LATAR BELAKANG Kajian tekno ekonomi prototype perancangan proses produksi bioetanol dari limbah tanaman jagung

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bioetanol sempat menjadi primadona sebagai sumber energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak BBM di Indonesia terkait dengan isu menurunnya ketersediaan sumber energi bahan bakar minyak bumi untuk memproduksi BBM. Keuntungan penggunaan biotenol sebagai bahan bakar adalah memiliki nilai oktan lebih tinggi daripada bensin, dapat digunakan dalam bentuk murni dan campuran dengan bensin, mudah terurai dalam air dan ramah lingkungan, sehingga merupakan bahan bakar alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Dalam industri bioetanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri alkohol, campuran untuk minuman keras, bahan farmasi, dan kosmetika. Bioetanol telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar substitusi BBM untuk motor bensin. Sebagai bahan pensubtitusi bensin, bioetanol dapat diaplikasikan dalam bentuk bauran dengan minyak bensin EXX, misalkan bioetanol campuran dengan bensin pada konsentrasi 10 E10, yaitu 10 bioetanol dan 90 bensin atau digunakan 100 E100. Menurut Hambali et al. 2008 campuran bahan bakar ini dikenal sebagai Gasohol. Ditinjau dari ketersediaan bahan baku, lignoselulosa memiliki keunggulan dibandingkan bahan lain. Bahan ini tersedia dalam jumlah yang sangat banyak mengingat bahan tersebut adalah bagian dari dinding sel tanaman, mudah diperbaharui, serta memiliki harga yang murah Szczodrak dan Fiedurek 1996. Disamping itu, pemanfaatan lignoselulosa tidak berkompetisi dengan pangan karena lignoselulosa dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti limbah pertanian, limbah industri dan limbah industri berbasis kayu. Indonesia memiliki sumber lignoselulosa yang berpotensi untuk dimanfaatkan salah satu diantaranya yaitu limbah tanaman jagung LTJ. Teknologi yang mengkonversi biomassa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena dapat memanfaatkan bahan limbah sebagai bahan baku. Ketersediaannya berkorelasi dengan budidaya tanaman jagung. Berdasarkan data lapangan, bobot LTJ dari satu tanaman jagung adalah 73,83 gram. Menurut Wirawan et al. 2000, populasi tanaman jagung optimal berkisar antara 62.500 – 100.000 tanaman per hektar. BPS menyatakan bahwa rata-rata luas lahan produksi jagung nasional pada tahun 2005 sampai dengan 2009 mencapai 4 juta hektar. Beberapa konversi yang digunakan adalah 430 miligram glukosa per gram biomassa Kaar dan Holtzapple 2000 dan 0,51 gram bioetanol per gram glukosa Demirbas 2005, serta berat jenis etanol 0,789 gramcm 3 , maka potensi bioetanol yang dapat diproduksi dengan lahan seluas ini adalah berkisar 5 juta sampai 8,2 juta kiloliter bioetanol per panen atau sama dengan 15 juta sampai 24 ,6 juta kiloliter bioetanol per tahunnya. Pemerintah turut mendukung peningkatan penggunaan bahan bakar nabati dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional serta Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati biofuel sebagai Bahan Bakar Lain. Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyatakan bahwa dalam kurun waktu 2007-2010, pemerintah menargetkan mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol. Persentase itu akan meningkat menjadi 10 pada tahun 2011-2015, dan 15 pada 2016-2025. Pada kurun waktu pertama 2007-2011 selama 4 tahun pemerintah memerlukan rata-rata 370.000.000 liter bioetanol per tahun. Berdasarkan total kebutuhan tersebut, pada tahun 2007 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1, 2 pemerintah hanya mampu memasok sekitar 174.328.000 liter atau sekitar 47 saja. Hal ini berarti setiap bulan pemerintah kekurangan pasokan 195.672.000 liter bioetanol untuk bahan bakar. Tabel 1. Data bioetanol di Indonesia Tahun Produksi Bioetanol Nilai Ekspor Bioetanol Nilai Impor Bioetanol litertahun litertahun litertahun 2003 2004 2005 2006 2007 158.388.000 160.686.000 167.984.000 169.752.000 174.328.000 19,06 19,33 20,21 20,42 20,97 506.717.560 581.539.694,5 671.448.405,5 680.088.933 682.819.776 16,23 18,62 21,50 21,78 21,87 506.276.550,1 511.397.955,6 521.522.008,9 523.547.530 529.565.340 19,53 19,73 20,12 20,20 20,42 Sumber: BPS dalam Nurcholis 2010 Adanya kebutuhan bioetanol nasional yang masih belum terpenuhi merupakan suatu peluang untuk memproduksi bioetanol. Pasar produk bioetanol masih terbuka lebar dan persaingan belum ketat. Oleh karena itu, peluang untuk memasuki pasar bioetanol ini masih terbuka lebar. Industri bioetanol yang sudah ada di Indonesia sebagian besar dari bahan baku bergula seperti molasses, sedangkan untuk industri bioetanol yang berbahan baku dari limbah tanaman jagung masih jarang, bahkan belum ada di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, citra bioetanol mulai meredup. Pada awal munculnya bioetanol disebut dengan bioetanol generasi pertama, yaitu bioetanol menggunakan bahan baku berpati dan bergula. Penggunaan bahan berpati dan bergula sebagai bahan baku bioetanol mulai menimbulkan masalah pada ketahanan pangan di Indonesia, sehingga terjadi dua kepentingan dari bahan baku tersebut yaitu sebagai bahan pangan sekaligus sebagai bahan energi. Pengembangan bioetanol terus dilakukan sampai akhirnya muncul bioetanol generasi kedua, yaitu bioetanol yang menggunakan bahan berselulosaberlignoselulosa sebagai bahan baku. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana mengusahakan bioetanol ini layak secara komersial sebagai pengganti bahan bakar fosil dari segi produksi, biaya dan waktu. Kelayakan pengembangan produksi bioetanol dari bahan lignoselulosa mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi dari masing-masing rancangan percobaan. Limbah tanaman jagung merupakan salah satu sumber bahan baku bioetanol dari kelompok lignoselulosa yang belum banyak dikaji untuk digunakan sebagai bahan baku industri bioetanol, walaupun studi skala laboratorium sudah ada yang memanfaatkan limbah tanaman jagung sebagai bahan baku. Upaya pengembangan bioetanol limbah tanaman jagung yang akan diimplementasikan perlu dilakukan kajian tekno ekonomi limbah tanaman jagung untuk melihat bagaimana prospek pendirian industri ini dimasa yang akan datang.

B. TUJUAN