dimanfaatkan oleh ternak secara optimal adalah dengan perlakuan hidrolisis secara fisik menggunakan suhu dan tekanan uap panas autoclave Edi dan Resmi
2003. Hidrolisis dimaksudkan untuk merenggangkan ikatan peptida dan kitin yang dikandungnya agar bisa dicerna secara lebih sempurna oleh mikroorganisme
rumen ternak ruminansia.
1.2 Tujuan Penelitian
• Mengevaluasi kualitas kimia dan fisik pellet ransum komplit yang mengandung hidrolisat limbah udang.
• Mengevaluasi pengaruh pemberian pellet ransum komplit yang mengandung limbah udang pada performa ternak domba.
Manfaat Penelitian
• Memanfaatkan limbah udang sebagai alternatif sumber protein hewani untuk ternak ruminansia sehingga meningkatkan daya guna atau nilai
ekonominya, sebagai alternatif sumber pakan ternak. • Mengurangi pencemaran lingkungan terutama akibat bau limbah udang
yang menyengat.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Limbah Udang
Limbah udang adalah hasil samping industri pengolahan udang beku yaitu berupa kepala, kulit keras dan ekor yang tidak digunakan pada industri
pembekuan udang Mirzah 2007. Limbah udang sebagai hasil samping industri pengolahan udang beku adalah salah satu sumber daya limbah perikanan yang
cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Adapun jenis udang yang digunakan dalam penelitian ini terlihat dalam Gambar 1.
Gambar 1 Limbah udang Windu Penaeus monodon Mas’ud 2009 Kualitas limbah udang terutama ditinjau dari kandungan nutrisi dan
komposisi kimianya cukup baik. Bila dilihat dari komposisi kimianya, maka cukup layak dijadikan sebagai sumber protein pakan ternak. Perbandingan
komposisi kimia antara tepung limbah udang dengan tepung ikan dan bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia tepung limbah udang, tepung ikan, dan bungkil kedelai
berdasarkan 100 BK
Nutrien Limbah Udang
1
Tepung Ikan
2
Bungkil Kedelai
3
---------------- ---------------------- Protein kasar
41.58 52.60
45.60 Serat kasar
13.72 2.20
4.58 Lemak kasar
3.08 6.80
2.79 Abu
22.06 20.70
6.84
Keterangan : Hasil uji di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB
1
, Hartadi et al
. 1997
2
, Sutardi 2001
3
Hasil uji di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB diperoleh bahwa protein kasarnya 41.58, hampir sama dengan bungkil kedelai 45.6. Begitu
juga bahan keringnya 88.32 vs 88.0. Akan tetapi terdapat perbedaan pada serat kasarnya yaitu 13.72 dalam limbah udang sedangkan bungkil kedelai
4.58, sehingga menjadi faktor pembatas karena kecernaannya yang rendah. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah udang sebagai pakan ternak sebaiknya dilakukan
proses pengolahan terlebih dahulu. Kualitas protein limbah udang sangat bagus karena mengandung semua
asam amino esensial. Asam amino metionin yang sering menjadi faktor pembatas pada protein nabati, kandungannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bungkil kedelai dan hampir sama dengan tepung ikan dan mikroba rumen. Kandungan mineral tepung limbah udang terutama kalsium Ca lebih tinggi dari
tepung ikan, perbandingan lebih dari 3 : 1. Tapi Phosfornya P lebih sedikit, dengan perbandingan 1 : 2. Perbandingan antara Ca dan P dalam tepung limbah
udang sendiri jauh lebih besar yaitu hampir 10 : 1. Oleh sebab itu, bila digunakan dalam pakan ayam perlu diperhatikan karena yang dapat ditolerir adalah dengan
perbandingannya sampai 7 : 1 NRC 1985. Kitin dalam Limbah Udang
Selain potensi di atas, limbah udang mengandung kitin antara 20–30 Wanasuria 1990 yang di dalamnya terkandung nitrogen N antara 6.6 sampai
dengan 6.7 Stelmoch et al. 1995. Apabila digunakan dalam pakan ternak ruminansia, N tersebut berpotensi sebagai sumber N bukan protein NPN bagi
mikroba rumen. Kitin merupakan biopolimer kedua yang banyak ditemukan di alam, selain
selulosa. Kitin juga memiliki susunan kimia yang hampir menyerupai selulosa, yaitu 2-asetamida-2-deoksi-
β-D-glukosa yang dihubungkan dengan jembatan β1,4 atau biasa disebut dengan N-asetil-glukosamin Shahidi et al. 1999.
Struktur kimia kitin dapat dilihat pada Gambar 2. Kitin bersifat tidak larut dalam air, asam, basa, alkohol atau pelarut organik lainnya. Polisakarida ini dapat larut
di dalam HCl pekat, asam sulfat pekat, asam format anhidrat atau asam fosfat 78- 79 Angka dan Suhartono 2000.
Gambar 2 Struktur kimia kitin
Pada ternak ruminansia, apabila kitin lolos dari rumen atau tidak dimanfaatkan oleh mikroba rumen maka di pascarumen akan mengikat asam
empedu karena dapat dianalogikan sebagai serat. Dengan demikian asam lemak yang diemulsi oleh asam empedu ikut terikat. Serat kitin tidak dapat diabsorpsi
pada usus halus sebagaimana yang dikemukakan Piliang dan Djojosubagio 1990 sehingga bersama asam empedu dan asam lemak dikeluarkan melalui feses.
2.2 Teknologi Hidrolisis dan Pemanasan pada Protein Limbah Udang