convolution Debit Aliran Permukaan
Debit pada t ke-n
Convolution 8 Qt1
Pn1 ρ1 A
Qt2 Pn2
ρ1 A + Pn1 ρ2 A Qt3
Pn3 ρ1 A + Pn2 ρ2 A + Pn1 ρ3 A
Qtn Pny
ρn A Kemudian hasil analisis debit aliran permukaan hasil simulasi maupun
debit aliran permukaan hasil pengamatan diplotkan membentuk suatu hidrograf aliran permukaan
a
α
b = jarak terpanjang sungai ordo1 sampai outlet
c = beda tinggi antara titik ujung sungai ordo 1 yang terpanjang dengan outlet
c b
32
¾ Melalui Model H2U Model H2U menghitung kurva pdf butir hujan berdasarkan dua parameter yang
terdapat peta jaringan sungai yaitu n, order sungai maksimum dan L rataan, yaitu panjang rata-rata jalur aliran air, seperti persamaan berikut ini.
Selanjutnya dilakukan proses ‘convolution’ sehingga diperoleh debit aliran
permukaan. Seluruh perhitungan pdf H2U ini dilakukan melalui program Excell.
3.2.4. Pengujian Hasil Debit Simulasi dengan Debit Pengukuran
Debit hasil simulasi model akan dibandingkan dengan debit hasil pengukuran menggunakan Uji statistik Coefficient of Efficiency CE dari Nash dan
Sutcliffe 1970 dalam Kartiwa 2004, yaitu :
∑ ∑
= =
− −
− =
n i
n i
Qp Qpi
Qsi Qpi
CE
1 2
11 2
1 ……… ………….5
dimana
Qp
adalah debit rata-rata pengukuran,
Qs
adalah debit simulasi model dan
Qp
adalah debit pengukuran. Besarnya nilai CE berkisar antara - ∞ hingga 1.
Jika nilai F = 1 maka hasil simulasinya sempurna. Pdf-sungai t : pdf panjang alur jaringan hidrauliksungai sbg fungsi waktu
V : Kec. Aliran pada Sungai
n : order sungai
L : panjang rata-rata alur hidraulik
Γ : fungsi gamma
T : interval waktu pengamatan
β α
α
α β
β α
x
e x
x f
− −
Γ =
. .
1 ,
,
1
Distribusi Gamma dengan parameter a = n2 b = 2 Ln
∑
=
=
n i
i
l L
1
L t
V n
n n
Sungai Sungai
Sungai
e t
n L
V n
t pdf
. 2
. .
1 2
2
. .
2 1
. .
2 .
− −
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
Γ ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ =
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Lokasi Objek Penelitian
Lokasi objek penelitian bertempat di DAS Ciliwung Hulu berada dalam kawasan Kabupaten dan Kota Bogor yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
dan Sukabumi. Secara Geografis daerah ini terletak pada 6 .30’ Lintang Selatan
- 106 .45’ Bujur Timur sampai 6
.50’ Lintang Selatan - 107 .5’ Bujur Timur,
dengan ketinggian berkisar antara 250 m sampai dengan 3.000 m dari permukaan laut dpl, serta mempunyai luasan area ± 14.800 ha.
Di sebelah barat berbatasan dengan DAS Cisadane dan di sebelah timur dibatasi oleh DAS Citarum. Hulu DAS ini berada di gunung Gede – Pangrango
dan ujung hilirnya terletak di desa Katulampa dimana terdapat pintu air dan AWLR Katulampa. Wilayah ini meliputi sebagian kecamatan Cisarua, Cipayung,
Megamendung, Ciawi dan Kedunghalang dan Bogor Selatan Gambar 19.
4.2. Bentuk Wilayah
Daerah penelitian terletak pada ketinggian antara 325 = 3000 m dari permukaan laut dpl. Titik tertinggi terletak di puncak Gunung Pangrango dan
terendah di desa Katulampa. Bentuk topografi bervariasi dari datar sampai sangat terjal, dengan kisaran lereng antara 1 sd 60 Gambar 20. Daerah penetlitian
dibedakan dalam 6 satuan bentuk wilayah seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 . Komposisi Bentuk Wilayah Daerah Penelitian
Simbol Bentuk Wilayah
Lereng Luas ha
L Datar
1 - 3 1.033
U Berombak
3 - 8 1.817
R Bergelombang
8 - 15 2.366
H Berbukit
15 - 25 2.846
H-M Berbukit bergunung
25 - 45 885
ST Sangat terjal
45 5.853 Jumlah
14.800
Sumber : Puslittanak 1992